banner-detik
KINDERGARTEN

8 Cara Mudah Membuat Anak Mengikuti Instruksi

author

Mommies Daily27 Mar 2018

8 Cara Mudah Membuat Anak Mengikuti Instruksi

Ditulis oleh: Ficky Yusrini

Anak yang bisa mengikuti instruksi dari orang tua, bukan karena bawaan lahir kok. Tapi, perlu teknik dan trik yang harus dilatih terus menerus.

Suatu hari saya bertamu ke rumah seorang kerabat yang mempunyai anak balita bernama Bintang. Saat saya datang, Bintang sedang menonton Ipin dan Upin. Saat ibunya meminta Bintang untuk mandi dan juga makan, Bintang blas sama sekali nggak merespon. Sebaliknya, begitu Bintang berteriak minta diambilkan susu sama Ibunya, si Ibu langsung tergopoh-gopoh membawakan segelas susu yang diminta *__*.

Saya sebagai ibu yang bakalan gregetan kalau anak saya bersikap seperti Bintang, jadi penasaran, apa memang Bintang secuek itu setiap kali mendapat instruksi dari ibunya? Si ibu pun mengeluhkan, Bintang lagi senang-senangnya bilang “Moah” (dalam Bahasa Sunda yang artinya enggak). Apa pun yang dikatakan ibunya, ia akan jawab dengan kata “Moah, ah!” Lalu diikuti dengan drama pemaksaan sampai Bintang mau mengikuti perintah. Kadangkala, ia mau setelah si ibu bernegosiasi akan memberikan apa yang Bintang inginkan. Misalnya, “Ayo, nanti kalau kamu udah mandi, kamu boleh nonton lagi." Capek juga ya kalau setiap kali menyuruh anak, harus pakai negosiasi dan imbalan.

Bagi yang masih berjuang untuk mendidik balitanya mudah memahami instruksi, mungkin tip dari Pediatric Services dan blog The Military Wife and Mom ini bisa dicoba. Menurut Pediatric Services, mengajari anak mengikuti instruksi adalah hal penting dalam masa pertumbuhan anak usia dini, yang akan menjadi bekal penanaman karakternya ke depan. Anak sejak awal sudah harus dilatih pelajaran komunikasi dasar, bagaimana membuat pesan kita didengar, dipahami anak, lalu diikuti. Sejak dini pula, anak sudah harus bisa menerima instruksi, dan yang terpenting, mau melakukannya.

8 Cara Mudah Membuat Anak Mengikuti Instruksi - Mommies Daily

Simak 8 kiat praktis berikut ini:

1. Ungkapkan secara langsung. Ajukan instruksi dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan. “Ayo, duduk manis sini!”, lebih mengena dibanding kalimat, “Kamu udah siap belajar?” Bentuk pertanyaan hanya akan dijawab dengan negosiasi oleh anak.

2. Mendekat. Beri instruksi ketika posisi kita dekat dengan si kecil, bukannya dengan teriakan saat kita sedang berada di ruangan sebelah. Kalau perlu, lakukan lewat kontak mata, berhadapan dengan anak.

3. Gunakan kalimat yang jelas dan spesifik. Daripada menggunakan kalimat, “Ayo, sana belajar!,” katakan, “Tolong dibaca tugas sekolah di buku halaman 5!” Hindari menggunakan kalimat yang terlalu panjang, seperti, “Ayo buruan. Kita udah telat datang ke pesta ulang tahun temanmu. Sekarang, pakai sepatumu.” Bilang saja, “Pakai sepatumu!”

4. Beri instruksi sesuai usia. Bicaralah pada anak sesuai dengan tingkatan yang bisa ia pahami. Misalnya, “Tolong ambil bolanya.”

5. Berikan satu instuksi dalam satu waktu. Terutama untuk anak yang bermasalah dengan fokus, hindari memberi instuksi yang banyak sekaligus. Seperti, “Ambil bekalmu, masukkan ke dalam tas, pakai kaos kaki dan pakai sepatu.” Satu-satu saja.

6. Tambahkan penjelasan sederhana dari perintah tersebut. “Lagi hujan sekarang. Supaya tidak sakit, ayo, dipakai jaketmu.” Penjelasan yang masuk akal, lebih mungkin dipatuhi anak.

7. Beri waktu pada anak untuk memproses. Setelah diberi instruksi, tunggu beberapa detik, tanpa perlu mengulang apa yang sudah disampaikan. Anak akan belajar untuk mendengar instruksi yang diberikan dengan tenang ketimbang instuksi yang berulang. Amati dan tunggulah sampai ia bergerak. Penelitian menunjukkan bahwa anak lebih mengikuti instuksi jika diberi waktu tunggu.

8. Hindari menyuruh dengan embel-embel ancaman atau ultimatum. Mengancam apabila anak tidak mau mengikuti perintah adalah kesalahan yang paling sering dilakukan banyak orang tua. Ultimatum, misalnya, “Kalau sampai jam 7 kamu belum selesai makan, ibu nggak mau anterin kamu ke sekolah. Kamu pergi sendiri saja!” Anak-anak pada dasarnya tidak suka dipaksa ‘menyerah’. Menurut psychotherapist James Windell, MA, penulis buku Children Who Say No When You Want Them to Say Yes, “Akibat sering diancam, anak jadi marah. Mereka akhirnya berfokus pada kemarahannya itu, bukannya berkonsentrasi pada apa yang Anda minta mereka untuk lakukan.”

Gitu lhooo mommies…… ada yang mommies praktikkan nggak dari delapan point di atas ini?

Share Article

author

Mommies Daily

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan