banner-detik
MARRIAGE

3 Kisah Inspiratif dari para Pejuang LDR

author

?author?12 Feb 2018

3 Kisah Inspiratif dari para Pejuang LDR

Nggak cuma zaman pacaran, yang kadang terkondisikan menjalankan long distance relationship. 3 pasangan suami istri ini, menjalankan hubungan jarak jauh dengan situasi yang berbeda-beda. Seperti apa kiat dari tiga pasangan yang LDR-an bersama bertahan dengan pasangan mereka?

Bicara tentang long distance relationship, zaman pacaran dulu saya pernah menjalankannya. Enak nggak? Hmmm, plus minus sih. Yang pasti, pondasi kepercayaan harus benar-benar mantap. Yang nggak enaknya, akses ketemuan nggak leluasa, seperti layaknya kita ada di satu kota.

Lalu gimana, kalau LDR-an ini, yang menjalankan pasangan suami istri, sudah punya anak pula. Kalaupun terjadi, sudah melalui pertimbangan matang. Dan terbukti, tiga narasumber saya ini, ada yang berhasil melalui LDR-an dengan pasangannya selama 5 tahun. Bahkan ada yang suaminya bekerja kilang minyak tengah laut. Sinyal teleponpun sulit. Sehari sekali, ada komunikasi, sudah sangat beruntung.

Yuk, disimak, bagaimana mereka bertahan menjalani hubungan jarak jauh sebagai suami istri. Dengan kehadiran buah hati.

3 Kisah Inspiratif dari para Pejuang LDR - Mommies Daily

Kartika Firdaus (34), Marcoom Manager dan Mirza Dwinanda (36), Regional Sales Manger

Anak: Leia (5), Luke (2)

Lama LDR: 5 tahun, suami bekerja di Singapore

Kiat-kiat menjalankan LDR?

  • Memanfaatkan teknologi yang semakin canggih. Bisa WA, atau video call. Komunikasi bisa dilakukan sewaktu-waktu
  • Menjaga kepercayaan, artinya sama-sama nggak berulah. Karena sama-sama bekerja, harus punya level of trust.
  • Sama-sama tahu batasan, kadang misalnya kebiasaan jauh, nggak merasa punya pasangan & keluarga. Merasa single. Pertemanan yang kebanyak juga single. Kalau ada yang menurut kita di luar kewajaran untuk pasangan yang sudah menikah, lebih baik dihindari.
  • Keputusan-keputusan besar, liburan atau beli sesuatu, harus bisa saling konsultasi dan jujur.
  • Pas lagi pasangan ke Jakarta, atau saya ke Singapore. Harus disediakan waktu untuk bersama. Karena yang namanya pasangan, setelah punya anak, suka merasa tidak diperhatikan.
  • Harus punya waktu untuk tetap ketemu sama teman-teman/adult time. Waktunya kita tetap eksis dan sosialisasi. Nggak merasa terkungkung, hanya berkutat kehidupan kantor dan keluarga. Karena ada dukungan dari teman-teman.
  • Tantangan terberat kapan, dan bagaimana mengatasinya?

    Pas anak pertama lahir, suami saya harus balik ke Singapore. Nggak ada yang bantu, plus saya kena baby blues syndrome. Struggling banget, nggak ada suami, ngerasa berat, di 4 bulan pertama. Tapi pas anak kedua dan sudah bekerja, merasa lebih produktif.

    Karena masih tinggal dengan orangtua, mereka mengerti situasi saya. Bantuan dari suami yang paling dirasa meringankan, meski berjauhan. Suami memberikan dukungan, apapun keputusan saya, yang berhubungan dengan pengasuhan atau tumbuh kembang anak. Apalagi ada masanya, pola asuh dengan orangtua saya. Suami selalu bilang, “Saya selalu percaya dengan keputusan yang kamu ambil.”

    Mind set, apa yang butuh dimiliki pasangan yang LDR-an?

    Situasi apapun sebetulnya bisa berbuah positif, jangan terlalu baper  asalkan saling percaya. Kalau jauh jadi lebih kangen. Pas di rumah, malah lebih dekat. Punya keterikatan yang lebih!

    3 Kisah Inspiratif dari para Pejuang LDR - Mommies Daily

    Ratu Maulia Ommaya (33), Public Relations Manger The Body Shop Indonesia & Ardiansyah Nur Ahmadi (32), Onsite Rig Doctor

    Lama LDR: 3 tahun, suami bekerja di Rig (tambang minyak tengah laut) Kepodang, Lamongan Jawa Timur

    Anak: Omar (2 tahun 7 bulan)

    Kiat-kiat menjalankan LDR?

  • Ada komitmen dengan suami, mengenai komunikasi. Karena situasi rig, di tengah laut, sinyal bisa nggak ada sama sekali. Dengan cara apapun harus ada komunikas (paling minim sehari sekali). Bentuknya bisa SMS, atau email, syukur-syukur ada sinyal untuk WA-an. Komitmen lain yang dia minta, dari saya. Seandainya, komunikasi itu dalam sehari hanya satu, nggak boleh marah dan banyak menuntut.
  • Sebaiknya sebagai istri kita mengenal rekan kerja suami. Ngajak ketemuan istri-istri. Misalnya ada hal urgent tentang kita, atau anak. Dan sulit mengubungi suami, kita bisa menghubungi istri rekan kerja suami, untuk minta tolong kabar tersebut, diteruskan kepada suami mereka, dan berujung ke suami kita. Selain itu, jadi ada penguat, yang mengerti situasi detailnya. Walau, jarang ada istri suami yang bekerja di rig juga seorang ibu bekerja.
  • Support system, orangtua suami dan saya, dan baby sitter, semua harus tahu kondisinya seperti apa. Mereka yang standby buat saya, jika ada situasi pekerjaan yang mengharuskan saya lembur atau dinas luar kota/luar negeri.
  • Harus punya quality time, kalau suami lagi libur. Kitanya wajib mengatur jadwal, jalan-jalan dengan formasi lengkap.
  • Saling pengertian, pekerjaan masing-masing. Pas suami lagi libur, lalu saya tiba-tiba ada jadwal dinas luar kota atau luar negeri. Suami saya harus bisa mengerti itu. Walau kadang, manusiawi kita muncul rasa kecewa, ya.
  • Tantangan terberat kapan, dan gimana mengatasinya?

    Ada di dua masa:

    Pertama: Habis lahiran, Omar baru 4 minggu, suami saya harus berangkat lagi ke rig. Saya juga lagi baby blues syndrome. Saya nggak ada partner. Cara handlenya, dia sesering mungkin telepon dan WA saya.

    Kedua dan sedang berlangsung: Omar lagi masa-masanya tantrum. Somehow butuh kehadiran bapak, pas anaknya lagi tantrum. Karena mendidik, butuh dua peran. Sekarang masih belajar juga. Dan belakangan ini, saya sedang memperbaiki pola komunikasi, harus lebih sabar, itu kuncinya.

    Mind set, apa yang butuh dimiliki pasangan yang LDR-an?

    Paling penting saling menghargai, saya dan suami, tahu peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Karena di waktu-waktu yang kurang bagus, misalnya terjadi konflik kecil. Pada akhirnya hal itu yang muncul dan mendamaikan suasana.

    Ivan (28), Fotografer di Jakarta & Linda (28), Ibu Rumah Tangga, Tasikmalaya

    Lama LDR: 3 tahun, istri tinggal di Tasikmalaya

    Anak: Rayyan (1)

    Kiat-kiat menjalankan LDR?

    Sering berkomunikasi saja, Mungkin salah satu keuntungan LDR adalah jarang berantem. Sekalinya ketemu langsung juga bisa kangen-kangen, dan nggak terlalu bikin hubungan hambar jadinya :D.

    Tantangan terberat kapan, dan gimana mengatasinya?

    Kalau salah satunya lagi membutuhkan kehadiran kita secara fisik, Misalkan : salah satunya sedang sakit, agak susah bantunya. Kalaupun pulang butuh waktu perjalanan yang cukup lama. Mengatasinya, ya tetap butuh bantuan orangtua atau kerabat kita untuk mengurus sementara sampai saya tiba di kota istri, begitu juga sebaliknya.

    Mind set, apa yang butuh dimiliki pasangan yang LDR-an?

    Menurut saya, cuma komunikasi yang baik. Sama-sama mengerti satu sama lain tentunya, dan usahakan punya waktu cuti setiap beberapa bulan sekali untuk meluangkan bertemu atau pulang.

    Salut untuk tiga narasumber saya kali ini. Masing-masing bertahan dengan ketiadaan pasangan untuk sementara waktu. Yang perempuan, sementara waktu harus berperan ganda sebagai ayah. Dan yang laki-laki, harus bisa sabar, saat istri benar-benar membutuhkan kehadiran suami. Apalagi ketika anak masih, bayi lagi kangen-kangennya, nggak bisa ketemu setiap hari, seperti kondisi Ivan, pasangan terakhir yang LDR.

    3 Kisah Inspiratif dari para Pejuang LDR - Mommies Daily

    Semoga hubungan kalian tetap langgeng sampai maut memisahkan, ya )

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS