Tadinya saya kira memuji anak ketika dia berhasil melakukan sesuatu bisa menjadi salah satu cara meningkatkan percaya diri pada anak. Ternyata saya salah.
Selama ini, setiap kali kedua anak saya berhasil melakukan pencapaian-pencapaian sekecil apa pun, saya selalu membalasnya dengan puja-puji selangit, ahahahah. Maklum, saya dulu fakir pujian dari mama saya alias nggak pernah dipuji barang sedikit pun (curcol). Makanya begitu punya anak, salah satu tekad saya adalah saya nggak mau pelit pujian sama anak-anak.
Alhasil…..
Anak membereskan kamar, saya puji.
Anak mencuci piring sendiri, saya puji.
Anak mau belajar gitar, saya puji.
Anak mau bantu buka gerbang rumah pun saya puji.
Anak juara kelas, saya bilang pintaaaaar.
Ternyata, keseringan bilang anak pintar, anak hebat, itu juga nggak bagus.
Ya, logika saya sebagai orangtua kan begini: The kid does good or good enough, I make him feel great about himself. Itu namanya meningkatkan rasa percaya diri anak. Ternyata salah, hehehe.
Kenapa saya kayaknya nafsu amat ingin anak-anak saya punya percaya diri yang tinggi (eh bukan tinggi, tapi percaya diri yang sehat)? Karena anak dengan rasa percaya diri yang sehat akan merasa dihargai dan diterima oleh lingkungan, mereka yakin pada dirinya sendiri ketika melakukan sesuatu, merasa bangga dengan hasil karya mereka, berpikir positif tentang diri mereka (ini penting!), dan cenderung siap menghadapi tantangan. Saat anak merasa positif dengan diri mereka, it sets them up for success, dalam segala hal, mulai dari urusan bersosialisasi hingga urusan pendidikan.
Tapi ternyata, rasa percaya diri tidak tercipta hanya dengan kita mengatakan ke anak they are wonderful, special and great (event though they are!). Giving a trophy doesn’t help kids self-esteem. Jadi, jadi, jadi, bagaimana sih supaya kita bisa membentuk rasa percaya diri yang sehat pada anak?
1. Step back! Daripada selalu membanjiri anak dengan pujian, lebih baik helping them become competent in the world, kalau menurut Jim Taylor, penulis buku Your Kids Are Listening: Nine Messages They Need to Hear from You. Salah satu caranya dengan belajar step back dan biarkan anak-anak kita mengambil risiko, membuat keputusan, belajar menyelesaikan masalah sendiri.
Baca juga:
5 Tanda Kita Adalah Orangtua yang Overprotective
2. Bantu anak-anak belajar hal-hal baru. Di setiap tahapan usia, selalu ada hal baru yang dapat dipelajari anak. Ketika anak menyadari ada kemampuan baru yang dia miliki, percaya diri pun akan muncul.
3. Puji anak namun jangan berlebihan. Of course, it’s good to praise kids, karena ini salah satu cara menunjukkan kalau kita bangga dengan pencapaian dia. Masalahnya, urusan muji memuji ini sedikit tricky, karena kalau salah bisa menjadi backfire. Terus gimana dong kalau mau memuji anak?
a. Hindari over-praising. Misalnya, ketika kita tetap memuji anak padahal kita tahu anak memang tidak melakukan persiapan dengan baik, ini membuat anak merasa bahwa dia tidak perlu berusaha, toch tetap dapat pujian.
b. Puji usahanya dibanding hasil yang dia peroleh. Misal, “Wah selamat ya nak kamu dapat 100,”. Hal ini bisa membuat anak menghindari tantangan yang memungkinkan dia tidak mendapat nilai sempurna. Tapi puji usaha yang sudah dia lakukan.
4. Jadi role model. Children see children do! Saat kita menunjukkan bahwa kita bekerja keras untuk suatu hal, tandanya kita sudah setting a good example. Memperlihatkan sifat-sifat yang positif juga menjadi role model yang bagus kok.
5. Jangan pernah mengeluarkan kritik yang menjatuhkan. Apa yang didengar oleh anak akan membuatnya berpikir bahwa mereka benar-benar seperti itu. Kita bilang anak kita malas, padahal dia satu kali lupa membereskan pakaian, ya yang terngiang di kepalanya adalah bahwa dia malas. Titik!
6. Focus on strengths. Pay attention to what your child does well and enjoys. Fokus sama kelebihan anak jauh lebih membantu untuk meningkatkan rasa percaya dirinya.
Semoga anak-anak kita semua bisa tumbuh dengan rasa percaya diri yang sehat ya mommies!