Mengawali tahun 2019 ini, saya mau berbagi cerita tentang alasan kenapa selama ini saya kekeuh banget untuk terus menghasilkan uang sendiri dan mandiri secara finansial.
Bagi saya pribadi, apa pun jenis kelamin kita, laki-laki atau perempuan, kemampuan untuk mandiri secara finansial itu kok kayaknya wajib hukumnya ya. Caranya, ya dengan bekerja. Kerja di sini nggak melulu bicara tentang kerja kantoran dengan jam kerja 9 to 5 (menurut kontrak, walaupun praktiknya bisa dari jam 10 pagi sampai 10 malam, ahahahaha). Tapi punya online shop, buka les ini itu, buka catering, ya itu juga bekerja. Intinya menghasilkan uang dan punya uang di rekening kita sendiri.
Kalau ditanya capek, ya adalah masanya saya capek kerja. Kadang juga pernah kok berkhayal, dapat warisan dari siapa kek gitu, yang membuat isi rekening tabungan saya nggak perlu dikhawatirkan, hehehe. Kalau ditanya pernah bosan bekerja? Hmmm, pernah juga lho ternyata! Bosan dengan rutinitas bangun pagi, berangkat kerja, di kantor ngerjain pekerjaan saya (ya masa pekerjaan orang lain, Fi!), makanya disiasati dengan ambil cuti lalu liburan.
Pernah mencoba nggak bekerja? PERNAH!!! Zamannya masih menikah, dan alhamdulillan mantan suami mampu membiayai, saya pernah off bekerja 6 bulan. Hasilnya? Dua bulan pertama bahagia, sisanya jadi cranky dan pengeluaran lebih banyak. Kemudian saya pun menjadi freelancer stylist saking nggak betahnya kalau nggak megang uang sendiri.
Dengan memiliki pengalaman dari dua sisi, yakinlah saya bahwa sebagai perempuan saya wajib memiliki penghasilan sendiri. Apa alasannya?
1. Saya bisa bebas membantu siapa saja
Di balik sikap saya yang (konon kabarnya) judes dan heartless ini, saya paling nggak tahan kalau melihat orang lain susah apalagi secara finansial. Bawaannya ingin membantu sebisa mungkin. Nggak banyak, at least bisa meringankan bebannya. Di luar itu, kalau saya bisa membantu meringankan pengeluaran bulanan mama, saya rasanya bahagia deh. Mama memang nggak minta, karena hingga detik ini, puji Tuhan, mama masih bisa menghasilkan uang sendiri. Tapi ada perasaan bangga ketika saya kasih amplop atau WA mama bilang, “Ma, tadi pia transfer sekian ya buat mama.” Happy aja. Atau membantu teman yang kekurangan, orang gereja yang butuh bantuan, menyumbang untuk yang sakit, atau mengulurkan tangan membeli makanan untuk hewan terlantar.
2. Tidak bergantung sama pasangan
Dulu, ketika masih menikah, banyak banget yang bertanya untuk apa saya bekerja. Mengingat suami berasal dari keluarga mampu, pekerjaan dan penghasilan yang berlebih. Jawabannya, karena saya nggak mau 100 persen bergantung pada pasangan. Memang apa yang salah dengan bergantung 100 persen pada pasangan? Ya nggak ada salahnya, mengingat itu pasangan sendiri, bukan pasangan orang lain. Tapi kalau saya balik bertanya, memang apa yang salah kalau saya ingin mandiri dan nggak sedikit-sedikit minta suami? NGGAK SALAH JUGA KAN?!
Di lain sisi, mungkin ego dan harga diri saya yang terlalu tinggi, untuk enggan meminta-minta, bahkan pada pasangans sendiri (Damn ….. salahkan didikan mama saya untuk hal yang satu ini, hahahahaha). Malas aja, kalau mau jajan makanan harus minta, mau ke mall harus minta, apalagi kalau mau beli tas dari godaan Jastip atau skincare, lebih nggak enak hati :D.
3. Saya bisa membuat rencana sesuai keinginan saya
Punya uang sendiri artinya memiliki privilege untuk menggunakannya buat keperluan kita sesuai kehendak kita. Mulai dari berapa banyak yang mau saya tabung, berapa banyak yang ingin saya investasikan, berapa banyak untuk makan dan traveling, berapa banyak untuk kesehatan, semua tergantung saya dan bisa menyesuaikan dengan kemampuan saya.
4. Saya tidak takut menjadi single fighter
Point ini benar-benar saya rasakan. Banyak sekali teman-teman saya yang bertahan dalam pernikahan yang kondisinya jauh lebih buruk dari pernikahan saya dulu hanya karena mereka tidak memiliki penghasilan tetap. Hidup mereka dan anak – anak bergantung pada suami. Suami yang kebetulan mungkin tukang selingkuh. Suami yang ternyata KDRT. Suami yang kerap mencaci mereka dan keluarganya. Dan saya bersyukur, kemandirian secara finansial membuat saya bisa mengambil keputusan untuk keluar dari situasi yang membuat saya tidak bahagia.
Mungkin hidup kalian bahagia. Mungkin orangtua kalian memiliki warisan yang tidak berseri. Mungkin pasangan kalian penuh cinta dan tanggung jawab, sehingga membuat kalian merasa tidak perlu bekerja dan menghasilkan uang. Itu hak kalian :). Pesan saya, dengan kondisi yang patut disyukuri seperti itu, kelola keuangan secara bijak. Karena ketika orangtua atau pasangan tiba-tiba tidak lagi mampu memberi, setidaknya kalian memiliki simpanan untuk bertahan hidup.