Umumnya perilaku misbehave, akan terjadi pada anak usia 3-5 tahun. Tapi tidak tertutup kemungkinan, terjadi pada saat menginjak SD. Apa penyebabnya, dan gimana trik menangani saat hal ini terjadi?
Hampir setiap pagi, pas lagi sesi dandan, Jordy selalu duduk menemani saya. Tapiiii, ada saja tuh tangannya iseng pegang semua alat makeup saya. Ngerti sih, soalnya pas saya lagi dandan, saya pasti fokus mengaplikasikan sesuatu di wajah. Tahapannya juga agak panjang, mulai dari skincare, baru lanjut ke makeup.
Nggak puas pegang ini itu, nanti dia berulah ke benda lainnya. Dan melontarkan segala pertanyaan yang ada di benaknya. Perilaku macam ini, bisa dikategorikan sebagai misbehave, kondisi saat si anak tidak suka ada di situasi tersebut. Selain itu, karena kebutuhan dia tidak diperhatikan. Dalam kasus saya, Jordy butuh perhatian atau respon. Kalau saya jawab setiap pertanyaan dia sih, nggak ada masalah berarti, ya. Sungguh kebayang ya, gimana saya pakai mascara sambal ngomong sana si anak lanang ini, ahahahaha.
Di kondisi berbeda, yang ekstream. Mbak Vera Itabiliana, Psikolog Anak dan Keluarga memberi contoh kasus. Seorang anak usia 5 tahun, seringkali mengeluarkan kalimat yang bernada menantang kepada guru, “Aku maunya seperti ini, terus kenapa?”, kira-kira seperti itu bunyinya. Perilaku ini muncul, karena orangtuanya sudah bercerai.
“Dia merasa kebutuhan emosinya tidak digubris sama lingkungan sekitarnya. Dia butuh apa dicuekin, tidak diperhatikan. Mungkin dia mau lebih banyak waktu dengan ibunya, tapi ibunya sibuk terus. Lalu dia tidak bisa mengutarakan maksudnya. Terus dia tinggal sama neneknya, dan harus mengikuti semua kata neneknya. Jadi dia tidak mempunya ruang gerak,” jelas Mbak Vera.
Kebutuhan emosi lain, yang patut diperhatikan menurut Mbak Vera, merasa diinginkan, merasa dihargai dan jangan lupa libatkan anak.
Selain kebutuhan emosi, anak yang misbehave seringkali disebabkan, kebutuhan fisiknya yang tidak terpenuhi dengan baik. Misalnya mengantuk, tapi masih di tengah situasi jalan-jalan *naaah, saya sering banget nih, mengalami hal ini. Tak hanya itu, perilaku misbehave bisa muncul, ketika anak ingin mendapatkan kekuatannya, artinya ia ingin mengendalikan situasi.
Ketika anak menunjukkan misbahave-nya. Tunjukkan bahwa kita paham dengan apa yang ia rasakan. Misalnya: “Kamu bosan, ya? Sebentar ya, 5 menit lagi!”. Seringkali anak mencari perhatian dengan cara membuat suara-suara tertentu, seperti mengetuk-ngetuk sesuatu. “Selama hal-hal seperti itu, tidak menyakiti diri sendiri dan orang lain, ignore saja. Karena kalau di ignore akan hilang.
Bentuk misbehave yang Mbak Vera garisbawahi, adalah saat tidak ada sesuatu yang memicu dia untuk mencari perhatian, kita sebagai orangtua atau support system sedang tidak sibuk apa-apa, tidak anak membuat ulah. Hal seperti itu, wajib untuk diubah dan mendapatkan intervensi. Hampir sama, seperti cara penanganan di atas, yaitu dengan cara di-ignore. “Anak harus belajar bahwa nggak gitu lho caranya kalau mau mendapatkan perhatian. Nggak dengan membuat ulah,” papar Mbak Vera.
Selain itu, ketika dia manis, walau cuman satu detik. Langsung dipuji, misalnya, “Wah, ganteng ya, Jordy. Kalau duduk manis gini.” Jadi dia tahu, “Oh pada saat seperti ini, saya bisa mendapatkan perhatian,” jadi perilaku baik tadi akan diulang.
Semoga, saya dan mommies selalu dikasih kesabaran dan energi, ketika datang masanya si kecil misbehave, ya :D