Tahu tidak kalau tidak disiapkan sejak kita hamil, anak-anak berisiko stunting, suatu kondisi di mana anak mengalami masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama. Untuk itu, orangtua perlu #SadarStunting. Tidak mau dong, masa depan anak suram akibat kesalahan kita?
Orangtua biasanya selalu khawatir kalau anaknya sudah mulai menunjukan gejala penyakit. Saya pun begitu. Bahkan, tanpa sadar suka menyalahkan orang lain. Menduga anak sakit lantaran ketularan teman-temannya di sekolah. Padahal, sebelum ‘mengkambing hitamkan’ orang lain, nggak ada salahnya, lho, kalau kita berkaca lebih dulu.
Kenapa bisa anak saya mudah sakit? Bagaimana dengan makanan yang selama ini diasup? Sudah memenuhi gizi seimbang atau belum? Bagaimana dengan pola tidurnya? Jangan-jangan anak yang kerap kali sakit, merupakan akumulasi karena kita kurang memperhatikan gizi saat hamil. Bukankah kalau kebutuhan gizi anak sudah terpenuhi akan membuat daya tahan tubuhnya lebih baik?
Berbicara soal kebutuhan gizi pada anak, khususnya di Indonesia, saya jadi ingat dengan fakta-fakta yang dipaparkan oleh dokter dr Meta Hanindita SpA, dokter anak yang praktik di RS Dr. Soetomo. Ia mengatakan bahwa kondisi gizi anak Indonesia masih sangat memprihatinkan. Buktinya, Indonesia ada di peringkat ke-5 di dunia sebagai negara dengan pemilik angka stunting terbesar. Menyedihkan bukan?
Bahkan anak yang menderita stunting terus merangkak naik. Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat ada 37,2% anak stunting di Indonesia. Angka ini meningkat 35.6 % dibandingkan tahun dari tahun 2010. Artinya, pertumbuhan tak maksimal dengan segala risiko di masa depan ini dialami sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau 1 dari 3 anak Indonesia!
Padahal, kondisi anak yang kurang gizi kronis ini bersifat irreversible atau tidak dapat diperbaiki. Umumnya stunting ini terjadi pada usia saat dini kehidupan, terutama 1000 hari pertama atau 270 hari dalam kandungan ditambah 730 hari umur dua tahun pertama kehidupan.
Tidak mengherankan jika ibu hamil wajib memperhatikan asupan makananannya. Jika tidak, janin yang dikandung menjadi taruhannya. Sepengetahuan saya, delapan minggu pertama kehamilan memang merupakan fase yang sangat penting, di mana pembentukan organ tubuh terjadi, termasuk otak. Kemudian dilanjutkan dengan fase pembelahan sel yang menentukan jumlah sel otak. Nah, kalau gizi nggak cukup, pembelahan sel dan pembentukan organ otomatis bisa terganggu.
Kondisi ini tentu saja bisa berdampak pada banyak hal. Nggak cuma soal tinggi badan, tapi juga terganggunya perkembangan kognitif anak dan tingkat kecerdasannya. Banyak penelitian yang menunjukkan anak stunting bisa mengakibatkan rendahnya prestasi pendidikan, hingga rendahnya pendapatan saat anak tersebut dewasa dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami stunting.
Makanya, angka stunting di suatu negara dapat dijadikan indikator buruknya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) karena dapat menurunkan produktivitas suatu bangsa di masa yang akan datang. Sementara, stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas hingga menyebabkan kematian akibat infeksi.
Pemerintah Indonesia sendiri sebenarnya tidak tinggal diam melihat kondisi ini. Oleh karena itu, Pemerintah sudah menyepakati adanya intervensi spesifik nutrisi untuk mencegah stunting. Hal ini tentu saja perlu dilakukan sejak dini. Di mana ibu hamil ibu hamil perlu mendapatkan makanan dengan gizi seimbang. Toh, makanan gizi seimbang nggak perlu mahal, kok. Misalnya, nasi dengan protein seperti ikan, daging, ayam serta tahu tempe. Jangan lupa tambahkan sayur dan buah-buahan. Jika perlu, ditambahkan susu dan mengkonsumsi suplemen mikronutrien seperti zat besi dan asam folat.
Selanjutnya pemerintah terus mengkampanyekan betapa pentingnya ASI dan MPASI yang bergizi. Ingat ASI merupakan hak anak yang perlu dipenuhi oleh orangtuanya. Selain itu pemerintah juga gencar dalam pemberian tablet zat besi/asam folat/multivitamin untuk ibu hamil dan menyusui. Termasuk memberikan zat mikronutrien seperti zat besi untuk anak, serta pemberian obat cacing pada anak dan melakukan penanganan anak dengan gizi buruk.
Menurut saya, sih, program pemerintah ini sudah sangat baik dan perlu kita dukung. Namun, usaha pemerintah juga tidak akan bisa maksimal kalau kita sendiri, sebagai orangtua tidak #SadarStunting dan memberikan yang terbaik untuk anak-anak.
Dari dulu, mama saya selalu bilang, “Kalau makan asal jangan kenyang”. Setelah besar, apalagi sudah jadi orangtua seperti sekarang, saya semakin paham dengan apa yang mama saya maksud. Bahwa apa yang kita asup memang perlu diperhatikan.
Tidak hanya masalah makanan bergizi dengan komposisi yang sesuai, tapi juga bagaimana kita mendukung pola hidup sehat dengan mengajak anak untuk tetap aktif melakukan aktivitas fisik dan menjaga kebersihan diri.
Sudah saatnya stop generasi stunting di Indonesia.
*Artikel ini didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.