Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mompreneur: Intan Pradina “Karena Dituntut Multitasking Saya Sering Kehilangan Fokus, Kuncinya Ada di Management Waktu”
Memulai usaha Lampu Runa yang memiliki desain unik sejak tahun 2013, Intan Pradina membuktikan bahwa mandiri secara finansial bisa dilakukan tak harus dari bekerja kantoran.
1. Apa yang memicu mbak Intan pada akhirnya banting setir dari pegawai kantoran menjadi mompreneur?
Saya resign dari kantor karena merasa tidak punya cukup waktu untuk anak-anak dan keluarga. Saya ingin bekerja tapi tetap dekat dengan anak-anak (Rumi, 12 tahun dan Dinah, 8 tahun). Selain itu, saya juga ingin mengerjakan hal-hal lain yang menjadi minat saya di luar rutinitas pekerjaan kantor. Jadi setelah resign, saya dan suami membuat usaha bersama berdasarkan passion dan latar belakang bidang pendidikan kami yaitu seni rupa dan desain. Kebetulan suami saya yang seorang desainer produk sudah lebih berpengalaman dalam bidang handicraft untuk ekspor. Jadi kami bereksperimen mengembangkan produk lampu. Selain mengurus bisnis, saya juga masih menyalurkan passion saya di dunia penulisan dengan menjadi penulis lepas.
2. Kenapa memilih bentuk usaha Lampu Runa ini?
Saya dan suami (Noro Ardanto Sardadi) melihat bahwa produk lampu masih memiliki potensi besar untuk lebih dikembangkan desainnya. Selain itu, kami melihat para perajin dari daerah Subang Jawa Barat yang sebagian sudah bekerja di usaha handicraft suami saya juga memiliki keahlian yang sangat baik dalam hal pahat/ukir karena di antara mereka ada yang keluarganya turun-temurun merupakan perajin pembuat wayang golek. Jadi kami sekaligus punya misi ingin melestarikan keahlian ukir perajin tradisional agar tidak mati tergerus modernisasi jaman.
3. 3 hal yang perlu disiapkan kalau mau menjadi mompreneur?
- Mau terus belajar dan membuka wawasan
- Menjalin jejaring yang baik/networking
- Mental yang kuat dan tidak cepat menyerah karena seringkali kita menemukan kondisi yang tidak ideal di lapangan.
4. Tantangan para mompreneur dan cara mengatasinya?
Seringkali ibu harus multitasking selain mengurus pekerjaan juga harus mengurus anak, keluarga, rumah. Saya kadang kehilangan fokus akan satu tugas karena terlalu banyak yang harus dikerjakan dalam satu hari. Solusinya adalah management waktu yang baik atau membuat to do list/jadwal kerja setiap hari. Jadi dalam satu hari sudah jelas apa saja yang harus dikerjakan kemudian keperluan lainnya yang akan menyesuaikan (atau sebaliknya, yang penting mengatur waktunya dengan cermat dan tepat) sehingga pekerjaan tidak tertunda dan beres sesuai waktunya.
5. Bagaimana bentuk support keluarga terhadap status baru mbak Intan?
Suami tentu mendukung karena sekarang saya memiliki lebih banyak waktu dengan keluarga dan anak-anak. Dalam Lampu RUNA kami juga bekerjasama dan saling mengisi. Tantangannya juga cukup besar bekerja bersama pasangan, kami harus mampu mengelola emosi dan tidak mencampur-adukan urusan kerja dan rumah tangga. Namun karena pada dasarnya kami saling menghormati dan mendukung satu-sama lain Alhamdulillah sampai saat ini masih dapat berjalan dengan baik.
Saat ini kami memutuskan untuk tidak memakai jasa Asisten Rumah Tangga di rumah. Hal ini menjadi contoh buat anak-anak kami dan mereka kini terbiasa terlibat dalam mengurus rumah. Si kakak contohnya, meskipun dia anak laki-laki tapi dia dengan senang hati memasak sarapan untuk kami sekeluarga. Ia juga suka membersihkan rumah seperti menyapu dan mengepel lantai tanpa harus saya suruh. Sang adik juga membantu sesuai kemampuannya, seperti membereskan kembali mainan atau buku-bukunya setelah ia selesai main atau membaca :).
6. Kenapa perempuan harus mandiri secara finansial menurut mbak Intan?
Perempuan perlu mandiri secara finansial karena kita jadi bisa menabung, yang gunanya bisa sangat banyak di masa kini dan masa depan. Kita juga bisa mewujudkan mimpi, entah itu menambah ilmu yang sesuai minat kita atau hal-hal kecil untuk menyenangkan diri sendiri seperti me time sejenak keluar dari rutinitas. Dengan mandiri secara finansial kita bisa memberi contoh ke anak dan memberi motivasi untuk bersikap mandiri. Sudah banyak contoh para ibu yang bisa memiliki penghasilan sendiri namun tidak selalu harus bekerja kantoran, sehingga kita tetap bisa tetap dekat dengan buah hati dan keluarga.
7. Tips 'menjual' produk
Terus melakukan inovasi produk, perhatikan detail, menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan banyak pihak, serta melakukan pendekatan yang personal kepada calon customer. Produk kami memiliki target pasar yang jelas dan kami ada di ‘niche market’. Promo pun bergulir dari satu pelanggan ke pelanggan lain, karena mereka puas dengan produk kami. Dengan adanya social media seperti instagram, penjualan kami pun meningkat karena pelanggan kerap mengunggah foto lampunya disertai kalimat yang sangat positif. Bonus menyenangkan lainnya adalah banyak customer kemudian menjadi teman dan kami terus menjalin hubungan baik hingga sekarang.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS