Rahasia Membesarkan Anak Pintar (Tanpa Harus Jadi Juara Kelas)

Kids

Mommies Daily・14 May 2018

detail-thumb

Ditulis oleh: Ficky Yusrini

Nilai ulangan anak tak terlalu bagus? Jangan pesimis dulu. Belum tentu dia bukan anak pintar.

Musim tes alias ujian di depan mata. Biasanya masa-masa menjelang tes, bukan anaknya yang pusing, tetapi kita yang mulas. “Anakku cuek banget, boro-boro mau ngerjain latihan soal, keinginan untuk buka buku saja enggak ada,” cerita Mala, teman saya.

Walaupun yang sekolah anak, aroma kompetisi juga tercium di kalangan para Mama. Masing-masing punya cara untuk menggenjot anaknya agar bisa meraih nilai bagus saat UAS nanti. Ada yang mengirim anaknya ke bimbel, kumon, les privat, ataupun diajar sendiri mati-matian.

Dalam soal akademik, anak saya Pi (11) memang tak terlalu menonjol, tapi juga tidak rendah. Kadang-kadang, muncul rasa iri melihat anak lain, “Duh, enak ya, si A, nggak usah repot-repot ngajarin, anaknya memang udah encer otaknya.” Sementara, saya harus struggling ngajarin anak, yang butuh diterangin beribu kali sampai dia bisa paham materi yang saya ajarkan.

Siapa sih, yang tidak ingin punya anak pintar, cerdas, jenius? Tapi, benarkah pintar itu berarti nilai akademis yang bagus? Sebuah artikel dari Scientific American tentang Rahasia Membesarkan Anak Cerdas, (terus terang) membuat saya lega. Menurut psikolog dari Universitas Stanford, Carol Dweck, penulis artikel tersebut, riset selama lebih dari 30 tahun membuktikan bahwa kepintaran intelektual atau kecakapan superior bukanlah kunci utama kesuksesan di sekolah maupun dalam kehidupan. Riset tersebut menunjukkan bahwa proseslah yang lebih berperan menentukan kesuksesan.

Justru, mereka yang mempercayai bahwa kepintaran itu adalah bawaan dan sifatnya tetap, cenderung rentan terhadap kegagalan, takut akan tantangan, dan tidak termotivasi untuk belajar.

Di mata para Mama, bentuk kepintaran yang mereka harapkan dari anak dan standar kepuasan terhadap prestasi anak juga berbeda-beda. Ada yang “Asal anakku happy di sekolah dan rapornya tidak merah.”,”Kalaupun akademik nggak menonjol, minimal punya prestasi di bidang lain, seperti olahraga.”,”Walaupun di sekolah nilai rapornya tinggi, tapi kalau tes di bimbel nomornya rendah. Duh, anakku ketinggalan banget.” Kalau saya sendiri, selama ini lebih fokus untuk mengembangkan minat baca anak dengan mendisiplinkannya membaca buku setiap hari. Tak ada target khusus untuk nilai rapor. Toh, selama ini nilai ulangan tak pernah mengecewakan.

Rahasia Membesarkan Anak Pintar (Tanpa Harus Jadi Juara Kelas) - Mommies Daily

Kaitannya kepintaran dengan kesuksesan anak, secara umum, ada empat temuan Carol yang menarik untuk disimak:

• Tanamkan pada anak untuk memiliki mindset proses dan kemampuan yang bertumbuh. Bukan sekadar membanggakan kecerdasan atau bakat.

• Beri mereka apresiasi atau pujian karena ketekunan atau strategi mereka (bukan karena kecerdasan semata). Pujian tersebut dapat membuat mereka menjadi berprestasi di sekolah dan menjadi bekal dalam kehidupan mereka nantinya.

• Biarkan mereka belajar dari kegagalan. “Perilaku tak berdaya dan gampang menyerah di sekolah lebih sering disebabkan karena kurangnya usaha (bukan kurangnya kemampuan),” tulis Carol. Misalnya, saat mengerjakan soal matematika yang sulit, sebagian anak memilih untuk menyerah. Mereka yang jawabannya benar biasanya orang-orang yang fokus pada upaya untuk bisa menyelesaikan tantangan. Mendapat nilai ujian yang tidak sempurna bukanlah sesuatu yang menakutkan.

• Siswa dengan mindset bertumbuh menganggap bahwa belajar adalah tujuan yang lebih penting di sekolah daripada mendapatkan nilai bagus. Selain itu, mereka sangat menghargai kerja keras. Mereka mengerti bahwa bahkan seorang genius pun harus bekerja keras untuk pencapaian besar mereka. “Dihadapkan oleh kegagalan seperti nilai ujian yang mengecewakan, siswa dengan mindset bertumbuh mengatakan mereka akan belajar lebih giat atau mencoba strategi yang berbeda untuk menguasai materi,” tutur Carol, merujuk hasil penelitiannya.

Jadi, bagaimana dengan target Anda, mommies?