Nggak jarang perbedaan pola asuh kita dengan orangtua menimbulkan gesekan-gesekan. Tapi sebenarnya, dalam situasi bermain, mereka punya peranan penting mendatangkan sejumlah manfaat, lho. Mau tahu apa saja?
“Tadi Jordy sholat jumat, dong sama Kokong. Habis itu makan ayam gulai!”
“Bunda, tadi siang Jordy ikut Kokong ikut jemput Abang Axl les (kakak sepupunya anak saya).”
Situasi di atas sering kali dilaporkan anak saya Jordy, pas saya pulang ngantor. Ikut kakeknya sholat jumat dan pas nunggu kakak sepupunya selesai les Bahasa Inggris, Jordy main dulu sama kokongnya (sebutan dia buat kakeknya, hihihi).
Saya sama sekali nggak ada masalah dengan itu. Yang penting selama, papa saya tahu batasan apa saja yang harus dipatuhi. Misalnya pantangan makanan dan minuman apa saja nggak nggak boleh Jordy konsumsi.
Di situasi berbeda, saya juga pernah mendapati Jordy asik main sama Neneknya. Biasanya kalau sama nenek, Jordy lebih banyak main yang berbau agama *hidup harus seimbang ya, nak. Selama 3 tahun lebih, melihat fenomena menyejukkan ini, apa saja sih hal yang saya pelajari, dan bermanfaat untuk tumbuh kembang Jordy?
Selama Jordy pergi dengan kokoknya, selama itu pula dia akan belajar mandiri. Seenggaknya tidak ada saya, atau ayahnya yang mendampingi. Anak harus bisa beradaptasi dengan cepat dengan pola asuh, di luar orangtuanya. Bagaimana cara kokongnya meluruskan keinginannya, kalau sudah mulai ngelantur. Harus bisa makan sendiri, pas di restoran. Karena papa saya, sudah pasti nggak akan bersedia menyuapkan Jordy, hahaha.
Ini nih, yang belum apa-apa, bikin mata saya berkaca-kaca. Dari pihak saya, kakek nenek Jordy masih lengkap. Tapi kalau dari pihak suami, kakeknya sudah lama meninggal. Situasi ini yang wajib banget buat disyukuri. Soalnya nggak ada jaminan, kan, anak-anak kita sampai kan bisa membentuk memori baik, seputar keluarganya dari kakek nenek mereka.
Walau sudah puluhan tahun lalu. Ingatan tentang ritual bermain sore saya dengan kakek, zaman masih tinggal di daerah Petamburan, masih membekas. Kami duduk santai di teras rumah. Saya ingin mengulang sejarah memori baik semaca itu ke Jordy. Karena memori baik tentang keluarga, kelak akan menjadikannya pribadi yang hangat.
Rasanya nyessss, lihat papa dan mama saya main sama kelima cucunya, pas lagi ngumpul semua. Walau rumah nggak bisa rapih, justru di situ letak seninya. Segala mainan berhamburan di lantai. Sesekali suara teriakan bersahut-sahutan. Lucunya, anak saya suka ajak main smackdown sama kokongnya. Di momen-momen semacam ini, saya melihat raut kebahagiaan dari seorang kakek dan nenek yang sesungguhnya. Semacam area bermain, tempat mereka mencari sumber kebahagiaan.
“A special bond, unconditional Love, nothing in the world can compare a love of Grandparents to Grandchildren,” begitu kata kakak saya, menggambarkan bentuk cinta kakek nenek ke cucu-cucunya-nya :’)