Sorry, we couldn't find any article matching ''
Jadi Ibu Nggak Boleh Cengeng, Masa Sih?
Don’t forget you’re human. It’s okay to have a meltdown, just don’t unpack and live there. Cry it out and then refocus on where you are headed,” -Unknown.
Jadi ibu jangan cengeng! Jadi ibu jangan mudah menangis. Ah, masa iya, seorang ibu nggak boleh nangis? Saya justru sangat percaya menangis merupakan cara yang tepat untuk membuat hati kita lebih tenang. Membuat kita lebih kuat, termasuk lebih kuat dalam mendampingi si kecil untuk meraih masa depannya.
Buat orang yang kenal baik dengan saya, pasti sudah cukup paham saya ini masuk dalam #teammewek. Membaca blog yang menceritakan kisah seorang ibu kehilangan anaknya, langsung mewek. Mendengar curhatan teman yang jadi KDRT atau diselingkuhi suaminya, mewek. Wawancara dengan orangtua hebat yang berjuang membesarkan anak berkebutuhan khusus, juga mewek. Apalagi kalau ada orang yang nangis di depan mata saya. Duh, serius, deh, saya ini gampang banget ketularan nangis.
Mungkin ada yang menganggap tipe #teammwek seperti saya ini termasuk orang yang lemah. Padangan seperti ini juga yang akhirnya membuat banyak orang menutupi kesedihannya. Memilih untuk menahan tangis dan berpura-pura kalau semuanya baik-baik saja. Padahal, menangis merupakan salah satu luapan emosi yang sangat wajar dan bisa dilakukan oleh siapapun.
Well, bukan bermaksud untuk mencari pembenaran, tapi ada penelitian yang menyebutkan bahwa orang yang mudah menangis justru punya mental yang kuat. Nggak gampang rapuh dan mudah stress. Penelitian yang dilakukan Dr. William H. Frey II, ahli biokimia dari St. Paul-Ramsey Medical Centre di Minnesota membuktikan adanya perbedaan komposisi kimia antara air mata karena emosi atau stres dengan air mata karena iritasi fisik.
Di mana air mata emosional (terkait stres) mengandung dasar protein hormon prolaktin, hormon adrenokortikotropik (ACTH), dan leusin enkefalin (penghilang rasa sakit alami). Nah, pengeluaran hormon ACTH dalam tubuh melalui air mata ternyata menurunkan kadar hormon kortisol (hormon stres).
Hal ini tentu baik, karena kadar hormon kortisol yang tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan masalah kesehatan yang berhubungan dengan stres.Singkatnya, menangis bisa mengubah suasana hati jadi lebih baik. Bahkan menangis mampu meningkatkan suasana hati menjadi lebih baik daripada antidepresan apapun.
Hal ini pun dipertegas oleh Anggiastri Hananyasari, Psikolog dari Kembar Kemuning, yang mengatakan bahwa sebagai orangtua, khususnya orangtua yang memiliki anak berkebutuhn khusus sangat wajar jika ingin menangis. “Dengan menangis, kita jadi bisa meluapkan emosi yang ada. Dari sana kita bisa mengontrol emosi, dam bisa berpikir lebih jernih untuk melangkahkan kaki ke depan, menerima kondisi dan bersyukur dengan apa yang dimiliki” ujarnya.
Dengan menangis, justru membuat kita bisa menyingkirkan energi negatif. Menangis akan menjadi cara terbaik dalam mengembalikan energi positif.
Nggak mengherankan kalau Hari Minggu kemarin (21/1/18), saat Mommies Daily dan Nivea menutup acara Talkshow Sentuhan Ibu, di Yogyakarta. di penghujung acara Anggi mengajak mommies yang hadir untuk melakukan relaksasi. Sesi yang diharapkan dapat me-release perasaan dan emosi negatif yang tanpa disadari masih terpendam di dalam diri. Harapanya, dengan relaksasi ini, Mommies bisa lebih tenang dalam mendampingi buah hatinya. Terlibat dalam acara Setuhan Ibu dengan Nivea, bertemu para mommies hebat dan kuat mendampingi buah hatinya menyisakan pelajaran penting saya.
Sebelum sesi relakasi yang dipandu dari tim Kemuning Kembar, acara diawali dengan talkshow dan sesi sharing dari Grace Melia, ibu muda yang memiliki satu orang anak berkebutuhan khusus yang mendirikan Rumah Ramah Rubella.
Di awal acara, Grace Melia, atau yang biasa disapa Gesi ini mengaku kalau saat mengetahui puteri pertamanya, Ubi, mengalami Congenital rubella syndrome. “Awalnya aku tuh sempat marah sama Tuhan, kenapa harus aku? Kenapa bukan orang lain saja? Jahat sekali ya, punya pikiran seperti itu. Tapi memang awalnya seperti itu, sampai akhirnya saya sadar untuk melakukan perubahan demi kebaikan anak,”.
Adalah wajar jika sebelum memasuki tahapan menerima kondisi anak yang terlahir berbeda dari anak lainnya, akan timbul rasa denenial. Rasa penolakan atas takdir yang sudah digariskan. Termasuk rasa marah, marah terhadap diri sendiri, marah terhadap lingkungan, marah terhadap keadaan, termasuk marah terhadap Tuhan.
Gesi pun, salah satu tantangan membesarkan anak berkebutuhan khusus adalah kondisi di mana ia mudah ‘mendidih’ dan butuh penyaluran emosi yang baik. Ternyata, salah satu yang bisa membuatnya tetep 'waras' adalah dengan memiliki me time. Melakukan apa yang bisa mengembalikan rasa bahagianya, termasuk menulis blog.
Hanya itu? Tentu saja tidak. Salah satu hal paling penting yang perlu dilakukan seorang ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus adalah pentingnya memberikan sentuhan. Seperti yang dikatakan Mbak Anggi, selaku psikolog, sentuhan Ibu memiliki sejuta arti. Ungkapan rasa sayang dan kehangatan seorang ibu, tidak mengherankan jika dengan sentuhan ibu akan mampu mencinotakan rasa bahwa seorang anak benar-benar diinginkan, dan dari sanalah akan tumbuh rasa percaya diri hingga anak pun bisa mengembangkan potensinya. Ya, tentu ibu tetep perlu mendampingi.
“Salah satu, hal yang perlu dipahami bahwa anak membutuhkan sentuhan ibu. Respon yang positif ketika anak sedang melakukan eksplorasi. Kerena hal yang paling penting dalam pola asuh, khususnya dalam membesarkan anak berkebutuhan khusus adalah memahami adanya proses. Bukan hasil akhir, ” tegas Mbak Anggi.
Tugas ibu dalam mendampingi anak memang tidak pernah mudah, terlebih bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Namun, Anggi sebagai psikolog mengingatkan bahwa ibu merupakan pondasi utama bagi anak. Oleh karena itulah ibu yang sehat jasmani dan mental akan mendukung pertumbuhan anak lebih maksimal. Kalau memang sudah merasa overwhelmed, sesekali menangis juga boleh, kok. Dan jangan pernah lupa, meskipun terlihat sepele, sentuhan ibu merupakan awal di mana anak akan merasa disayang, dihargai, diinginkan.
Apa yang diungkapkan Mbak Anggi, sejalan dengan penelitian NIVEA berkolaborasi bersama psikolog ternama Iris Nowacki. Sentuhan ibu yang penuh cinta punya kekuatan magis. Punya dampak menenangkan, memberi kenyamanan, dan memenangkan. Sentuhan juga berarti ekspresi dari rasa sayang dan kepercayaan. Selain itu, sentuhan lembut punya manfaat baik untuk tumbuh kembang anak. Misalnya, saat momen-momen yang melibatkan emosi, antara ibu dan anak, dan akhirnya terjadi bonding. Adalah dasar yang baik, untuk kesehatan anak. Baik itu tumbuh kembang anak secara fisik maupun psikologisnya
Jadi, sudahkah hari ini memberikan sentuhan pada anak yang kita sayangi?
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS