Ditulis oleh: Rachel Kaloh
Pesan untuk anak perempuan saya: If you can’t lead yourself, you can’t lead others. If you can’t lead yourself, someone else may try to take advantage of you
Saat pertama kali tahu jenis kelamin anak saya adalah perempuan, rasanya excited banget! Tapi, selain perasaan geli-geli senang ngebayangin bakal punya anak perempuan yang bisa didandanin pakai baju lucu, ada pemikiran lain juga di benak saya, “Bisa nggak ya saya jaga anak perempuan ini sampai ia besar?”
Saya yakin semua ibu juga menanyakan hal ini sepanjang hidup si anak, sampai si anak tumbuh dewasa dan bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri. Pun nggak jarang pilihan hidup si anak kerap menjadi “kejutan” buat si ibu. Sebagai ibu, saya sudah harus punya bayangan untuk mendidik anak saya saat ia besar. Beruntungnya, saya dapat banyak sekali contoh dari kakak sepupu dan teman-teman sesama ibu yang anaknya sudah lebih besar. Ini yang saya dapat ketika ngobrol sama mereka.
Ensure she knows that she’s precious and loved…
Saya rasa ini nilai paling penting yang bisa saya tanamkan, bahkan saat ia masih di dalam perut. Anak harus paham bahwa dirinya berharga buat kita, orangtuanya dan terutama buat dirinya sendiri. Apalagi kalau selama ini ia juga tumbuh di keluarga besar yang memang punya hubungan erat satu sama lain. How can this make a girl be a tough one? Dia belajar dengan cara dicintai sama keluarganya, maka dia akan bisa membela dirinya sendiri bahkan keluarganya.
Brainwash her with positivity!
Sadar nggak sih, kalau kita pun selalu di-brainwash sama orangtua kita dulu? Berulang-ulang dikasih pesan atau aturan ini itu, sampai akhirnya hafal sendiri dan jadi terbiasa. Dalam hal ini, kita bisa “jejelin” anak kalimat-kalimat positif dan penyemangat seperti, “Nggak boleh bilang nggak bisa!”, “Boleh nangis, tapi jangan lama-lama!” Seperti pesan ibunya Cinderella, “Have courage and be kind!” How can this make a girl be a tough one? Tonton aja filmnya lagi dan lihat bagaimana Cinderella bisa terus kuat meski harus menghadapi ibu tirinya yang kejam, hanya dengan bermodalkan pesan ibunya.
School and any other activities!
Seperti yang selama ini sudah sering kita dengar, aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah itu punya manfaat tersendiri bagi anak. Yang saya lihat dari keponakan saya yang perempuan, walaupun sekarang dia super sibuk latihan gymnastic, sampai beberapa pihak keluarga berkomentar, “Kasihan anak ini, nggak punya waktu buat keluarga..” Saya justru pro sama mamanya, karena keponakan saya jadi belajar dan paham yang namanya komitmen. Fisik capek? Sudah pasti, tapi hasil di balik semua kelelahannya pasti terlihat kok. Plus, berkat latihan fisik, anak bakal tumbuh sebagai perempuan yang nggak menye-menye!
Show her someone she can look up to
Jaman-jaman demam Frozen, saya lihat betapa film nempel di anak-anak perempuan. Buat saya, ini jadi pelajaran, kalau habis nonton film princess-princess-an, jangan hanya ajak anak untuk beli baju-bajunya, tapi kasih pesan yang benar, termasuk sifat dan karakter dari sosok yang anak kagumi. Kenapa suka sama Princess Anna? Bukan hanya karena dia cantik dan rambutnya panjang, tapi karena Anna punya rasa sayang yang sangat besar sama kakaknya, Elsa, sampai rela ke ujung dunia mencari kakaknya. Ajak anak nonton Wonder Woman? Boleh-boleh aja, asalkan si anak nggak cuma bisa niru gaya Wonder Woman dengan kedua tangan di depan, tapi ia harus paham kalau Diana punya misi menghentikan peperangan. Lalu, tantang si kecil, “Can you be powerful like them?”
She might need some tough love
Cara lain untuk melatih mental anak perempuan adalah tough love dari ibunya sendiri. Ibu perlu memperlihatkan ketegasannya, kalau memang perlu ngomong lebih kencang sama anak supaya dia paham, lakukanlah itu! Anak juga ngerti kok kalau hal itu bukan artinya ibunya benci sama dia, karena saat anak lagi pingin ngobrol, kita sebagai ibu juga akan kasih 100% waktu yang kita punya untuk mendengarkan ceritanya. Anak pun akan belajar kapan saatnya tegas sama orang lain, termasuk saat ia harus melawan “orang-orang iseng” yang mencoba mengganggunya.
“If you can’t lead yourself, you can’t lead others. If you can’t lead yourself, someone else may try to take advantage of you.”