Sorry, we couldn't find any article matching ''
8 Alasan Kenapa Saya Ingin Anak Saya Ikut Tim Olahraga
Bukan sekadar biar si anak jadi atlet ternama, tapi ada lifelong skill yang bisa didapat oleh anak-anak saya dari bergabungnya mereka di tim olahraga.
Sebagai hasil cetakan dari anak yang waktu kecilnya suam-suam kuku alias anget-anget tai ayam latihan renang dan tenis-nya, saya jadi punya keinginan kuat agar anak-anak saya tidak melakukan hal yang sama seperti mamanya.
Iya, waktu kecil, saya sempat les renang dan tennis tapi nanggung. Hasilnya ya gitu-gitu aja. Berasa nyesel sekarang. Makanya, anak-anak saya harus serius. Kembali lagi bukan karena saya ingin anak-anak menjadi atlet, tapi selain biaya les yang nggak murah, ada hal-hal lain yang membuat saya ngotot agar anak-anak belajar bidang olahraga yang serius. Daaaan, nggak mau private, maunya ya ramai-ramai.
Saat ini, anak-anak ikutan les renang, futsal dan sepak bola. Dulu juga ikut Aikido. Tapi lagi saya hentikan sementara waktu, dengan niat mulia, beberapa waktu ke depan akan kembali saya cemplungkan.
Dengan anak-anak bergabung di tim olahraga, saya merasa ada banyak value penting yang mereka pelajari. Seperti beberapa hal berikut ini:
1. Bahwa hidup tidak selalu berjalan adil alias fair
This is a tough lesson at any age. Suka atau tidak, sebuah pertandingan olahraga tidak selalu bisa dijamin akan berjalan adil bagi semua pihak. Bisa saja ada sebuah kejadian yang membuat anak merasa diperlakukan tidak adil. Putusan wasit yang mungkin dirasa salah, putusan pelatih yang dirasa tidak sesuai dengan keinginan, dan masih banyak lagi. Dan menerima kadang menjadi satu-satunya respon yang paling mungkin dilakukan, dibanding sibuk komplein dan mengeluh.
2. Meningkatkan rasa percaya diri
Menjadi bagian dari sebuah tim, dengan satu tujuan, membuat koneksi antara setiap anggota tim dan juga para pelatih semakin erat. Kontribusi anak di dalam kesuksesan tim, mau itu sekecil apa pun, akan membuat anak merasa percaya diri. Apalagi jika mendapat pujian dari pelatih ketika ia terbukti sukses melakukan apa yang diajarkan oleh pelatih.
3. Belajar kemampuan bersosialisasi
Ini satu alasan kenapa saya senang memasukkan mereka ke dalam sebuah TIM, bukan les yang modelnya private seorang diri. Dengan berama-ramai dalam satu tim, anak-anak belajar bersosialisasi dengan anak lain.
4. Melatih kekompakan
Rutin menghabiskan waktu bersama setiap minggu dalam sekian jam hitungan, harus bekerja sama demi menyukseskan kinerja tim, membuat anak terbiasa bekerja dalam kelompok, harus belajar kompak di tengah-tengah perbedaan yang mereka miliki.
5. Menghargai perbedaan
Satu tim bisa terdiri dari beberapa anak dengan berbagai macam latar belakang suku, budaya, ras hingga didikan sopan santun yang sama, hahaha. Pernah, anak saya yang kecil marah karena teman satu timnya menyakiti dia dan tidak meminta maaf. Ketika saya beritahu bahwa tidak semua anak mungkin mendapat pengajaran dari orangtuanya mengenai meminta maaf, si bungsu sempat bengong, dan ooooooh yang panjang.
6. Belajar berkomunikasi dengan baik
Ya itu tadi, satu tim terdiri dari banyak anak, tujuan tim ada satu, maka anak-anak harus kompak. Agar kompak? Salah satunya dengan komunikasi yang baik. Anak pun belajar, bagaimana cara menyampaikan pendapat dengan benar, bagaimana menerima masukan serta sebaliknya, bagaimana memberi kritikan yang membangun.
7. Anak belajar kemampuan berpikir secara kritis
Saya senang dengan model pelatih yang melibatkan anak dalam mencari solusi. Ketika pelatih bertanya “Agar tim kita bisa menang melawan tim lawan, kira-kira strategi apa yang bisa kita pakai? Atau ketika pelatih bertanya “Setengah permainan sudah berjalan, menurut kalian apa kelebihan dan kekurangan dari tim kita?”
8. Belajar disiplin dan menghargai waktu
Beramai-ramai satu tim artinya kita tidak bisa semena-mena. Harus datang tepat waktu, karena ada waktu dari anak-anak lain yang ada di situ. Kita telat datang 5 menit, bisa saja permainan tidak bisa dilakukan karena menunggu seluruh tim lengkap.
Tidak semua yang berurusan dengan olahraga itu sekadar belajar menang kalah, kan. Karena banyak value kehidupan lain yang bisa diperoleh oleh anak-anak saya sambil mereka melakukan apa yang mereka sukai :).
Baca juga:
Share Article
COMMENTS