Sorry, we couldn't find any article matching ''
Reflection on Childhood, Adi Panuntun, “Saya terbiasa diberi kebebasan mengeksplorasi oleh orangtua.”
Adi Panuntun membuktikan, justru dari situasi sulit, ia tumbuh menjadi pribadi yang kreatif. Melihat situasi tak hanya dari satu sisi. Berbekal imajinasi, kini Adi menjelma menjadi salah satu entrepreneur Indonesia yang mempunyai sederet karya dan penghargaan.
Muhammad Adi Panuntun (39), ayah dari satu orang putri ini, saya kenal ketika kuliah di Bandung. Sebagai CEO and Creative Head PT Sembilan Matahari, profilnya termasuk sangat membumi. Saya sempat menerima side job di sana sebagai penulis buku, dan Adi turun tangan langsung menjadi supervisor saya. Gayanya yang tidak menggurui, melainkan berbagi ilmu lewat ilustrasi kasus, membuat saya nyaman di bawah bimbingan Adi.
Sembilan Matahari adalah studio desain lintas disiplin yang menggunakan pendekatan desain, teknologi, dan seni sebagai media ekspresi dan solusi, yang berdiri tahun 2007. Sejumlah karya dan penghargaan, telah Adi dan timnya raih, dalam maupun luar negeri yang membawa harum nama Indonesia, di antaranya:
Jebolan DKV FSRD ITB Angkatan 1999 ini, mengakui justru dari beberapa kondisi sulit semasa dia sekolah, ia berhasil digembleng oleh keadaan. Kini, Adi, tumbuh menjadi sosok anak muda Indonesia yang membuktikan, imajinasi apapun bisa direalisasikan, bahkan dengan segala ketidaksempurnaannya. Seperti apa lengkapnya, nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua Adi, sehingga ia berhasil menjadi seperti sekarang?
Apa 3 hal yang paling kamu sukai dari diri kamu?
Lebih nyaman dengan sifat low profile / humble
Senang terhadap hal-hal yang eksploratif dan estetik
Mudah sekali melahirkan ide-ide, seringkali lancar keluar seperti air mengalir
Pengalaman masa kecil apa yang membentuk kamu sampai bisa memiliki 3 point itu?
Banyak sekali, tapi satu hal yang saya ingat. Karena saya ini masa kecilnya termasuk golongan anak yang terbatas dalam mengakses mainan anak-anak, ini malah membuat saya, beralih ke mainan yang bisa kita “create” sendiri dari material atau benda apapun di sekitar kita.
Apakah ada kondisi-kondisi tertentu yang membentuk karakter kamu? dan sejauh mana andil orangtua?
Kebiasaan tidak disalahkan atau dimarahi terlebih dulu ketika sedang mengeksplor sesuatu, yang seharusnya tidak diperuntukkan sebagai mainan. Misalnya ruang keluarga di rumah tiba-tiba kami jadikan interior sebuah kapal laut. Orangtua kami, memberi kesempatan bagaimana imajinasi bisa bekerja untuk direaslisasikan dengan segala ketidaksempurnaannya. Orangtua saya termasuk yang bisa memberikan kebebasan dan tidak menghakimi.
Mungkin ada 3 pengalaman lainnya di fase kehidupan lainnnya, yang membentuk karakter Adi seperti sekarang?
Ada juga di masa remaja SMP & SMA. Lebih kepada, keterampilan yang terbentuk akibat kondisi keluarga yang sedang mengalami kesulitan ekonomi. Basis entrepreneurship terbentuk dan terasah di era ini. Saya pernah bantu ibu saya menjalankan usaha apoteknya, menjual obat perawatan kulit muka, dan sebagainya.
3 buku/film/lagu favorit kamu, yang mengubah cara pandang kamu akan sesuatu? Dan tolong jelaskan.
Buku: komik Tintin, Kungfu Boy, dan Tiger Wong
Film: The Bourne Trilogy, Imitation Game, Kingdom of Heaven, Goal!
Khusus untuk film Goal!, ada scene favorit, yang berpengaruh besar dalam hidup saya.
Santiago shouted to Glen that his father saw him play and was proud of him before he died. Glen replies (pointing up to the sky) "He's probably watching you right now.” The film happily ends with Santiago shedding tears of joy while embracing his dream.
The ending scene from the movie Goal! My all time favourite movie after The Bourne Trilogy.
Lagu (kalau dari segi lirik) kebanyakan lagunya Michael Jackson: Heal The World, Man In the Mirror, dan lagu-lagunya Metallica, Incubus, Linkinpark, Koil, Pas Band, dan Pure Saturday
Pesan orangtua (papa/mama) yang membekas, dan jadi semacam “my life quote”
Adi bersama saudara kandungnya, Sony Budi Sasono
“Believing is seeing.”
Bersamaan dengan kemenangan Sembilan Matahari di Berlin, ayah saya wafat. Ikhtiar panjang dalam menemukan penawar penyakit ini telah menemui takdirnya. Papah (kami biasa memanggilnya), adalah seorang arsitek yang di masa hidupnya dihinggapi penyakit Alzheimer sejak tahun 2000-an.
Hampir 20 tahun penyakit ini hidup bersamanya mengiringi perjuangan hidup kami sekeluarga, termasuk perjuangan anak-anaknya dalam masa menggapai mimpi-mimpinya. Masih terbayang bagaimana sulitnya kami dan Papah harus saling menyesuaikan frekuensi dan perspektif setelah hantaman krisis moneter 98 yang membuatnya kehilangan pekerjaan dan post power syndrome.
Di balik sulitnya menghadapi ilusi hidup yang diciptakan oleh Alzheimer ini, saya akui Papah tak henti memberikan pelajaran dan penggemblengan. Pelajaran berharga lewat caranya yang unik, yang tidak biasa, yang tidak bisa kami hakimi dengan kondisi ke-normal-an yang kami selalu inginkan dan harapkan.
Fase penggemblengen yang menular kepada Sembilan Matahari dan memaksa kami harus menjadi cerdik, cerdas, kuat, dan tangguh. Nilai-nilai yang hanya akan dapat kami pahami ketika kami benar-benar lulus dalam ujian sabar. Ya, hanya dengan kesabarannya Papah bisa bertahan selama itu, 20 tahun hidup menahan sakit demi bisa menyampaikan pelajaran kepada kami istri dan anak-anaknya.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosanya, kasihanilah ia, lindungilah ia dan maafkanlah ia, muliakanlah tempat kembalinya, lapangkan kuburnya, bersihkanlah ia dengan air, salju, dan air yang sejuk. Bersihkanlah ia dari segala kesalahan, sebagaimana bersihnya pakaian putih dari kotoran, dan gantilah rumahnya di dunia dengan rumah yang lebih baik di akhirat serta gantilah keluarganya di dunia dengan keluarga yang lebih baik, dan pasangan di dunia dengan yang lebih baik. Masukkanlah ia ke dalam surga-Mu dan lindungilah ia dari siksa kubur atau siksa api neraka.
Tunai sudah janji bakti. Gugur satu tumbuh seribu. Now rest in peace, Dad!
Dari kisah Adi, saya mengambil pelajaran. Betapa pentingnya sosok ayah untuk tumbuh kembang seorang anak. Ada figur atau sosok dengan karakter kuat, yang bisa dicontoh anak, memberikan referensi pemikiran dan aksi nyata, bagaimana harus bersikap menjalani hidup.
Thank you for sharing, Adi. Semoga makin banyak lahir “Adi Panuntun” lainnya, di masa mendatang :)
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS