Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mengulik Pribadi Omara Pemeran Piyan di Film Dilan 1990, yang Gigih Mengejar Beasiswa
“Omar mau dapat beasiswa, karena nggak mau menyusahkan abi dan bunda. Omar mau merasakan, gimana rasanya sekolah tapi bayar sendiri.” -Omara Naidra Esteghlal
Masih ingat dong, sosok Piyan di film Dilan 1990? Sahabat Dilan yang digambarkan kalem, menjadi penengah dan memiliki andil penting menghidupkan jalan cerita Dilan 1990. Dalam kehidupan aslinya, Omara Naidra Esteghlal (18,5) adalah sosok yang mandiri dan teguh dengan keinginannya. Seperti yang tergambar dari pernyataannya di atas.
Dia bersikeras harus mendapatkan beasiswa (lagi) untuk jenjang kuliahnya St. Olaf College , Northfield, Minnesotta ( Shelby Davis & St. Olaf Scholarship ). Setelah sebelumnya juga berhasil mendapatkan beasiswa ( Selby Davis Scholarship ) untuk meneruskan jenjang SMA-nya di United World College ( UWC - USA ). Montezuma, New Mexico.
Tantangan mendampingi anak remaja seperti Omara
Ngobrol dengan ibunda Omara, Diana Dewi (47) mendapatkan banyak sekali insight, seputar dunia anak remaja, fase yang sekarang sedang dijalani anak pertamanya, Omara. “Awalnya saya kira, yang namanya fase remaja, pas anak usia belasan. Saat 20 kelar dong ya. Tapi kata Bu Ela (Najelaa Shihab, Founder Sekolah Cikal & 24hrparenting.com, sekaligus Psikolog), umur 15 dia mulai mengurangi gejolaknya remajanya, 18 tahun dianggap mulai agak dewasa. Tapi tingkahnya akan tetap bergejolak sampa 25 tahun. Dan 25 itu baru dikatakan dewasa. Jadi tidak pernah kelar.” Kenang Mbak Diana mengingat sharing ilmu parenting dari Bu Ela.
Terlebih saat Omara mengutarakan cita-citanya ingin sekolah di luar negeri. Mengikuti jejak tantenya yang juga lulusan UWC – USA. Diperkuat, masa sekolahnya, dihabiskan di sekolah Cikal, dan Omara ingin sekolah di tempat lain. Namun, di waktu yang hampir bersamaan ibunda Omara sudah mendaftarkan dirinya di sekolah lain. Masalah baru muncul, Omara dihadapkan dengan konskuensi jika tidak diterima di UWC – USA, dia harus rela sekolah di Indonesia.
“Hidup itu punya pilihan dan ada konsekuensi yang mengikuti. Waktu itu saya dan bapaknya sampai ijab qobul sama Omar. Karena saya yakin, anak itu kalau kita kasih sesuatu yang dia harus bertanggung jawab, dia bisa kok melakukannya. Kalau kita semuanya oke-oke saja, nyaman, dia belum tentu bisa. Orang akan lebih survive kalau segala sesuatunya terbatas. Itu semua tergantung sama motivasi dan daya juang kita,” jelas Mbak Diana.
Kepergian Omara ke USA, menyisakan rasa khawatir
Lulusnya Omara melalui proses panjang. “Proses testnya itu 3 bulan, dari 1 SMA. Karena yang berhak menentukan kelulusan adalan nasional committee, anggotanya juga lulusan UWC – USA,” kata Mbak Diana, menceritakan perjuangan Omara, yang juga harus dikarantina di sebulan hotel untuk proses seleksi tersebut.
Sekolah United Work College, ada sekitar 200-an anak dalam dua angkatan, dan yang Omara ambil semacam Diploma program. Dari 100 bangsa. Dan sistemnya kuota, jadi bisa saja, dari Indonesia di tahun tertentu yang berangkat hanya 1 atau 2 orang. Kebayang kan, betapa beruntungnya Omara berhasil mendapatkan beasiswa, tentu dibarengi dengan usaha gigihnya itu?
Kepergian Omara ke USA, negara yang dia pilih, menyisakan kekhawatiran untuk Mbak Diana. Mengingat di usianya yang 13, Mbak Diana mendapati Omara kejang karena serangan epilepsi. “Waktu itu, jujur saja, saya mikirnya dia nggak selamat. Jadi waktu saya temui Omar kejang, saya juga nggak tahu, Omar minta tolong atau sedang mengucap “La Ilaha Illallah”, supaya jalannya gampang. Kejadiannya bulan puasa, pas dia lagi mau buka puasa sama teman-temannya di PIM, saya mau nganterin,” kenang Mbak Diana.
“Kebayang nggak sih, melepas anak yang harusnya kita kontrol minum obat dan sebagainya. Dia malah pergi jauh. Itu ujian banget buat saya. Saya mengalami dilema yang gila-gilaan. Di satu sisi nggak mau menghalangi cita-citanya, di sisi lain apa iya Omar bisa bertahan?,” lanjut Mbak Diana menceritakan rasa galaunya beberapa tahun lalu.
Seperti niat baik lainnya, yang didengar Tuhan, dan dilancarkan jalannya. Mbak Diana mengalami hal yang sama. Sampai suatu hari, Mbak Diana terlibat pembicaraan dengan orangtua anak yang dapat program beasiswa sama dengan Omara, dan berangkat bareng Omara. Ibu dari anak tersebut, mengatakan, “Diana tahu kan, anak-anak itu titipan Allah? Kita serahkan sama yang mempunyai mereka. Ini kan cita-cita mereka, kita doakan saja,” kata ibu itu menenangkan Mbak Diana yang sedang resah. Mbak Diana mengaku, seperti ditampar saat mendengar kalimat tersebut, tapi sekaligus seperti ada perasaan lega dalam dirinya.
Di sisi lain Mbak Diana juga tenang, tahu anaknya sejak SMA sudah tahu minatnya kemana. Wajar banget sih, kalau dari kecil anak kita cita-citanya masih mengalami perubahan, wong kita saja kadang passion-nya masih ingin coba ini itu, juga. Ya nggak mommies? Ada nilai-nilai tertentu ia Mbak Diana tanamkan ke Omara sejak kecil. Ia dan suami konsisten bilang ke anak-anaknya, “Kerjakan apa yang membuat kamu bahagia!” dan untuk dapat bahagia itu harus senang dulu. Nggak mungkin kalau nggak senang, terus dapat bahagia. Dan yang kedua, “Harus bertanggung jawab, sama apa yang dilakukan.” Dan bentuk dari tanggung jawab itu harus konsisten, dan konsisten itu sulit banget.”
Diana, sosok ibu yang dekat dengan anak laki-laki
Lagi-lagi Mbak Diana mengingat nasihat parenting dari Ibu Ela, dia bilang “Ketika anak masuk masa remaja. Seorang anak laki-laki harus dekat dengan bapaknya. Sementera perempuan, dekat dengan ibunya. Karena, yang tahu gejolak itu, adalah yang punya jenis kelamin yang sama. Makanya mungkin berat, buat anak-anak yang orangtuanya berpisah. Makanya saya wanti-wanti ke bapaknya, sesibuk apapun, usahakan dekat dengan anak-anak.”
Selain itu, kaya Mbak Diana, kita juga bisa jadi partner mereka. Kalau mereka sedang cerita naksir-naksiran. Mbak Diana bilang, kita coba berlaku seperi lawan jenisnya, jangan menjadi dia. Tapi tetap diselipkan pesan moral.
Bukan tanpa usaha juga, lho, Omara rela menceritakan fase dimana dia tertarik dengan lawan jenis. Sedari kecil Mbak Diana rajin ke anak lanangnya ini. “Sejelek apapun yang kamu alami, bunda kepingin tahunya dari kamu, bukan dari orang lain. Kalau bunda tahunya dari orang lain, bunda nggak bisa belain Omar. Kalau ternyata kamu yang salah. Tapi kalau bunda tahu dari kamu, sekalipun itu jelek, bunda bisa maklum,” begitu value yang Mbak Diana tanamkan di diri Omara.
Siapa di sini yang punya anak remaja seperti Mbak Diana? Semoga bisa ambil banyak pelajaran dari obrolan MD dengan Mbak Diana, ya. Mengarahkan anak laki-laki kita, menjadi pribadi yang berkarakter dan tahu persis apa yang menjadi cita-citanya.
Share Article
COMMENTS