Sorry, we couldn't find any article matching ''
Pengalaman Periksa Kehamilan di Puskesmas
Ditulis oleh: Monik Wulandari
Coba jawab, kapan terakhir kali mommies berobat ke Puskesmas? Kali ini saya berbagi pengalaman mengenai periksa kehamilan di puskesmas.
Jujur aja, nih, ya…Ketika saya disuruh ke Puskesmas untuk memeriksa kehamilan oleh suami, kening saya mengerenyit. Kenapa harus ke Puskesmas? Itu pertanyaan saya. Jawaban simpelnya, ya, karena Puskesmas adalah fasilitas kesehatan juga. Ada bidannya, ada dokternya, ada peralatan medisnya, bahkan ada yang memiliki laboratorium sendiri. Dan, kita sudah membayar untuk fasilitas ini sebelum kunjungan, yaitu melalui BPJS. Jadi kenapa tidak dimanfaatkan? Akhirnya saya setuju juga untuk mencoba.
Untungnya, ketika mendaftar BPJS, kami sudah survei terlebih dahulu Faskes (Fasilitas Kesehatan) yang akan dipilih. Saya memilih Puskesmas Kecamatan di Grogol, Jakarta Barat. Jangan membayangkan Puskesmas kecil, karena Puskesmas ini memiliki empat lantai, poli-nya lengkap dengan laboratorium dan memiliki tempat bersalin di gedung terpisah. Oke, kan?
Kesan pertama ketika berkunjung adalah, tertib dan ramah. Untuk mendaftar poli yang dituju, kita harus mengambil nomor antre dengan counter pelayanan yang selalu terisi, sehingga calon pasien tidak menunggu terlalu lama. Jika memiliki BPJS, tentunya kita tidak dikenakan biaya apa-apa. Tapi ada ibu yang mengantre sebelum saya, terkikik senang ketika diharuskan membayar hanya dua ribu rupiah. Uang parkir aja, nggak segitu kan, moms.
Selama kehamilan, saya rutin satu bulan sekali berkunjung ke Puskesmas. Karena tidak memiliki mesin USG, bidan hanya memeriksa ukuran perut, posisi janin dan mendengarkan detak jantung si jabang bayi. Tapi jangan khawatir, mommies akan mendapat dua kali rujukan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan USG (lagi-lagi secara gratis). Kalau saya, karena excited dengan perkembangan si bayi, jadilah setiap bulan ke dokter kandungan untuk USG (dan bayar L). Oh iya, vitamin dan suplemen juga diberikan dari Puskesmas, jadi tidak perlu menebus resep vitamin ratusan ribu lagi. Yeay!
Baca juga:
8 Hal yang Dirasakan Bayi di Dalam Kandungan
Lalu di trimester akhir, setiap kunjungan, saya mendapat suplemen bumil berupa kue kering untuk dua minggu. Hahaha.. Bentuk perhatian ini tentunya dapat membuat bumil menjadi senang dan tetap sehat. Sebenarnya mereka juga menyediakan fasilitas senam hamil dan kelas mengenai kehamilan lainnya. Tapi saya tidak memanfaatkannya.
Sama seperti berkunjung ke dokter kandungan, mendekati hari perkiraan lahir, seminggu sekali saya berkunjung untuk mengetahui kesehatan bayi dalam perut. Jika kehamilan normal-normal saja, disarankan agar mommies melahirkan secara spontan. Jika tidak, mommies akan mendapat rujukan ke Rumah Sakit terdekat untuk dilakukan tindakan bedah Caesar atau lainnya yang diperlukan.
Baca juga:
Melahirkan di Bidan? Kenapa Tidak!
Apakah akhirnya saya melahirkan di Puskesmas? Meskipun kehamilan berjalan lancar dan normal, hingga minggu ke 40, saya belum merasakan tanda-tanda akan melahirkan, sehingga dokter kandungan menganjurkan untuk melakukan tindakan induksi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apakah saya menggunakan rujukan dari Puskesmas? Sayangnya tidak. Karena ketika saya meminta, Puskesmas baru akan memberi rujukan jika hingga usia kehamilan normal 42 minggu, belum ada tanda-tanda melahirkan.
Baca juga:
16 Tips Melahirkan dari para Bidan
Over all, saya cukup puas dan senang memeriksakan kehamilan di Puskesmas. Ada yang pernah periksa kehamilan di puskesmas dan mau berbagi cerita?
Baca juga:
Daftar Barang-barang Bayi yang Ternyata Tidak Perlu Dibeli
Share Article
COMMENTS