Ditulis oleh: Febria Silaen
Tya Ariestya menceritakan tentang perjuangannya untuk mendapatkan anak melalui proses bayi tabung di akun Instagram pribadinya lewat hashtag #IVFjourneyTyaAriestya. Bagaimana perjalanannya? Simak ceritanya yuk!
Anak pertama Tya, Muhammad Kanaka Ratinggang (1.5) juga hasil dari program bayi tabung, jadi ini adalah program IVF yang kedua. Meski sempat gagal, namun dirinya dan suami, Muhammad Irfan Ratinggang, tak menyerah mencoba sampai akhirnya ia berhasil hamil.
Tya memang rajin membagikan informasi seputar bayi tabung untuk berbagi semangat dan sama-sama mendoakan para calon ibu yang mendambakan kehamilan. Diakui Tya, perjuangan untuk memiliki anak melalui proses bayi tabung tidak mudah. Beberapa waktu lalu, Mommies Daily pun sempat ngobrol dengan Tya, simak obrolan kami ya.
Bayi tabung lagi untuk anak kedua, apa gak takut dinyinyir netizen?
Hahaha sudah kebal Mba. Waktu hamil anak pertama juga banyak yang bertanya "Kenapa harus hamil bayi tabung? Kenapa gak hamil alami?" Ya kurang lebih itu pertanyaan yang sering muncul di kolom komen postingan aku.
Tapi kalau jawab satu per satu capek juga ya hahaha. Tentu keputusan aku dan suami akhirnya memilih bayi tabung untuk memiliki buah hati sudah melalui pertimbangan dan berbagai pemeriksaan. Waktu hamil anak pertama, aku punya masalah hormon yg tdk seimbang yg dinamakan PCO (polycystic ovary syndrome) atau sindrom ovarium polikistik. Gangguan pada hormonnya yang membuat Tya sulit hamil alami. Dan untuk anak kedua, kami akhirnya tetap memutuskan progam bayi tabung karena alasan itu.
Menjalani program bayi tabung, suka dukanya apa?
Banyakkk. Aku sudah banyak cerita di akun Instagram bagaimana perjuangan untuk dalam menjalani bayi tabung. Yang pasti harus nggak boleh takut jarum suntik hahahaha. Karena dalam menjalani proses akan menerima suntikan stimulasi. Baik di rumah sakit maupun di rumah.
Menjaga kondisi tubuh dalam kondisi yang baik dan sehat itu juga penting. Tapi yang pasti persiapan mental itu penting banget. Sebab, menjalani program bayi tabung itu deg-deg an. Siap tidak siap harus siap sama hasilnya. Berhasil atau tidaknya. Dan terus berdoa saja, karena ini kan ikthiar bentuk usaha untuk memiliki keturunan. Tapi semua Allah yang menentukan.
Persiapan mental maksudnya bagaimana, Tya?
Ya, mempersiapkan mental dan psikis itu penting sebagai pejuang IVF. Aku pernah mengalami down ketika program bayi tabung anak pertama, ternyata hanya jadi satu. Dan ketika mencoba program bayi tabung anak ke dua ini ternyata kami harus mulai dari nol. Karena embrio yang disimpan dari program bayi tabung pertama gagal.
Nah, kondisi psikologis ini yang juga mempengaruhi calon ibu yang menjalani proses bayi tabung. Merasa sedih terus atau bahkan nggak mau mencoba lagi bisa saja dialami. Tapi harus dilawan. Namanya juga usaha, ikhtiar tentu ekspektasi kita jangan terlalu tinggi. Jadi benar-bener selain fisik, finansial, psikis juga perlu dipersiapakan.
Bagaimana dengan dukungan orang terdekat?
Peran pasangan serta orang terdekat itu penting banget. Keputusan untuk menjalani program bayi tabung adalah keputusan suami dan istri. Jadi dalam prosesnya pun harus sama-sama. Suami saya juga menjalani rangkaian pemeriksaan. Yang tentu menghabiskan waktu dan tenanga. Dan di sinilah masing-masing dari pasangan harus bisa saling mendukung.
Kalau yang satu down, maka pasangan harus bisa memberikan dukungan, semangat. Jadi memang menjalani program bayi tabung ini penuh perjuangan, lho! Tidak semudah yang dibayangkan dan dipikirkan.
Kita harus disiplin dan komitmen. Disiplin minum obat dan juga komitmen untuk menjalani program sesuai ajuran dokter.
Bicara soal finansial. Berapa biaya untuk proses bayi tabung anak kedua ini?
Tentu saja beda ya, program bayi tabung pertama itu sekitar 60 juta. Tapi untuk yang progam anak ke dua ini, sekitar 100 juta. Ini karena kebutuhan obat untuk kehamilan keduanya kali ini dua kali lipat ketimbang saat hendak hamil anak pertama.
Suntikan yang mahal, bisa dua kali lipat dari yang program bayi tabung pertama. Ya faktor usia pengaruh juga hahaha. Tiga tahun lalu belum usia 30 an. Sekarang saya sudah usia 32.
Apa pesan Tya buat para pasangan yang mau mengikuti program bayi tabung?
Pesan saya, baik suami dan istri harus sama-sama mau menjalani rangkaian pemeriksaan. Terus banyak bertanya atau ikut komunitas tentang program bayi tabung. Jadi saat merasa down, kita memang membutuhkan support dari orang lain.
Dan ini juga penting, buat pasangan yang menikah sudah lebih dari dua tahun, jangan malu untuk periksa ke dokter. Semakin cepat, semakin baik untuk tahu apa yang harus kita lakukan untuk bisa memiliki anak dan usaha apa yang bisa dilakukan.
Sebab, tidak semua pasangan beruntung bisa mendapatkan anak dengan mudah. Saya dan suami, misalnya. Ada proses yang harus dijalanin untuk mendapatkan anak tidaklah mudah.
*
Semoga kehamilannya lancar ya, Tya!