Kurang lebih lima bulan Jordy jadi anak daycare, ini dia enak dampak baik yang nyata terjadi pada dirinya.
Setelah melalui pertimbangan matang, survei beberapa daycare, diskusi dengan teman yang sudah lebih pengalaman soal menitipkan anak di daycare, akhirnya pertengahan Juli 2018 Jordy resmi jadi anak daycare.
Image: by La-Rel Easter on Unsplash
Dalam perjalanannya, selain banyak yang mendukung, ada juga suara sumbang, meragukan keputusan saya dan pasangan. Tak apa, mereka punya hak bersuara, mari bungkam dengan bukti nyata. Nggak kerasa akhir tahun ini, bulan ke-5 Jordy menghabiskan setengah harinya di daycare, menunggu dijemput saya. Nunggunya ngapain aja? Yang jelas, dari pagi hingga jelang siang sekolah dulu. Sisanya melakukan aktivitas yang sudah dirancang sedemikian rupa. Supaya tetap punya nilai edukasi, tapi ngebuat anak senang.
Apa buktinya daycare berdampak baik untuk Jordy?
Menulis angka, huruf dan menggambar bentuk-bentuk sederhana. Lalu mewarnai dengan lebih tertib. Maksudnya, sudah bisa menggunakan feeling-nya tidak keluar garis. Sekaligus mengenali berbagai warna, dengan Bahasa Indonesia, atau Bahasa Inggris.
Ditambah, perbendaharaan Jordy dalam Bahasa Inggris, jauh lebih baik. Mengingatkan bilang “excuse me”, kalau mau lewat di depan orang. Walau belum menjadi bahasa sehari-hari, saya bangga.
Kendati sudah menguasai beberapa sub bidang akademis. PR terbesar buat orangtua, komitmen mengulangnya di rumah.
LEGA, pas tahu wali kelas Jordy menuliskan dalam laporan kegiatannya: “Jordy is able to use a variety of words to express feelings and ideas.” Ini salah satu tujuan prioritas saya sebagai orangtua. Anak bisa mengenali dirinya dengan baik. Apa yang sedang dia rasakan, memvalidasi semua bentuk emosi sendiri. Lalu dia juga bisa mengungkapkan ide-ide yang lagi dipikirin. Karena “mendengarkan” diri sendiri lewat perasaan dan pemikiran-pemikiran akan membantu dirinya kelak, jadi manusia yang bisa memanusiakan diri sendiri orang lain.
Yang paling sering terjadi, Jordy suka negur duluan supir taksi mobil online yang saya pakai untuk jemput dia. “Hai om, namanya siapa?.” Di lingkungan rumah juga gitu. Lantang sekali negur teman ayahnya. “Lagi ngapain om?” *iih Jordy kepo, deh, hahahaha.
Benar ya, peribahasa yang bilang, “Bisa karena terbiasa.” Kebiasaan baik ini, nggak sampai sebulan di daycare, Jordy sudah mulai latihan setiap hari. Karakteristik anak daycare, distimulasi mandiri. Tapi tetap dalam pengawasan.
Saya sempat diskusi alot, perihal Jordy yang akan saya titipkan ke rumah neneknya. Karena saya harus liputan akhir pekan, sementara ayahnya belum tentu masuk kerja apa libur, makanya saya sounding dari beberapa hari sebelum. Saya menerangkan alurnya akan seperti apa, dari dua hari sebelumnya. Nah, di H-1, dia ulang lagi, dengan versi bahasa sendiri. Pas dia sudah paham, situasi apa saja yang akan dihadapi, baru deh, keluar jawaban, “Pokoknya Jordy nggak mau dititipin ke rumah nenek, maunya sama bunda atau ayah!.”
Ada momen-momen yang takut ia lewatkan: “mau quality time sama ayah atau bundanya." Kalau dititip ke rumah nenek, nggak bisa sama ayah atau bunda dong? Beruntung ayahnya pas libur, Jordy mendapatkan apa yang ia butuhkan, sesuai dengan analisanya.
“Bunda haus? Jordy ambilin minum, ya!”
“Bunda mau jemur baju? Jordy bantuin, ya, nanti.”
Dua kalimat, yang sering dilontarakan Jordy, mengambil porsinya membantu orang lain. Aku haru, sekaligus rada mellowwww, tanda-tanda mau bergeser dari usia balita, aaaaaah waktu cepat sekali berlalu :)
Apa yang saya sampaikan tidak bermaksud pamer, ya, mommies. Melainkan memberikan bukti nyata, supaya bisa menjadi referesni, buat yang masih ragu, jadi apa nggak menitipkan anak di daycare. Tentu syarat dan ketentuan berlaku, daycare-nya harus mumpuni, jadi jangan malas survei yaaa.