banner-detik
FEATURED

#10yearschallenge Ajang Nostalgia Hingga Cambuk Meraih Mimpi

author

?author?18 Jan 2019

#10yearschallenge Ajang Nostalgia Hingga Cambuk Meraih Mimpi

Beberapa hari lalu marak hilir mudik tagar #10yearschallenge. Sekilas momen ini buat have fun aja. Tapi nyatanya, ada hal yang saya pelajari, lho.

#10yearschallenge - Mommies DailyImage: by Rachael Crowe on Unsplash

Pas tagar #10yearschallenge bersliweran di akun Instagram, saya tergelitik ikutan. Otomatis saya harus ngoprek koleksi foto-foto lawas, 10 tahun lalu! Andrenalin saya ikutan terpompa, degdegan menemukan momen yang bikin baper, hahaha.

Ada sih beberapa foto yang jadinya bikin saya senyum-senyum sendiri. Dan beberapa lainnya malah “melempar” ingatan saya ke momen-momen penting di masa itu. Waktu kuliah misalnya, keputusan saya mau kuliah di luar kota, adalah salah satu keputusan terbaik di usia belasan tahun kala itu.

Saya bertransformasi jadi pribadi remaja awal yang mandiri. Dari dulu terbiasa dengan disiplin manajemen waktu. Kalau nggak gitu, berantakan lah itu urusan kuliah, ikutan organisasi di kampus dan jadwal main sama teman-teman :D Selain itu, saya juga terlatih mengatur keuangan versi sederhana. Jatah uang bulanan orangtua, harus bertahan sampai nanti dikirim lagi.

Sayangnya, kita nggak bisa memaksakan semua orang satu frekuensi. Masih ada yang kontra dengan tagar #10yearschallenge. Menurut saya sih, jangan terlalu skeptis sama hal-hal seperti ini. Sereceh apapun fenomena yang sifatnya untuk have fun, coba pakai perspektif lain untuk jeli menangkap sisi positifnya. IMHO, nostalgia itu penting, misalnya:

 

1.Teringat 10 tahun lalu atau bahkan lebih. Kita pernah punya mimpi atau target A. Apa sudah sempat terealisasi?

2.Usia segitu kok masih langsing, ya? ya (walau metabolisme tuh sangat berbicara). Seenggaknya jd alarm, utk lebih mawas diri dr segi pola makan, dan gaya hidup. Jangan bablaaasss!

3. Ketemu foto yang ada sahabat kita waktu sekolah/kuliah/kerja. Dan sempat putus komunikasi sama kesibukan masing-masing. "Eh kemana ya dia? Apa kabar?". Lalu berusaha menghubungi. Bukannya itu menyambung silaturahmi?

4.Waktu masih muda belia dulu, seolah batre penuh melulu. Kata capek susah sekali mampir. Kok nggak capek-capek ya coba segala sesuatu yang baru untuk improvement diri? Ikut kursus ini itu, dan lain-lain. Kenapa sekarang nggak mencoba hal yg sama?

5.Lihat wajah orangtua masih muda. Dan sekarang makin banyak kerutan. Keinget bakti sama mereka belum maksimal. Ayo, lebih giat lagi perhatian sama mereka. Atau yang sudah berpulang, jangan lupa selalu mengirimkan doa, di sela-sela ibadah kita *group hug.

6.Nemu foto anak masih baby, terus keinget. Kita sudah jadi orangtua yang memenuhi semua hak anak dengan baik belum?

7.Lihat pencapaian apapun itu di masa sekarang, takjub sama diri sendiri. Ternyata kalau konsisten, gigih, terus mau belajar dan masukin positif lainnya, nggak ada mimpi yg nggak mgkn tercapai kok.

8.Atau pencapaian orang lain menggarap sesuatu. Yang dimulai dari "0", dan sampai sekarang bertahan malah terus berkembang, suskes di bidangnya. Jadi cambuk buat kita. Orang lain mampu meraih mimpinya, kenapa kita tidak bisa?

Ada yang mau menambahkan?

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan