Untuk Orangtua yang Sering Membiarkan Anak Sakit Tetap Sekolah

Health & Nutrition

fiaindriokusumo・13 Mar 2018

detail-thumb

Mungkin anak kita ‘hanya’ batuk pilek, namun apa yang dianggap sepele oleh kita bisa jadi berbahaya untuk anak orang lain. Pernahkah kita berpikir seperti itu?

“Duh, kenapa sih udah tahu anaknya batuk pilek nggak kelar-kelar masih aja tetap dibiarin masuk sekolah? Yang ada kan nularin teman-temannya yang lain.”

“Ya elaaaah, cum flu biasa doang nggak kenapa-kenapa juga kali ke sekolah. Anak tuh jangan dimanja.”

Memiliki dua orang anak usia sekolah, entah berapa juta kali saya mendengar argumen-argumen yang saling bertolak belakang seperti dua kalimat di atas.

Membiarkan anak yang sakit untuk tetap pergi ke sekolah, pun sakitnya mungkin ‘hanya’ batuk atau pilek, apakah dibolehkan? Atau memang sebaiknya tunggu anak benar-benar sembuh total baru kita izinkan lagi untuk masuk sekolah?

Saya pribadi masuk ke dalam kategori ibu-ibu yang sebisa mungkin tidak membiarkan anak pergi sekolah jika memang anak saya sedang sakit dan ada kemungkinan penyakitnya itu bisa menularkan teman-teman kelasnya. Bahkan jika hanya batuk atau pilek tanpa demam? Iya!

Buat saya, ketika anak sakit, dia memiliki kans besar untuk menularkan penyakitnya ke teman-temannya. Walaupun mungkin sudah saya bekali dengan tisse, sapu tangan atau hand sanitizer untuk dia menutup mulut atau mencuci tangan ketika akan memegang sesuatu, tapi yang namanya anak, seberapa sering sih dia akan ingat? Yang ada penyakit hanya akan muter di situ-situ aja, dan nggak akan hilang.

Baca juga:

Bersin? Jangan Lagi Ditutup dengan Telapak Tangan

Berarti anak lo sering banget nggak masuk dong Fi? Kan anak kalau batpil rentang waktunya lama? Ya nggak gitu juga. Saya juga kan bisa lihat kadar sakitnya, apakah masih parah banget di periode awal sakit atau tinggal batuk batuk sedikit menuju kesembuhan.

Namun saya bukan tipe ibu yang memaksan anak tetap ke sekolah hanya karena takut dia ketinggalan pelajaran. Atau hanya karena saya nggak bisa dapat izin cuti dari kantor. Karena seperti yang saya tulis di atas, virus atau bakteri yang mungkin hanya membuat anak saya terkena sakit ringan, begitu menular ke anak lain yang daya tahan tubuhnya sedang rendah, bisa saja dampaknya lebih berat dan mematikan. Dan saya semakin lebih berhati-hati setelah membaca berita tentang seorang ibu di Kanada di situs BoredPanda.

Maria Jordan MacKeigan menuliskan curhatan di social media miliknya yang mempertanyakan kenapa ada orangtua yang sanggup mengorbankan anak orang lain hanya karena orangtua tersebut terlalu sibuk.

Anak si orangtua lain ini terkena flu namun tetap diantar ke sekolah yang kemudian membuat anaknya Maria tertular. Sayangnya, putri Maria, Jordan Grace yang menderita Down Syndrome memiliki daya tahan tubuh lemah. Sehingga, virus atau bakteri yang bagi anak lain hanya menyebabkan flu, namun begitu menetap di tubuh Jordan membuat si kecil Jordan drop bahkan hingga rawat inap di rumah sakit.

Untuk Orangtua yang Sering Membiarkan Anak Sakit Tetap Sekolah - Mommies Daily

Curhatan Maria tentu saja menimbulkan pro kontra. Beberapa di antaranya:

Pros:

Untuk Orangtua yang Sering Membiarkan Anak Sakit Tetap Sekolah - Mommies Daily

Untuk Orangtua yang Sering Membiarkan Anak Sakit Tetap Sekolah - Mommies Daily

Cons:

Untuk Orangtua yang Sering Membiarkan Anak Sakit Tetap Sekolah - Mommies Daily

Untuk Orangtua yang Sering Membiarkan Anak Sakit Tetap Sekolah - Mommies Daily

IMO? Semua kembali kepada feeling dan empati kita sebagai seorang ibu. Sudah pasti yang paling paham kondisi anak kita saat sakit ya kita sebagai ibunya. Namun jangan lupakan juga untuk menggunakan empati kita untuk ibu-ibu lain di luar sana, yang mungkin memiliki anak dengan daya tahan tubuh tidak sebaik anak kita. Atau yang mungkin secara ekonomi tidak terlalu bagus dan memiliki keterbatasan bujet untuk membawa anak berobat.

Seperti yang saya alami sendiri, saat anak saya masih sekolah di Playgroup, ternyata ada temannya yang sakit gondongan, dan belum sembuh total tetap dibawa ke sekolah sama ibunya. Alasannya? Karena si anak sudah bosan di rumah *__*.  Itu pun ketawannya dari hasil ngobrol di kantin sekolah. At the end, 8 anak pada akhirnya tertular gondongan, salah satunya anak saya dan saya! Ada keluarga teman anak saya yang akhirnya harus batal liburan (padahal tiket pesawat dan hotel sudah dibayar) karena dua dari anggota keluarga tertular.

Saat membiarkan anak yang sakit tetap pergi ke sekolah, mungkin kita bisa bertanya ke diri sendiri:

- Apakah kondisi anak saya sudah benar-benar fit untuk pergi ke sekolah?

- Apakah penyakit yang diderita anak saya tidak akan menular ke teman-teman atau guru kelasnya?

- Kalau anak orang lain yang menderita penyakit seperti apa yang diderita oleh anak saya saat ini, apakah saya akan nggak kenapa-kenapa kalau di datang ke sekolah?

Jawab secara jujur, dibarengi dengan akal sehat dan juga empati.