Sorry, we couldn't find any article matching ''
Untuk Para Menantu Tersayang…
Sebagai menantu, sebentar saja mendengarkan dengan saksama apa mau mertua nggak dosa, kan…?
“Reno…, tolong jangan bawa semua baju dan perlengkapan kamu dari rumah. Supaya Mama masih bisa merasakan kehadiran kamu di rumah ini.”
Kalimat di atas, diucapkan ibu mertua saya dalam bahasa Padang, saat kami baru menikah dan hendak memboyong barang-barang suami ke rumah orangtua saya. Hati saya rasanya nyessss. Jadi merasa bersalah sendiri, deh, bukan maksud mengambil anak sulung mama, tapi ikatan pernikahan yang menyatukan kami, kan?
Memasuki usia pernikahan ke lima, saya terkondisikan untuk memasuki alam pikiran mama. Mama mertua saya bukan tipe yang suka ikut campur urusan rumah tangga kami (sama sekali nggak). Beliau termasuk ibu mertua yang perhatian. Uniknya akan sangat senang kalau saya request minta dibuatin masakan ini itu. Nggak pernah, ngeluh kalau menantunya ini, nggak bisa masak masakan padang kedoyanan anak sulungnya. Sementara, mama, jago banget masak. Tinggal sebut, mau makan jenis masakan padang apa, rasanya? Restoran padang manapun, kalah deh, bisa diadu.
Berikutnya, perlahan tapi pasti saya jadi tahu apa yang mama mertua inginkan dari menantunya. Ditambah curi dengar dari pengalaman teman-teman, yang sudah lebih berpengalaman menghadapi ibu mertua J
1. “Sering main ke rumah, dong!”
Ibu mertua saya secara eksplisit dan tidak, pernah menunjukkan maksud ini. Maklum saja, anaknya kan dulu tinggal bertahun-tahun dengan dia, ya. Diasuh dari bayi, lalu ada titik dimana meninggalkan rumah, dan suasana yang berubah 180 derajat. Buat saya dan suami, sadar banget, belum melaksanakannya dengan baik. Terpentok jadwal kami berdua, yang terkadang akhir pekan masih harus liputan.
2. “Boleh ya, tolong pakai baju yang lebih sopan :D”
Hahahaha, ini nih, curahatan dari salah satu teman saya (nggak usah lah, ya disebut namanya :D). Awalnya sedikit menggerutu dengan permintaan ibu mertuanya, tapi lama-lama dia yang menikmati sendiri. Setiap acara keluarga, ada alasan beli baju baru, hahahhaa. Minimal nggak menerawang :D
3. “Sesekali kami memanjakan cucu, bukan dosa besar, kan?”
Biarkan sesekali nenek dan kakeknya, ngasih si kecil cokelat, makan snack yang ada MSG-nya, jalan-jalan ke mall dan beberapa kegiatan senang-senang lainnya. Toh, niat ibu dan bapak mertua kita bukan untuk mencelakainya, kan? Ekspresi sayang orang kan, berbeda-beda.
4. “Jangan cemberut, dong kalau sesekali suami kamu kasih uang ke ibu.”
Yang anak mau mencurahkan perhatiannya ke anak, kok dihalangi? Meskipun ibu mertua nggak minta, memberikan sejumlah uang atau barang berharga lainnya, wajar nggak sih? Apalagi kalau pasangan kita, adalah satu-satunya orang yang memungkinkan untuk membantu finansial ibu mertua.
5.”Nggak apa-apa, lho. Kalian bergabung dengan acara keluarga. Kami yang “senior” tidak sekaku itu.”
Hihihi, suka nggak sih merasa aneh berada di tengah generasi yang jauuuhh lebih tua? Arah pembicaraan, sering kali mengarah ke masa lalu. Belum lagi, nasihat-nasihat lintas generasi yang suka bikin kuping panas :p. Coba kesampingkan hal-hal nggak nyaman tadi. Lihat sisi baiknya. Misalnya, ibu mertua kita, tuh, pingin menantunya lebih kenal sama keluarga besar. Supaya kalau nanti dia berpulang, ada yang tetap meneruskan silaturahmi.
Nggak lantas harus menjadikan kita menantu idaman, mommies. Setidaknya, kita menyediakan waktu dan hadir secara penuh. Sebetulnya, apa sih yang diperbuat sebagai menantu? Karena kan, ibu dan bapak mertua kita, (JUGA) orangtua kita yang dihadirkan lewat pernikahan.
Share Article
COMMENTS