Sorry, we couldn't find any article matching ''
Setelah Keguguran, Mereka Masih Harus “Terima” Komentar Ini!
Diadaptasi oleh: Rachel Kaloh
Kebayang nggak sih, sudah mengalami sakitnya keguguran dan kehilangan calon bayi, masih harus juga dengar komentar yang menyakitkan seperti yang dialami oleh beberapa ibu berikut ini.
Berawal dari Dana Dewedof-Carney yang mengalami keguguran ketika ia sedang mengandung anak laki-lakinya, Benjamin, di usia 29 minggu. Saat itu Dokter yang memeriksa tidak dapat menemukan detak jantung janin, lalu berkomentar, “It was just the wrong baby”, lalu menambahkan bahwa tubuh Dana sedang menolaknya.
Meski sebagai dokter rasanya tidak mungkin menyakiti hati pasien, namun sebagai ibu yang saat itu sedang menanti dengan penuh harap, apapun komentar yang ia terima pasti akan menyakitkan, apalagi bila janinnya dianggap bayi yang salah (yang tidak layak untuk melanjutkan hidup).
Dana kemudian membuat sebuah kampanye dengan nama Project Benjamin untuk mengenang putranya dan bayi-bayi lain yang tidak sempat hadir di dunia. Ia ingin mengubah cara pandang orang-orang di sekitarnya, khususnya ketika membicarakan tentang kehamilan dan keguguran, karena faktanya masih banyak orang-orang yang berkomentar salah dan tidak bisa menjaga perasaan para ibu yang kehilangan. Dana pun mengajak ibu-ibu lain yang pernah mengalami keguguran untuk membuat sebuah foto dengan komentar menyakitkan yang pernah mereka dengar.
Berikut foto-fotonya …… dan selamat merenungi, bahwa ternyata our word is more valuable than anything else.
Andrea, harus menghadapi cibiran orang-orang dengan pertanyaan, “kapan akan punya anak?” mereka tidak tahu bahwa Andrea pernah memiliki satu, namun ia kehilangan kesempatan untuk bertemu anaknya di dunia.
Christina, merasa semakin down, ketika ada orang yang beranggapan bahwa keguguran yang ia alami, ya, memang sudah takdir.
Mungkin memajang foto seseorang yang sudah meninggal kadang membuat orang lain resah, tapi sebagai orangtua, Collen punya hak untuk mengenang anaknya, apalagi kalau cara tersebut membuat ia merasa jauh lebih baik.
Adopsi mungkin memang pilihan, tapi siapapun tidak berhak menentukan kapan seorang ibu sebaiknya memutuskan untuk adopsi, karena kita tidak mengerti seberapa besar usaha yang sudah ia lakukan untuk memiliki anak.
Come on, people! Haruskah berkomentar soal berat badan pada si ibu yang kita tidak tahu mungkin sudah berjerih payah menjalani diet dan hidup sehat.
Kita tidak pernah tahu kesulitan apa yang sedang dialami seseorang. Seperti foto Michelle, yang seringkali dianggap memiliki hidup yang sempurna, padahal tidak ada yang bisa memahami kesulitannya ketika melewati masa-masa yang berat dalam hidupnya ketika harus kehilangan anak perempuan, pesan ini diikuti dengan tagar #StruggleDoesNotHaveaLook.
Dara, seorang ibu yang pernah dibuat kesal dengan komentar ketika harus kehilangan anak ke-3, di mana orang-orang sekitar menganggap, “yang penting kan sudah punya anak, ada dua lagi (perempuan dan laki-laki)”. Padahal, setiap anak mempunyai tempat tersendiri di hati seorang ibu.
Sebagai sesama ibu, yuk, lebih peduli untuk tidak asal bicara ketika mendapatkan orang di sekitar kita sedang mengalami masa-masa sulit. Bila memang kita tidak mampu memberikan dukungan secara moral, lebih baik diam dan doakan saja.
Artikel ini diadaptasi dari www.workingmother.com
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS