Masa depan anak memang tidak akan pernah bisa kita duga. Tapi bukan berarti tidak perlu disiapkan, dong? Karena yang dibutuhkan bukan sekadar strategi keuangan saja, tapi beragam hal positif yang jadi bekal hidupnya di kemudian hari, terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Pernah membayangkan nggak bagaimana masa depan anak kelak? Bagaimana kehidupannya saat remaja? Ketika sudah besar apakah ia bisa menjadi sosok pemuda yang penuh percaya diri? Apakah ia siap menghadapi tantangan dunia yang sedemikian rupa? Sudahkah kita bantu anak siapkan masa depannya?
Saya pernah. Sering malah. Biasanya obrolan seperti ini juga saya bahas bersama suami. Me-review apakah bekal yang kami berikan sudah cukup? Mengingat kembali hal positif apa saja yang sudah kami lakukan sebagai bekal anak agar mampu berdiri di atas kakinya sendiri.
Kalau ada orang yang bertanya hal apa yang paling bikin saya khawatir dalam hidup ini, jawabannya adalah bagaimana masa depan anak saya kelak. Saya jadi ingat dengan obrolan dengan Mbak Nina Teguh, Psikolog anak, remaja dan Keluarga ini pernah mengatakan, bahwa perasaan khawatir yang dimiliki orangtua adalah perasaan yang lumrah, namun rasa khawatir harus diimbangi dengan rencana yang matang, di mana orangtua harus paham dan mengerti langkah apa saja yang perlu dilakukan.
Lewat obrolan saya dengan beberapa psikolog anak, saya bisa mengambil kesimpulan bahwa merencanakan masa depan anak memang perlu. Tapi tentu saja tidak boleh menekan dan mengikuti apa yang kita inginkan. Lah wong yang menjalani anak, kok, bukan kita, sebagai orangtuanya. Jangan sampai, deh, mamaksakann kehendak apalagi berharap hasil yang sempurna untuk setiap hal yang sedang dilakukan oleh anak.
Selain perlu memikirkan investasi dana pendidikan, hal yang nggak kalah penting justru bagaimana kita bisa membantu anak lebih percaya diri dan menggali potensi yang ia miliki. Termasuk bagaimana memahami bahwa setiap anak spesial, dan tentu saja memiliki kemampuan dan bakat yang berbeda. Hal ini pun pun berlaku buat para orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Grace Melia, Ibu dari Aubrey Naiym Kayacinta dan Aiden ini mengaku bahwa, setelah mengetahui puteri pertamanya mengalami Congenital rubella syndrome lantaran ia terinfeksi campak jerman, alias rubella saat hamil, hal yang membuatnya khawatir adalah membayangkan bagaimana masa depannya?
Meskipun sempat berada di titik terendah, Grace dan suaminya segera tersadar bahwa masa depan anak-anaknya juga bergantung pada mereka sebagai orangtua. Penasaran nggak dengan cerita dan pengalaman Grace mebesarkan buah hatinya? Bagaimana perempuan yang kerap disapa Gesi ini mendampingi kedua anaknya, khususnya Ubii dengan kondisi berkebutuhan khusus? Termasuk bagaimana pandangan psikolog?
Buat mommies yang berdomisili di Yogyakarta, ada kesempatan untuk mengikuti Workshop Sentuhan Ibu bersama Nivea, Minggu, 21 januari 2018, jam 12.00 WIB sampai 15.30 WIB di Yogyatourium Dagadu Djokja, Jl. Gedongkuning Sel. No.128, Rejowinangun, Kotagede, Yogyakarta.
Selain Grace Melia yang akan sharing, ada Anggita Hanantyasari Utami M.Psi, Psikolog dari Kemungking Kembar yang akan membagi ilmu ke kita semua, bagaimana cara agar orangtua yang memikili anak berkebutuhan khusus bisa lebih percaya diri, dan mengenali dan mengembangkan potensi yang dimilikinya, termasuk bagaimana cara orangtua bantu anak siapkan masa depannya.
Langsung daftar saja, ya, Mommmies, di http://fdly.me/sentuhanibujogja