Sorry, we couldn't find any article matching ''
Soft Skill, Unsur Penting Dukung si Kecil Menjadi Game Changer
Judulnya sedikit bikin nyali ciut, kah? Nope, jangan dulu kendor, mommies. Butuh setidaknya, dua komponen dasar. Membentuk si kecil menjadi pribadi yang tangguh, dan berani bersaing kelak dia akan bekerja.
“Tantangan anak-anak muda zaman sekarang. Tidak hanya harus mampu bekerja di Indonesia. Tapi juga harus bisa bekerja di luar negeri. Entah itu, hadir secara fisik di sana, atau kerja dari jarak jauh.” -Daniel Rembeth, Market Group Director of PwC Indonesia.
Sebagai orangtua, sejujurnya saya agak ngeri sih, mendengar kutipan pernyataan dari Daniel, di Game changer Fest, sebuah festival yang ditujukan untuk para generasi muda, persembahan dari Sampoerna University, di Jakarta 25 Januari lalu. Tapiii, secara bersamaan, saya makin merasa tertantang, sebagai ibu dari anak lanang, yang kini berusia 3,5 tahun, justru potret fakta di lapangan, yang disampaikan Daniel, makin memacu saya mencari cara, bagaimana mempersiapkan si kecil menjadi pribadi yang siap “tempur” di eranya nanti.
Di seminar yang juga dihadiri, adik-adik SMA dari beberapa sekolah di Jakarta. Terjadi obrolan yang banyak menginspirasi saya. Kalau kata Dr. Marshall Schott Ph.D, Chied Academic Officer of Sampoerna Schools System, selain hard skill dan soft skill. Maksudnya, hard skill itu lebih ke kemampuan seperti mengoperasikan komputer, atau alat lainnya yang menunjang pekerjaan mereka kelak.
Hal-hal yang berbau akademis saja, nggak cukup lho, ternyata mommies. Harus diimbangi dengan, soft skill, hal ini juga diamini oleh Pak Daniel. Bagian skill, yang menurut saya, lebih menarik dibandingkan hard skill.
Soft skill yang dimaksud Marshall, di antaranya leadership skill dan communication skill. Mengerti bagaimana dengan tim mereka. Berikutnya Pak Daniel menambahkan, “Soft skill akan sangat menolong kita, pada saat berdiskusi . Kadang, yang sering ditemui. Sangat yakin dengan passion yang sangat tinggi. Tapi nggak mau terima ide dan masukan dari orang lain. Pelajari soft skill, yang paling sering mulai dari cara menulis CV,” jelas Daniel
Networking yang bagus dan bagaimana kemampuan seseorang “menjual” dirinya sendiri, saat interview dengan calon perusahaan tempat kita bekerja. Juga menjadi, poin soft skill berikutnya.
Insight menarik lainnya, dating dari Nila Tanzil, pendiri Taman Bacaan Pelangi. Selain soft skill, generasi muda harus bisa menjadi game changer, seperti tema yang diusung oleh Sampoerna University, untuk tema talkshow hari itu. “Dia harus bisa melihat dan peka terhadap isu-isu sosial yang ada di sekitarnya. Dan memikirkan solusi yang bisa dilakukan, jadi nggak cuman peka saja terus tidak melakukan apa-apa. Harus berani melangkah untuk melakukan perubahan. Itulah seorang game changer,” demikian pendapat Nila, mengenai kriteria anak muda yang pantas dikatakan sebagai game changer.
Untuk mendukung anak-anak muda di Indonesia, punya bibit game changer. Kampus Sampoerna punya program-program menarik. Misalnya kurikulum yang sifatnya internasional, dan fokus kepada bisnis dan industri. Bisa terlihat dari ruang-ruang praktik di sana, yang memberikan pengalaman kepada para mahasiswanya, mendekati kenyataan di lapangan yang akan mereka hadapi. Tak hanya itu, untuk menghindari di masa depannya, mengambil jurusan yang salah. Atau lebih menyedihkannya lagi, bekerja bukan pada bidang ilmu yang sebetulnya dia mau. Sampoerna mengizinkan siswanya untuk mengubah jurusan di tengah masa studi.
Harapannya pas mereka nanti bekerja atau membangun usaha. Apa yang mereka lakukan, memang disuka dan dan menjadi game changer di bidangnya masing-masing.
Program yang tersedia si kampus Sampoerna, di antaranya Engineering Technology dengan sub program Mechanical Engineering, Computer Science, Creative Digital Design, Game Design dan Industrial Engineering.
Selain itu, ada juga program Business, dengan sub program, Operational and Supply Chain Management, Marketing, Banking dan Finance dan Accounting. Dan yang terakhir, program Education, terdiri dari Teaching Englisah as a Second Language dan Math Education.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS