Nggak cuma zaman pacaran, yang kadang terkondisikan menjalankan long distance relationship. 3 pasangan suami istri ini, menjalankan hubungan jarak jauh dengan situasi yang berbeda-beda. Seperti apa kiat dari tiga pasangan yang LDR-an bersama bertahan dengan pasangan mereka?
Bicara tentang long distance relationship, zaman pacaran dulu saya pernah menjalankannya. Enak nggak? Hmmm, plus minus sih. Yang pasti, pondasi kepercayaan harus benar-benar mantap. Yang nggak enaknya, akses ketemuan nggak leluasa, seperti layaknya kita ada di satu kota.
Lalu gimana, kalau LDR-an ini, yang menjalankan pasangan suami istri, sudah punya anak pula. Kalaupun terjadi, sudah melalui pertimbangan matang. Dan terbukti, tiga narasumber saya ini, ada yang berhasil melalui LDR-an dengan pasangannya selama 5 tahun. Bahkan ada yang suaminya bekerja kilang minyak tengah laut. Sinyal teleponpun sulit. Sehari sekali, ada komunikasi, sudah sangat beruntung.
Yuk, disimak, bagaimana mereka bertahan menjalani hubungan jarak jauh sebagai suami istri. Dengan kehadiran buah hati.
Kartika Firdaus (34), Marcoom Manager dan Mirza Dwinanda (36), Regional Sales Manger
Anak: Leia (5), Luke (2)
Lama LDR: 5 tahun, suami bekerja di Singapore
Kiat-kiat menjalankan LDR?
Tantangan terberat kapan, dan bagaimana mengatasinya?
Pas anak pertama lahir, suami saya harus balik ke Singapore. Nggak ada yang bantu, plus saya kena baby blues syndrome. Struggling banget, nggak ada suami, ngerasa berat, di 4 bulan pertama. Tapi pas anak kedua dan sudah bekerja, merasa lebih produktif.
Karena masih tinggal dengan orangtua, mereka mengerti situasi saya. Bantuan dari suami yang paling dirasa meringankan, meski berjauhan. Suami memberikan dukungan, apapun keputusan saya, yang berhubungan dengan pengasuhan atau tumbuh kembang anak. Apalagi ada masanya, pola asuh dengan orangtua saya. Suami selalu bilang, “Saya selalu percaya dengan keputusan yang kamu ambil.”
Mind set, apa yang butuh dimiliki pasangan yang LDR-an?
Situasi apapun sebetulnya bisa berbuah positif, jangan terlalu baper asalkan saling percaya. Kalau jauh jadi lebih kangen. Pas di rumah, malah lebih dekat. Punya keterikatan yang lebih!
Ratu Maulia Ommaya (33), Public Relations Manger The Body Shop Indonesia & Ardiansyah Nur Ahmadi (32), Onsite Rig Doctor
Lama LDR: 3 tahun, suami bekerja di Rig (tambang minyak tengah laut) Kepodang, Lamongan Jawa Timur
Anak: Omar (2 tahun 7 bulan)
Kiat-kiat menjalankan LDR?
Tantangan terberat kapan, dan gimana mengatasinya?
Ada di dua masa:
Pertama: Habis lahiran, Omar baru 4 minggu, suami saya harus berangkat lagi ke rig. Saya juga lagi baby blues syndrome. Saya nggak ada partner. Cara handlenya, dia sesering mungkin telepon dan WA saya.
Kedua dan sedang berlangsung: Omar lagi masa-masanya tantrum. Somehow butuh kehadiran bapak, pas anaknya lagi tantrum. Karena mendidik, butuh dua peran. Sekarang masih belajar juga. Dan belakangan ini, saya sedang memperbaiki pola komunikasi, harus lebih sabar, itu kuncinya.
Mind set, apa yang butuh dimiliki pasangan yang LDR-an?
Paling penting saling menghargai, saya dan suami, tahu peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Karena di waktu-waktu yang kurang bagus, misalnya terjadi konflik kecil. Pada akhirnya hal itu yang muncul dan mendamaikan suasana.
Ivan (28), Fotografer di Jakarta & Linda (28), Ibu Rumah Tangga, Tasikmalaya
Lama LDR: 3 tahun, istri tinggal di Tasikmalaya
Anak: Rayyan (1)
Kiat-kiat menjalankan LDR?
Sering berkomunikasi saja, Mungkin salah satu keuntungan LDR adalah jarang berantem. Sekalinya ketemu langsung juga bisa kangen-kangen, dan nggak terlalu bikin hubungan hambar jadinya :D.
Tantangan terberat kapan, dan gimana mengatasinya?
Kalau salah satunya lagi membutuhkan kehadiran kita secara fisik, Misalkan : salah satunya sedang sakit, agak susah bantunya. Kalaupun pulang butuh waktu perjalanan yang cukup lama. Mengatasinya, ya tetap butuh bantuan orangtua atau kerabat kita untuk mengurus sementara sampai saya tiba di kota istri, begitu juga sebaliknya.
Mind set, apa yang butuh dimiliki pasangan yang LDR-an?
Menurut saya, cuma komunikasi yang baik. Sama-sama mengerti satu sama lain tentunya, dan usahakan punya waktu cuti setiap beberapa bulan sekali untuk meluangkan bertemu atau pulang.
Salut untuk tiga narasumber saya kali ini. Masing-masing bertahan dengan ketiadaan pasangan untuk sementara waktu. Yang perempuan, sementara waktu harus berperan ganda sebagai ayah. Dan yang laki-laki, harus bisa sabar, saat istri benar-benar membutuhkan kehadiran suami. Apalagi ketika anak masih, bayi lagi kangen-kangennya, nggak bisa ketemu setiap hari, seperti kondisi Ivan, pasangan terakhir yang LDR.
Semoga hubungan kalian tetap langgeng sampai maut memisahkan, ya )