Tahu nggak, kalau role play alias metode bermain peran nggak cuma bermanfaat untuk perkembangan anak? Tapi juga untuk kehidupan seksual dengan pasangan. Berani coba?
Saya sering kali mendengar, lebih tepatnya membaca berbagai artikel yang berkaitan dengan isu rumah tangga, termasuk soal kehidupan seksual yang menyebutkan kalau makin lama usia pernikahan, banyak pasangan yang merasa kehilangan 'greget' dalam kehidupan seksnya. Benar atau tidaknya tentu kita sendiri yang bisa menilai.
Perlu diakui, memasuki usia pernikahan 9 tahun, saya dan pasangan sama-sama menyadari kalau kehidupan seksual memang perlu variasi. Bukan berarti harus ngoyo, lantas mencoba sesuatu yang ekstrim, juga, sih. Jujur saja, urusan bercinta, saya dan suami termasuk pasangan yang nggak suka aneh-aneh. Lagian, bukannya sudah on, gaya apapun dan di manapun itu jadi enak ya? *uhuk* :D
Saya jadi ingat sempat ngobrol dengan Mbak Zoya Amirin, sebagai seksolog yang memiliki latar belakang psikologi ia menyebutkan, kalau pasangan suami istri memang perlu mencari variasi baru. Tapi jangan sampai dijadikan beban. "Enjoy saya, dulu. Yang paling penting adalah lakukan hal yang menyenangkan bersama pasangan."
Mengapa? Hal ini tentu saja berkaitan dengan bagaimana pasangan suami istri bisa mendapatkan kehidupan seksual yang sehat. Indikatornya, tentu saja kedua belah pihak bisa 'bersenang-senang' tanpa merasa tertekan. "Tertawa dan bersenang-senang saat berhubungan intim jauh lebih baik dibandingkan memaksakan diri untuk menciptakan seks yang panas, namun memberi tekanan," ujarnya.
Bagaimana dengan role play yang diterapkan dalam kehidupan seksual? Sebagai variasi, role play tentu saja bisa dilakukan. Sah-sah saja, kok, apalagi kalau ingat role play ini sebenarnya masuk dalam kategori fantasi seks juga. Artinya, bisa dilakukan tapi bukan sebagai main menu.
Ada yang sudah mencoba role play bersama pasangan? Bagaimana rasanya? Makin seru? Atau malah jadi grogi? Hahhaaa…. Ya, kalau merujuk beragam artikel dan ‘film dewasa’, role play ini memang kerap dipraktikan, sih, ya. Misalnya, ada perempuan, yang menggunakan kostum seperti suster, atau malah super hero layaknya karakter fiktif yang selama ini ada diimajinasinya.
Ya, kalau memang kedua belah pihak sama-sama enjoy. Silakan saja.
Menurut Ian Kerner, PhD, seorang sex therapist di Manhattan, jika memang ingin melakukan role play dengan pasangan, jangan lupa komunikasikan lebih dulu dengan pasangan. Utarakan apa yang menjadi imajinasi, dan tunggu respon dari pasangan.
Selanjutnya tetapkan beberapa batasan yang disepakati bersama. Pastikan role playing yang dilakukan memang nyaman dan tidak melenceng terlalu jauh. Biarkan pasangan tahu batasannya, mana yang membuat nyaman ataupun sebaliknya.
Jadi, berani mencoba?