banner-detik
PARENTING & KIDS

Merespons dengan Tepat Saat si Kecil Merengek

author

?author?07 Feb 2018

Merespons dengan Tepat Saat si Kecil Merengek

Kalau di atas 3 tahun si kecil masih sering merengek, sebaiknya mommies tinjau lagi bagaimana pembiasan yang selama ini dilakukan di rumah.

“Bunda, Jordy boleh ya, main ke rumah Kakak Bulan?” (tetangga kami :D)

“Pokoknya Jordy nggak mau bersih-bersih. Jordy ngantuk!”

Merespond dengan Tepat Saat si Kecil Merengek - Mommies Daily

Dua kalimat tersebut, pada masanya sering jadi andalan Jordy anak lanang saya, saat merengek untuk mendapatkan keinginannya. Untungnya pas usia di atas 3,5 tahun, berkurang drastis. Tapi tetap saja, hal ini tidak boleh saya biarkan. Kata Mbak Veraitabiliana, Psikolog Anak dan Remaja. Karena diharapkan di usia 3 tahun anak sudah memiliki kemampuan komunikasi dua arah yang lebih baik daripada sebelumnya dalam mengutarakan keinginannya.

Baca juga: Komunikasi, Kemampuan yang Kini Semakin Hilang di Kalangan Anak-anak

Saya jadi instropeksi diri nih, sekaligus mengkaji ulang. Jangan-jangan ada yang salah dengan sistem pengasuhan di rumah.

Terkait pengasuhan ini, Mbak Vera juga kasih penjelasan detail. “Namun, itu tergantung juga bagaimana pengasuhan atau pembiasaan selama ini dari orang-orang di sekitar anak. Kalau masih berlanjut, berarti anak belajar bahwa cara itulah dia bisa dapatkan keinginannya dan selama ini memang tidak pernah diajarkan cara lainnya, misalnya bicara baik-baik tanpa merengek baru diberikan apa yang ia mau.”

Apa yang Mbak Vera katakan, sejauh ini sih sudah saya praktikkan. Misalnya, seperti yang saya contohkan di atas. Saat minta main ke rumah tetangga di akhir pekan. Saya minta Jordy melakukan sesuatu dulu, “Kalau sudah mandi dan sarapan, Jordy boleh kok, main ke rumah Kakak Bulan.” Awalnya memang suka nggak mempan. Tapi benar kata Mbak Vera menginjak usia 3 tahun, ketika kemampuan komunikasi dua arahnya semakin baik, Jordy pun mengerti maksud saya. Cara mengutarakannya, saya selalu eye contact, dan satu level penglihatan dengan Jordy. Jadi dia nggak merasa terintimidasi. Sambil kasih sentuhan, di kedua lengannya.

Selain itu. Jika anak masih merengek, Mbak Vera mengingatkan. Ini juga tanda mereka, masih belum percaya dengan kemampuan dirinya, sehingga mudah minta bantuan orang lain. Caranya, kata Mbak Vera, dengan meningkatkan kemandirian anak juga bisa membantu. Dengan mandiri, anak merasa sudah “besar” sehingga stop merengeknya.

Bagi si kecil, merengek jadi salah satu cara untuk menyampaikan sesuatu. Di kasus kedua Jordy, dia pernah nggak mau bersih-bersih usai bepergian, karena sudah larut malam, dan terucap lah dari mulut dia, kalau dia capek.

Hal ini diamini sama Mbak Vera, “Anak merengek memang karena ada sesuatu yg disampaikan: ingin sesuatu, merasa tidak mampu, lelah/lapar/bosan dan sebagainya.”

Lalu bagaimana merespons dengan tepat?

  • Pahami dulu apa yang anak rasakan. Kenapa dia tidak bisa dapatkan apa yang ia mau
  • Jika ia bisa dapatkan apa yang ia mau, tekankan atau minta anak untuk bicara tanpa merengek. Dan tenangkan atau alihkan anak pada hal lain.
  • Contoh: “Jordy capek ya, kalau capek tinggal bilang aja sama Bunda,  “Aku capek Bunda,” tidak perlu pakai merengek.” Poinnya, minta anak mengulangi kata-kata tersebut. Jangan menyerah, kata Mbak Vera. Karena butuh diulang beberapa kali, sampai anak terbiasa dan semua orang di sekitar anak melakukan hal yang sama. Nah, berarti, kalau keadaan mommies seperti saya, masih tinggal satu rumah dengan orangtua. Butuh juga nih, usaha ekstra kasih pengertian ke orang rumah, supaya satu frekuensi dengan kita.

    Baca juga: Mom, Choose Your Battle Wisely Saat Berhadapan dengan Anak

    Cara pengalihan yang Mbak Vera utarakan cukup berhasil saya terapkan. Mengalihkan ke hal-hal yang Jordy senang selama perjalanan seharian itu. Terus dia lupa deh, kalau lagi lelah. Dan bersedia masuk kamar mandi untuk membersihkan badan, sebelum tidur.

    Jadi orangtua sangat, sangat menantang. Ini baru soal anak merengek. Selama tahu apa penyebab dan bagaimana penanganannya, bisa mengurangi sekian persen masalah, lah ya. Jangan kasih kendor, mommies. Perjalanan masih panjang! Semangat :)

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS