Sorry, we couldn't find any article matching ''
Ayah Baru Juga Cemas Akan 8 Hal Ini!
Ditulis oleh: Rachel Kaloh
Nggak hanya kita para ibu yang penuh drama saat baru pertama kali menjadi orangtua, tapi para ayah baru juga penuh kecemasan.
Dari yang tadinya pacaran lalu menjadi suami dan istri saja, perlu yang namanya adaptasi, bagaimana ketika menjadi orangtua? Nggak hanya kita para ibu yang penuh drama saat baru pertama kali menjadi orangtua, tapi para ayah juga penuh kecemasan. Apa yang dicemaskan? Setelah bertanya pada beberapa ayah yang saya kenal, ini jawabannya.
“Nggak lagi jadi si nomor satu!”
“Bangun pagi lihat istri lagi mompa, habis itu nggak lama si kecil bangun, minta nenen, lalu pup, jadinya harus cepat-cepat dimandikan sebelum dia ngantuk lagi. Boro-boro siapin sarapan, kadang dia baru ngomong sama saya begitu saya pamit mau berangkat kerja.”
“Kalau harus kerja, siapa yang jagain si kecil”
Buat keluarga yang harus tinggal berjauhan dengan orangtua, ini jadi salah satu yang paling dicemaskan. Apalagi tiga bulan pertama, ibu sangat butuh bantuan. Cari pengasuh susah, cari daycare yang lokasinya dekat juga sulit. Nggak heran kalau suami yang harus berangkat kerja jadi ikut cemas saat meninggalkan istri dan anak sendirian.
“Biaya operasi kemarin, ditanggung nggak, ya?”
Saat kita lagi “menikmati” kontraksi, si ayah juga harus “menikmati” tagihan yang datang begitu si kecil lahir. Belum lagi kalau tiba-tiba harus operasi caesar atau si kecil yang ternyata harus nginap di NICU, wajar kalau si ayah makin ketar-ketir mikirin biayanya, apakah ditanggung oleh kantor atau tidak sama sekali.
“Bisa nggak ya, saya gendong anak?”
Buat seorang ibu, rasanya sih nggak masalah karena naluri ibu memampukan kita untuk langsung terjun ke lapangan. Buat seorang ayah, menggendong anak saja bisa membuatnya merasa cemas. Jadi kalau suami masih terlihat kaku saat mendekap si kecil, wajar! Yuk, lebih sabar lagi dan bantu supaya ia merasa nyaman saat menggendong bayi.
“Dapat tawaran kerja di luar kota, tapi masa harus LDR?”
Namanya tawaran kerja, bisa datang kapan pun, tidak terkecuali saat si kecil baru saja lahir. Bayangin gimana dilemanya si ayah kalau dapat tawaran yang menarik dari sisi gaji, tapi harus ninggalin si kecil yang baru aja tiba di dunia. Untuk hal ini, sebaiknya dibicarakan sama istri sampai tuntas, sebelum mengambil keputusan.
“Bingung mengikuti kemauan istri”
Salah sedikit, dimarahi! Begitu dibujuk, malah nangis. Hihihi.. sabar ya, Ayah! Terima saja kalau kami mendadak jadi “ajaib”, pengaruh hormon, terlalu letih dan sebagainya. Tapi kami para ibu-ibu juga mesti ingat untuk jangan setengah-setengah dalam mengandalkan suami, trust them 100%,, kan dia ayahnya anak kita! Sama halnya dengan ibu, ayah juga pasti ingin berikan yang terbaik, kok, buat si kecil.
“Mau jadi Ayah siaga, tapi sering disalahin!”
Ayo, ngaku, Buibuk, siapa yang sampai sekarang masih nggak bisa diam dan gemas saat lihat suami mandiin si kecil atau saat ambil alih ganti popok. “Duh, yang bener, dong!”, “Kupingnya nggak dibersihin?”, “Awas kena mata!”, dan kata-kata mutiara lainnya. Selain menimbulkan kecemasan, hal tersebut malah akan membuat suami nggak PD. Cobalah untuk lebih percaya saat suami membuktikan kemampuannya jadi ayah yang hands-on!
“Pingin me time tanpa dianggap nggak peduli!”
Me time sesekali memang dibutuhkan, nggak cuma buat ibu, ayah pun butuh supaya ia bisa jauh dari rasa penat. Bolehlah, sesekali meng-iya-kan saat suami minta ijin untuk main futsal atau nongkrong sama teman-temannya selepas bekerja. Kasih syarat aja: pulang bawain makanan enak buat ASI booster!
Merasa cemas sangat wajar, namun ada baiknya hal-hal tersebut selalu dikomunikasikan. Buat para ibu, ingat, kalau selain kita, ada juga ayah si kecil yang tetap butuh perhatian. Sama, kok, dia pun masih bingung dengan predikat barunya sebagai ayah. Percaya, deh, kalau kita dan suami sama-sama bertekad menjalani tugas sebagai orangtua baru, meski sama-sama bingung, nantinya kita akan belajar bareng lewat pengalaman.
Share Article
COMMENTS