Sorry, we couldn't find any article matching ''
ART Bukan Orang yang Mampu Membaca Pikiran, Tolong Ingat Itu!
Kita mungkin punya standar manner tersendiri untuk para ART alias Asisten Rumah Tangga. Kita berharap mereka mematuhinya. Pertanyaannya, sudahkah kita menginformasikan aturan yang kita miliki?
Kalau ditanya apakah yang memicu saya membuat tulisan tentang manner dan ART ini adalah gara-gara curhatan selebgram yang memulangkan ART-nya ke yayasan karena si ART kepergok lagi asik-asik duduk di kursi meja makan sambil main HP? Jawabannya: Iya!
Posisi saya di sini nggak mau menyalahkan atau mendukung, karena saya paham setiap rumah, setiap ‘majikan’ pasti punya aturan yang berbeda, seperti halnya perusahaan-perusahaan yang pernah saya ikuti selama 18 tahun saya bekerja.
Saya hanya mau berbagi pengalaman bagaimana selama ini saya ataupun keluarga besar saya memberlakukan sebuah aturan atau tata krama terhadap mereka yang bekerja di rumah, entah itu ART, baby sitter, supir atau tukang kebun yang sekadar datang dua kali seminggu.
Bicara tentang manner alias tata krama, mama saya sebagai keturunan Jawa Tengah yang katanya ada darah birunya, ahahahha, sudah pasti dididik dan dibesarkan dengan aturan tata krama yang super-super ribet. Dan ini menurun ke anak-anaknya, alias saya dan kedua kakak saya.
Kalau dipanggil, biasakan menjawab dengan kata “Dalam.”
Kalau lewat di depan orang yang lebih tua, bungkukkan sedikit tubuh sambil ucapkan permisi.
Jangan menguap tanpa menutup mulut.
Jangan bertahak dengan bersuara.
Kalau buang angin di depan orang tanpa sengaja, bilang maaf.
Jangan duduk lebih tinggi kalau ada orang tua di bawah kita.
Ucapan tolong dan terima kasih sudah otomatis kayaknya tertanam di lidah kami semua :D.
Dan masih banyak urusan tata krama lainnya.
Nah, kalau bicara mengenai sopan santun untuk para pekerja di rumah, mama nggak kalah galak.
Apakah mama saya mengizinkan ART duduk di kursi yang sama dengan mama atau kami anak-anaknya? Nggak. Biasanya kalau diajak bicara, ART akan duduk bersimpuh di karpet atau lantai.
Saat belum ada televisi di kamar tidur ART, dan mereka menonton TV bersama-sama kami di ruang keluarga, ya ART duduk manis di karpet yang empuk.
Urusan makan? Pekerja di rumah ya nggak akan bisa sembarangan mengambil makanan yang ada di meja makan. Mama akan mengambilkan jatah mereka dengan porsi yang lebih dari cukup, menempatkan di piring yang bagus, meletakkan di dapur dan mereka bisa makan di dapur atau di kamar mereka. Apakah lauknya sama dengan yang kami makan? Tentu saja sama, nggak ada beda. Kami makan ayam, ya ART juga makan ayam. Kami makan tempe ya ART juga makan tempe.
Urusan bermain ponsel? Mama mengizinkan asalkan pekerjaan rumah mereka sudah selesai. Tapi ketika diajak bicara, mama pasti akan menegur mereka kalau mata mereka tidak menatap mama namun malah asik ke ponsel, karena itu memang tidak sopan, nggak peduli siapa yang melakukannya.
Yang membedakan dengan mbak selebgram di atas adalah, mama saya selalu memberitahu di awal aturan-aturan serta tata krama yang wajib mereka perhatikan di awal pertemuan.
Sama aja kan, seperti kita yang begitu masuk kantor baru dijelaskan oleh bagian HRD tentang aturan-aturan yang harus kita patuhi. Apa kita bisa langsung paham seperti apa aturan di setiap perusahaan kalau nggak dikasih tahu? Ya nggak lah, karena kita bukan cenayang. Sama dengan para ART atau baby sitter. Mereka juga butuh lho diinfo, diberitahu, apa yang boleh dan yang tidak boleh untuk dilakukan.
“Lah, dia kan lulusan SMP/ SMA, harusnya paham dong manner standar seperti itu?” Nggak selalu!
Kita nggak bisa memaksa orang paham aturan kita kalau sebelumnya mereka nggak pernah mengenal kita, nggak pernah tinggal di rumah kita, nggak pernah berinteraksi dengan kita. Kita nggak bisa berharap orang lain langsung paham apa yang kita mau, apa yang kita inginkan kalau kita nggak ngasih tahu ke mereka. Mungkin, apa yang standar dan normal menurut kita, bukan hal yang biasa dilakukan oleh mereka.
Jadi, dari mama saya belajar, belajar untuk berkomunikasi yang baik dengan mereka yang bekerja di rumah. Dan itu sudah bisa banget dimulai sejak awal kita mewawancarai mereka sebelum bekerja di rumah kita kan! Nggak bikin kita mati kok kalau kita menginformasikan aturan-aturan di rumah kita.
Baca juga:
18 Pertanyaan yang Saya Ajukan Kepada Calon Asisten Rumah Tangga
Kalau kita belum memberitahu kemudian saat mereka melakukan apa yang kita nggak suka kita marah, IMO, kita yang salah. Lha wong nggak ngomong kok berharap mereka paham.
Kalau kita sudah memberitahu (bahkan hingga beberapa kali) tapi mereka tetap melakukannya, baru mereka yang salah atau ndableg atau kurang cerdas untuk mencerna informasi dari kita. Kalau sudah begini, sah-sah saja kita mengambil langkah yang cukup ekstrim, seperti memberhentikan atau meminta ganti dengan yang baru.
Coba posisi di balik, kalau kita, yang ibarat katanya lahir dari keluarga baik-baik, dengan latar belakang ekonomi dan pendidikan yang bagus, melakukan ‘kesalahan’ yang kita nggak tahu bahwa itu diharamkan sebelumnya, lalu kita dipecat begitu aja, apa kita mau? Pasti nggak mau kan. Ya sama aja dengan ART. Asisten Rumah Tangga juga manusia, lho!
Kalau berharap ART atau baby sitter sudah bisa langsung paham apa maunya kita, ya coba saat mencari ART atau baby sitter, masukkan ke dalam persyaratannya: Mampu membaca pikiran!
Baca juga:
Share Article
COMMENTS