banner-detik
MD POWERFUL PEOPLE

Survivor Breast Cancer Speak Up: Mariaty Sitorus, “Didiagnosa kanker payudara, saya merasa seperti terlahir kembali.”

author

?author?26 Oct 2018

Survivor Breast Cancer Speak Up: Mariaty Sitorus, “Didiagnosa kanker payudara, saya merasa seperti terlahir kembali.”

Mariaty Sitorus (38) bercerita perjuangannya menjalani proses pengobatan kanker payudara. Apa saja sumber kekuatan dia, dan 7 harapan terbesar Mima untuk para warrior dan survivor kanker.

Mariaty Sitorus (38), atau akrab disapa Mbak Mima. Ibu dari 2 putra dan 1 putri ini berujar, merasa dilahirkan kembali ketika didiagnosa kanker payudara stadium 2B. Meski sempat berpikir kemungkinan terburuk, yaitu kematian.

Mariaty Sitorus - Mommies Daily

Sebagai manusia biasa, Mima juga diliputi perasaan galau. Namun, ia punya support system yang selalu setia mendukung proses pengobatannya. Untuk lebih jelasnya, simak petikan wawancara MD dengan perempuan yang juga aktif di Paguyuban Pelangi GKI Pondok Indah, tepatnya melatih paduan suara, line dance dan zumba untuk para warrior dan survivor kanker.

Mbak Mima, masih ingat kah, kapan pertama kali kamu dinyatakan mengidap kanker payudara? Hal apa yang terlintas pertama kali di benak kamu?

Ingat banget, karena itu adalah hari bersejarah saya (reborn sebagai manusia baru yang diberi kesempatan hidup kedua kali oleh Tuhan) dari pengalaman saya terbesar dalam hidup. Tanggal 10 Nov 2014 saya terdiagnosa kanker payudara stadium 2 B setelah dibedah biopsi dan sekaligus operasi pengangkatan payudara kiri saya (mastektomi radikal) oleh dokter bedah onkologi.

Mariaty Sitorus - Mommies DailyMbak Mima, ketika masih menjalani kemo (2015)

Hal yang terlintas pertama kali,  shocked ternyata tumor di dalam payudara kiri saya itu ganas, dan payudara kiri sudah tidak ada. Mulai merasa rendah diri, karena sudah kehilangan pride sebagai wanita  yang normal punya dua payudara. Mulai berpikir buruk tentang banyak hal termasuk kematian, yang saya pikir itu kiamat saya dalam waktu dekat, merasa dikutuk oleh Tuhan. Merasa bersalah sama diri sendiri, marah, sedih campur jadi satu. Namun perasaan-perasaan galau itu berlangsung kira-kira seminggu saja setelah operasi dan dinyatakan kanker

Boleh tolong cerita tahapan emosi kamu dari awal merasa down (jika ini terjadi), hingga akhirnya bisa menerima kenyataan?

Pertama,  selama 1 minggu setelah operasi timbul rasa galau shocked, sedih, marah, menyalahkan diri sendiri dan berpikir buruk tentang kanker dan kematian saya. Namun perasaan ini berubah setelah saya bertemu dengan Ibu dari teman dekat saya, beliau seorang penyintas kanker payudara lebih dari 6 thn bernama Mimi Laksmi Notokusumo ( wanita sepuh, cantik dan tangguh) yang memberikan banyak pencerahan dalam pikiran dan hati saya. Berangsur-angsur pikiran buruk dan kegalauan saya  itu sirna, saya justru  lebih banyak berdoa , bersyukur pada Tuhan dan akhirnya saya bisa menerima kenyataan bahwa saya penderita kanker dan saya harus sehat kembali.

Sempat ada ketakutan tertentu? Boleh tolong cerita takut akan hal apa?

Takut akan kematian dalam waktu dekat, takut dikemo, takut tidak bisa mencukupi biaya pengobatan kanker yang mahal banget. Tapi Puji Tuhan, soal biaya teratasi karena punya asuransi swasta dan BPJS.

Apa yang sebetunya kamu butuhkan/harapkan dari support system?

Support system penting banget untuk kelangsungan hidup saya sebagai survivor kanker baik dalam waktu treatment dahulu, maupun saat setelah selesai treatment/sehat sekarang.

Keluarga harus tahu kondisi saya dan mengerti saya berhadapan dengan kanker berarti saya harus melewati serangkaian pengobatan medis sampai selesai.

Mariaty Sitorus - Mommies Daily

Artinya keluarga tetap mendukung secara fisik dan spiritual. Fisik ya misalnya, tetap dampingi saya apapun keadaaanya, menerima saya apa adanya setelah saya secara fisik tidak seperti wanita pada umumnya punya 2 payudara. Tetap terus doakan saya, menyemangati saya, mengingatkan saya bahwa pengobatan itu harus dilalui dengan ikhlas dan  selesaikan satu persatu sampai sehat.

Puji Tuhan saya memiliki sahabat-sahabat yang baik hati dan tulus menolong saya saat sakit. Secara moral mereka punya andil besar thd kesembuhan saya pada waktu treatment itu dilakukan selama setahun. Mereka datang rajin menjenguk, menemani, tetap hangout bareng, bercanda seperti biasa sehingga hidup saya benar-benar hidup tak merasakan saya punya sakit kanker dalam tubuh.

Tenaga medis, dokter spesialis  onkologi dan perawat juga sangat berpengaruh dalam support system ini. Puji Tuhan selama ini saya mendapatkan dokter yang cocok utk diajak komunikasi dan menjawab pertanyaan seputar kanker, kondisi kesehatan saya waktu itu dan sampai saat ini. Sehingga saya tahu apa yang harus saya lakukan terhadap tubuh saya agar saya terus bisa menjaga dan mempertahankan sehat dan kuat.

Kamu paling sebal kalau dapat komentar apa dari lingkungan?

“Kemo itu mematikan”

“Coba pengobatan alternatif saja”

“Kanker itu menular”

Sumber kekuatan kamu menjalani proses ini?

Mariaty Sitorus - Mommies DailySahabat-sahabat yang setia mendampingi proses pengobatan kanker

Tuhan, anak-anak, suami, keluarga dan sahabat-sahabat

Bentuk dukungan seperti apa dari pasangan dan ketiga anak, yang paling berbekas dan berdampak nyata buat kamu?

Dukungan cinta dan doa pastinya. Mereka menerima saya apa adanya setelah saya operasi dan kemo itu. Bahkan mereka semakin mencintai saya.

Harapan kamu ke depannya seperti apa?

Saya punya harapan banyak :

  • 1.Saya sehat, panjang umur.
  • Stop polusi udara, pencemaran air dan pelarangan merokok dimana pun.
  • Setiap orang semakin waspada terhadap kanker, dengan deteksi dini kanker.
  • Setiap orang aware bahwa makan buah dan sayur sedari kecil dan dewasa adalah salah satu cara mencegah sakit kanker.
  • Dunia kedokteran menemukan obat kemo tanpa ada rasa mual atau mungkin pengganti obat kemo yang simpel dan ampuh menghancurkan sel kanker.
  • 6.Berharap obat-obat medis kanker tidak mahal di masa depan.
  • 7.Deteksi dini kanker secara medis diharapkan diberikan secara gratis untuk umum.
  • Salut untuk kamu, Mbak Mima. Semoga semangat kamu bisa terus dibagi ke teman-teman yang sedang berjuang, ya.

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan