banner-detik
YUMMY MOMMIES

Agatha Suci, "I’am a very logic person"

author

adiesty19 Jan 2018

Agatha Suci,  "I’am a very logic person"

Menjadi Ibu yang logis, membuat Agatha Suci tidak larut dalam kesedihan, membuatnya berpikir apa yang harus dilakukan untuk mendampingi kedua buah hatinya. "This is life, kita bisa merencanakan segala sesuatu tapi kita nggak tahu takdir Tuhan seperti apa. No body’s know about future. Start living your life in the present. You think about the present, and you do for the best present."- Agatha Suci.

Kalau kata Paulo Coelho dalam bukunya The Alchemist, "When you want something, all the universe conpires in helping you to achieve it." Saya sendiri sangat setuju dan cukup percaya dengan idiom ini. Intinya, sih, semua berpulang pada mind set dan kita sendiri. Rupanya, hal ini jugalah yang dipercayai oleh Agatha Suci

Melihat gambaran kehidupan Agatha Suci di akun Instagramnya, saya bisa menilai kalau jebolan Indonesia Idol ini punya semangat yang luar biasa. Menjadi ibu apa adanya yang berusaha memberikan yang terbaik untuk kedua anaknya yang berkebutuhan khusus.

Setidaknya dugaan saya tidak meleset, setelah sempat berbincang dengannya di sebuah acara, kemarin saya pun sempat menghubunginya lewat sambungan telepon. Lewat obrolan yang berlangsung selama 30 menit dan mendengar semua jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan, saya bisa merasakan semangat dan aura positif  yang dimiliki ibu dari Kahlia Adinda dan Arsa Nuraga ini.

Ag

“Aku tuh pernah dengar ada ibu-ibu yang bilang begini, ‘Kalau gue tahu, anak gue special needs, gue dulu mending nggak usah kawin.’ Bagi aku itu dangkal sekali. Lagian siapa sih, yang mau? Tapi kan bukan itu intinya. This is life, kita bisa merencanakan segala sesuatu tapi kan kita nggak tahu takdir Tuhan seperti apa. No body’s know about future. Start living your life in the present. You think about the present, and you do for the best present.

Penasaran dengan cerita lainnya? Simak kutipan obrolan saya dengannya, ya.

Apa saja, sih, yang dirasa jadi tantangan terbesar jadi orangtua masa kini….

Aku malah ngerasainnya tantangan kita sebagai orangtua itu nggak sebesar zaman dulu, lho, Maksudnya begini, banyak sekali bantuan motherhood yang bisa kita dapat. Kalau dulu, ibu-ibu itu kan lebih sendiri-sendiri. Kita ini sudah banyak dapat akses bantuan, ada nany, ada mbak di rumah, kita juga bisa sarana dan prasana yang bisa dimanfaatkan. Mau nongkrog ketemu sama temen yang sesama ibu, tempatnya banyak banget, salah satunya ya seperti mamain itu. Ya rasanya lebih banyak kemudahan, deh. Tantangannnya sendiri adalah  karena memang zaman berkembang sangat pesat, dan aku termasuk mommies millennial, mungkin yang tantangan terbesar jadi ibu, dampingin anak untuk bisa mengikuti zaman yang kian berkemabang ini, jangan sampai mereka itu salah jalan.

Memiliki dua anak berkebutuhan khusus, tantangannya tentu jauh lebih kompleks lagi, ya, Mbak…

Kalau tangangan itu, ya sangat besar sih, ya. Tapi kan sebenarnya apapun itu juga bisa jadi besar kalau memag kita nggak tahu mau gimana. Kalau tantangan aku sekarang ini lagi cari sekolah. Sekolah untuk anak berkebutuhan khusus itu kan sedikit sekali. Dalam hal ini, sekolah kebutuhan khusus itu kan banyak sekarang macamnya, but i think my kids sebenarnya masih bisa dan punya kemampuan untuk mengikuti sekolah yang biasa. Jadi ini, sih, tantangannya. Paling yang lain, seputar cari terapis yang tepat, memilih makanan buat mereka karena anak aku harus diet. Sebenarnya banyak sekali, sih. Tapi kalau aku ceritain semua, sampai besok bisa nggak kelar-kelar, nih, hahahaa.

Masih ingat nggak, Mbak, saat pertama kali mengetahui kalau anak Mbak Agatha berkebutuhan khusus, hal apa yang pertama dilakukan?

Apa ya? sepertinya waktu itu aku langsung tanya ke temen yang anaknya autis juga, deh. Aku tanya, aku datang ke dokter tumbuh kemang anak. Wah, kayanya aku nyari dokter tumbuh kembang anak ini sudah se-Jakarta aku datangi. Sampai aku pun cari dokter di luar Jakarta. Ya, mau tahu opini mereka saja, sih. Tipe aku itu memang bukan ibu yang gampang down, yang nangis berhari-hari. Aku tuh sudah mulai menyadari kalau ada sesuatu dengan anakku itu sejak usianya setahun, eye contact nggak ada.

Meskipun bukan tipe yang gampang down, pasti sempat ada di titik itu kan, Mbak?

Ya, pasti saja. Tapi memang ini tergantung orangnya, tapi aku bersyukur aku itu selalu punya pikiran kalau segala sesuatu itu pasti ada jalan keluarnya.  Dan nggak ada gunanya kalau terus-terusan down, I’am a very logic person, jadi aku malah mikirnya apa yang bisa aku lakukan ke depannya. Salah satunya adalah cari kegiatan yang aku suka, makanya aku balik lagi nyanyi. Sebenarnya ini bentuk terapi buat diri sendiri. Menghibur orang lain. Aku tuh seneng banget kalau bisa menghibur orang lain, bagi aku itu justru jadi terapi.

Pelajaran hidup seperti apa yang Mbak Agatha dan suami ajarkan pada anak-anak?

Umh… apa ya? Kalau aku sih sekarang mikirnya begini, kita itu kan memang punya keadaan yang berbeda-beda. Nantinya anak aku juga pasti akan mengerti kalau keadaan dia berbeda, anak autis akan terus jadi anak autis. Mereka nggak akan bisa diubah menjadi anak pada umumnya. Aku pun sebagai ibu dengan memiliki anak berkebutuhan khusus harus berdamai dulu dengan diri sendiri. Itu yang paling penting. Setelah itu kita bisa berdamai dengan keaadan. Jadi nggak malu, lagi, bisa menerima situasi, saya yakin setiap hal itu ada possitifnya. Jadi ya paling itu, aku selalu bilang ke anak-anak aku mereka nggak perlu malu, stay strong, and show the real you are, no matter how bad people think about you, but show the real you.

Ngomongin soal life balance, jadi ibu, jadi istri, mompreneur dan penyanyi, bagaimana jadi menyeimbangkan waktunya?

Nah, sejujurnya semua itu nggak bisa balance, hahahaa. Jujur aja, deh, karena sebenarnya pasti ada salah satu yang dikorbankan. But, balik lagi, kan semua hal menyita perhatian, 100% di waktu yang sama dan dalam jangka waktu yang lama. Misalnya saat ini aku lagi nyiapin restoran baru, pasti waktu aku banyak tersita di sini, mungking pikiran aku 70% ke sini, 30% untuk keluarga. Ya kalau keluarga kan memang sudah berjalan begitu saja, nanti ketika aku sudah nggak sibuk dengan restoran, pasti 70% pikiran dan perhatian aku akan balik lagi buat keluarga. Jadi ya kaya gitu aja, saya selalu bilang kalau sebenarnya porsi ini nggak akan bisa balance, tapi I will try to balance. We have to be realistic. Ya pada dasarnya hidup itu akan terus berubah-ubah dan saya memang harus bisa enjoy ngejalaninnya.

Ketika lagi over whelmed, apa yang akan dilakukan?

Bagi aku, if you want to keep your family happy, than you have to be happy first. Ya, jadi terapi aku itu memang dengan cara ketemu orang baru, nyanyi lagi, ngelakuin apa yang aku suks seperti baca buku, bisa juga jalan aja sendirian masuk tol terus tahu-tahu mampir ke fast food sambil baca buku. Soalnya kalau di rumah nggak bisa begitu, aku ke mana anak pasti diikutin, sampai ke toilet aja aku masih ditungguin. Kalau orangtua kan sering mikirnya gitu, ya, bersalah kalau ninggalin anak. But you don’t have to, because you have your own time. Ketika kita punya waktu sendiri, kita itu bisa waras. Bohong kalau ada yang bilang di rumah aja itu nggak stress.

Ada pesan nggak, sih, yang ingin Mbak sampaikan bagi orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus juga di luar sana?

Sekali lagi yang paling penting itu memang kita haruslebih dulu menerima kondisi anak kita seperti apa, berdamai dengan diri sendiri, dan cari tahu apa yang perlu dilakukan. Bukan nangis atau malah nutupin. Siapa sih, yang pengen punya anak berkebutuhan khusus? Pasti nggak ada. Tapi ketika sudah dapat percaya saja kalau kita bisa melakukan ang terbaik. Aku tuh juga kadang merasakan di titik dan ngerasa, ‘Aduh gue nggak punya duit nih.. mau gimana nih’. Tapi syukurnya selalu ada aja kok rezekinya. Makanya berdamai saja dengan sendiri, tahu apa yang perlu kita lakukan dan banyak berdoa. Berdoa supaya kita dipermudah untuk bertemu dengan orang-orang yang memang bisa bantu kondisi. Kuat itu datangnya dari diri sendiri lebih dulu. Katanya, nih, universe juga bisa bisa mendengar apa yang kita rasakan dan membantu. Ya aku percaya saja, sih.

****

Bisa tergambar, ya, bagaimana Agatha Suci sikap dan pikiran positif yang dimilinya? Oh, ya, saya juga suka sekali dengan salah satu caption yang ia tulis disalah satu foto Instagramnya.

Here's to strong parents

May we we know them

May we be them

May we raise them

We don't need people to understand

We don't need people to feel sorry

We are the the one who will understand people more and to apologize more. 

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan