Sorry, we couldn't find any article matching ''
3 Masalah Perut pada Bayi yang Sering Terjadi
saat masih menyusu ASi eksklusif, adalah 3 masalah yang sering terjadi pada perut bayi. Apa saja, yang wajib mommies ketahui seputar 3 hal ini?
Dampak menyusu ASI eksklusif
Waktu Jordy menjelang usia 3 bulan. Saya sempat panik, dia nggak BAB dalam beberapa hari. Baru BAB dari hari ke 16 *__*. Pas saya ke dua dokter spesialis anak, mereka merespkan obat pencahar yang dikasih lewat dubur. Tapi saya nggak sampai hati ngasihnya.
Lagi pula, dari ciri-ciri fisik Jordy, saya masih teikan respond pergerakan dan suara. Nenennya juga masih mau. Dan benar ajaaa, hari ke-16 saya dapat “jackpot” ! hahaha.
Menurut dr. Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, “Untuk bayi berusia sebulan ke atas dan mendapatkan ASI eksklusif jadi jarang BAB. Ini normal banget (dan tidak bisa dibilang konstipasi) selama tidak ada keluhan lain (misalnya bayi rewel, tampak kesakitan, terlihat lemas, dan lain-lain).”
Dr. Meta bilang, hal ini bisa terjadi karena seiring pertambahan usianya, usus telah berkembang lebih sempurna dan dapat menyerap ASI lebih baik. Tidak ada istilah khusus dalam dunia kedokteran, normal teradi, selama anak mengonsumsi ASI 100%.
Tentang Kolik
Masalah kedua, yang pernah terjadi pada Jordy anak lanang saya, adalah kolik. Seingat saya, terjadi ketika saya mulai ngantor usia cuti bersalin, waktu Jordy di atas 3 bulan. Nangis hampir 3 jam, dan berlangsung hampir 3 minggu. Saya cek, popok kering, nggak ada luka di tubuhnya, posisi tidur juga nyaman kok.
Pas konsultasi ke dokter, benar saja, Jordy mengalami kolik. Penyebabnya Jordy sensitif dengan produk turunan sapi, atau produk dairy. Untuk menegakkan diagnosa anak kolik atau tidak, memang nggak mudah. Dokter Meta bilang, setidaknya harus ada 4 ciri ini:
Setelah badai kecil berlalu, terus terang saja sebagai ibu bekerja yang meninggalkan bayi masih menyusu ASI, saya belum tenang. Takut, kalau masalah seputar perut kembali menghampiri Jordy. Kualitas ASI sudah oke *eheeem, PD banget nih saya :D. Tapi kalau cara dan media pemberian ASI, ada yang salah, anak kan juga nggak nyaman nerima ASI.
Sama seperti ketika ibu menyusui langsung. Peletakan puting harus tepat, kalau meleset, bayi nggak bisa menghisap ASI dengan sempurna. Yang ada, malah menelan udara, terus perutnya kembung, deh.
Makanya, saya antisipasi menggunakan botol susu dari Philips Avent yang botol Classic +. Alasan utamanya, katup yang digunakan anti kolik, dan bebas BPA. Selain itu. Yang saya suka, ada ring pengaman di bagian atas botol, jadi nggak ada kebocoran saat menyusu. Dan secara uji klinis, botol jenis ini, dilengkapi anti kolik. Mengurangi drama si kecil merengek di malam hari karena perut kembung, tidurnya jauh lebih nyenyak. Kalau gini kan, sebagai ibu lega ya, anak bisa mendapatkan tidur yang berkualitas.
Layaknya ibu-ibu kebanyakan yang concern dengan persoalan kehigienisan produk bayi pasti suka deh dengan fitur ini. Botol susu Philips Avent Classic+ mudah banget dibersihkan. Karena bagian lehernya lebar. Keuntungan lainnya, ketika menuang ASIP jauh lebih mudah, nggak tercecer. Sedih kan, kalau ASIP terbuang percuma, walau cuma satu atau dua tetes.
Asyiknya lagi, dari pengalaman saya pribadi dan hasil ngobrol sesama ibu-ibu. Philips Avent kan juga menyediakan botol Natural. Membantu si kecil nyaman selama menyusu, layaknya menyusui dari payudara ibu. Begitu juga dari segi pelekatan, sejauh ini sih, pas Jordy pakai botol yang Natural nggak pernah bingung puting, tetap nyaman saat menyusui langsung sama saya.
Ukuran yang tersedia juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Di awal Jordy masih menggunakan botol dengan kapasitas 125 ml. Seiring dengan daya tamping lambungnya, perlahan Jordy mulai menggunakan botol yang 260 ml.
Sebagai ibu menyusui dan juga bekerja, saya merasa terbantu dengan Philips Avent botol Classic +. Dari segi harga masih sangat terjangkau, dan mencarinya juga nggak repot. Kalau nggak sempat ke toko retail modern. Saya tinggal klik e-commerce seperti JD.id atau Orami. Barang mendarat dengan sempurna deh, di rumah.
Drama belum berakhir, masih ada episode konstipasi
Nah, setelah Jordy di atas 6 bulan. Ternyata masalah seputar perut ini belum sepenuhnya pergi, hahaha. Jordy sempat konstipasi, atau sulit BAB. Kadang sampai memangis, sanking fesesnya keras. Duuuh, saya nggak tega lihatnya.
Setelah konsultasi dengan dokter. Asupan MPASI Jordy, diduga menjadi salah satu penyebab konstipasi. Pas saya ingat-ingat, saya suka menambahkan keju yang agak banyak ke Jordy. Keju sebagai produk dairy, mempunyai kandungan serat yang rendah.
Selain itu, buah juga bisa lho, jadi pemicu konstipasi. Misalnya pisang yang beluk matang. Disebabkan, pisang mengandung pati dalam jumlah yang cukup banyak. Kandungan inilah, yang berkontribusi terhadap konstipasi. Tapi perlu diingat, ya, mommies. Makanan bukan satu-satunya penyebab si kecil konstipasi, kurangnya cairan juga bisa menyebabkan si kecil sulit BAB.
Ada yang mengalami kasus serupa dengan saya? Yuk, yuk kita berbagi cerita :)
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS