banner-detik
DAD'S CORNER

Ayah Juga Mengalami Depresi Paska-Kelahiran

author

?author?22 Nov 2018

Ayah Juga Mengalami Depresi Paska-Kelahiran

Ditulis oleh: Rachel Kaloh

“Saya nggak bisa merasakan bahagianya menjadi seorang ayah.” ini yang dialami Mark Williams ketika menghadapi kehidupannya yang berubah total semenjak kehadiran anaknya.

●	Ayah Juga Mengalami Depresi Paska-Kelahiran - Mommies DailyImage:pixabay.com

Mark Williams, founder dari jaringan online penyedia support Dads Matter di UK. Ia menggambarkan perasaannya ketika pertama kali melihat si kecil, “Saya nggak bisa merasakan bahagianya menjadi seorang ayah.”

Menunggu kelahiran sang buah hati yang menghabiskan waktu sampai 22 jam lalu dikejutkan dengan tindakan operasi caesar darurat yang harus dilakukan demi keselamatan istri dan anak merupakah hal yang tidak pernah terbayangkan oleh Mark. Tidak hanya sampai di situ, dua minggu setelah melahirkan, istri Mark mengalami depresi yang berefek pada karir Mark sendiri, dimana ia akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri demi kehidupan yang (ia kira) lebih baik.

Pada kenyataannya, hal tersebut malah membuatnya terisolasi dari keluarga mau teman-teman. Dipenuhi perasaan cemas, Mark akhirnya merasa kewalahan menjalani perannya sebagai ayah baru. Bahkan ketika anaknya menginjak usia 8 bulan, sempat terlewat di benaknya keinginan untuk bunuh diri. Ia tidak sadar bahwa dirinya mengalami depresi paska melahirkan, yang ternyata memang terjadi pada sekitar 10% ayah baru.

Post Partum Depression (PPD) pada Ayah Baru Seperti “Dilarang”

Dr. Will Courtenay, psikolog dan founder komunitas online Postpartum Men menjelaskan bahwa ketidaksadaran Mark akan PPD yang ia alami terjadi karena memang gejalanya sulit dikenali, terutama pada pria. Seperti ada penyangkalan bahwa pria tidak mungkin mengalami depresi ketika memiliki anak.

Pada kebanyakan wanita, PPD ditandai dengan perasaan yang digambarkan melalui emosi, dimana ibu lebih sering merasa sedih dan menangis, padahal seharusnya ia bahagia ketika menjadi ibu baru. Sebaliknya, pada pria PPD ditandai dengan perubahan perilaku, awalnya bersifat agresif lalu berubah menjadi sifat yang cenderung menarik diri dari orang lain. Meski ada juga gejala lain yang dialami secara fisik, seperti sakit kepala, masalah pada pencernaan dan energi yang kian berkurang.

Mark sendiri mengalami perubahan, tadinya ia adalah pribadi yang cukup ramah, kemudian berubah menjadi seseorang yang senang memancing keributan. Ia mengaku sering memukul sofa dan membenturkan kepalanya namun sama sekali tidak berani mengungkapkan hal ini pada istrinya karena takut akan memperburuk keadaan sang istri yang sudah terlebih dahulu mengalami PPD.

Ketika ibu mengalami depresi, ayah cenderung ikut mengalaminya

Salah satu cara untuk memprediksi seorang pria mengalami depresi adalah dari keadaan istrinya ketika menjadi ibu baru. Hampir 50% ibu baru yang mengalami depresi paska melahirkan memiliki pasangan yang juga depresi.

Baca juga: Ayah Baru Juga Cemas Akan 8 Hal ini

Penyebab PPD paling utama adalah kurangnya waktu tidur, yang kerap dialami oleh orangtua baru. Ketika biasanya memiliki jam tidur yang normal, seseorang bisa mengalami depresi saat kehilangan waktu untuk beristirahat dalam kurun waktu yang cukup lama. Seperti yang kita tahu, sebulan pertama menjalani peran sebagai orangtua baru bisa dibilang paling berat, siang hari rasanya seperti jadi zombie.

Pemicu kedua: hormon. Pada wanita, perubahan hormon terjadi mulai dari masa kehamilan sampai sehabis melahirkan. Penelitian di Universitas California Utara menemukan kaitan depresi dan menurunnya tingkat testoteron pada ayah baru. Kombinasi perubahan hormon dan kurangnya jam tidur kemudian menciptakan depresi yang memuncak pada pria yang dapat dialami selama tiga sampai enam bulan pertama setelah kelahiran bayi.

Pemicu ketiga: peran sebagai ayah baru. Sering diekspektasi menjadi ayah yang hands on, padahali tidak role model yang bisa mengajarkan mereka cara mengasuh anak, belum lagi bila ayah mereka bukan ayah yang turut andil dalam mengasuh anak, tidak heran bila mereka pun tidak mewarisi naluri sebagai ayah seperti yang diharapkan istri.

Baca Juga: 14 Hal yang Membuat Laki-laki Merasa Insecure

PPD pada ayah baru tidak boleh dibiarkan!

Di sinilah peran support system dibutuhkan. Menjadi ayah bukan artinya seorang pria bisa dipaksa menjadi Superman. Ia butuh dukungan. Yang paling utama adalah dukungan dari sang istri. Ingatlah bahwa sebagai orangtua baru, artinya Anda dan pasangan sama-sama sedang mempelajari hal baru. Tidak bisa berharap bahwa salah satu sudah mahir menjalani perannya.

PPD pada pria juga tidak bisa diabaikan dan disangkal. Apabila Anda dan suami mengalami depresi paska menjadi orangtua, segera cari bantuan pada psikolog maupun komunitas yang dapat memberikan dukungan yang Anda butuhkan!

*Artikel ini diadaptasi dari www.today.com

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan