Ditulis oleh : Woro Indriyani
Ternyata mengajarkan anak untuk mengucapkan kata maaf tidak semudah saat saya mengajarkannya mengucapkan kata terima kasih dan tolong. Anak perlu lebih dulu esensi permintaan maaf sehingga ia pun tidak tumbuh menjadi sosok yang mudah obral kata maaf tanpa paham akan artinya.
Semua orang tua pasti menginginkan anak mereka tumbuh dengan sopan santun yang melekat kuat di dalam dirinya. Dan tentunya mengajarkan sopan santun ini tidak bisa secara instan, tidak semudah menghafal warna ataupun nama-nama hewan. Mengajarkan anak tentang good manners harus dilakukan sedini mungkin dan sekonsisten mungkin. Hal paling basic yang bisa diajarkan ke anak adalah membiasakan anak untuk selalu menggunakan kata tolong ketika meminta bantuan, terima kasih ketika menerima perlakuan baik dari orang lain atau maaf ketika anak membuat kesalahan kepada orang lain.
Mengajarkan 3 kata ajaib tersebut tentu bukan hanya sekedar memaparkan seperti ketika story telling yah, harus dengan mempraktikkan langsung di depan anak. Misal ketika saya meminta tolong Rey mengambilkan saya tisu, saya akan bilang ‘Rey tolong ambilin Ibu tisu yah’. Dan ketika dia sudah memberikan saya tisu, maka saya akan mengucapkan ‘Makasi ya Rey sudah ambilin Ibu tisu’. Seiring berjalannya waktu, mengajarkan 2 dari 3 kata ajaib ini sudah cukup mulus. Satu PR terbesar saya sampai saat ini adalah mengajarinya untuk meminta maaf.
Saya sendiri menyadari bahwa kata maaf ini cukup ‘berbeda’ dari kata terima kasih dan tolong. Jika kata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ diucapkan dengan konotasi positif, maka sebaliknya kata ‘maaf’ diucapkan ketika kita sudah berbuat salah. Rey termasuk anak yang sangat susah meminta maaf setelah dia melakukan kesalahan. Egonya masih sangat besar untuk mengakui kesalahannya. Karena tidak mau hanya tinggal diam dan pasrah, saya mencoba mencari ilmunya dengan membaca beberapa artikel parenting dan ikut seminar parenting dengan tema meminta maaf. Setelah membaca beberapa artikel dan mengikuti seminar parenting, saya sedikit kaget ternyata tahapan mengajari anak meminta maaf yang selama ini saya lakukan belum sepenuhnya benar.
Berikut beberapa catatan yang saya ingat dan masih terus saya pelajari.
Pahami Permasalahannya
Sebagai orangtua, secara tidak sadar kita sering kali memaksa anak untuk meminta maaf sedetik setelah anak berbuat salah. Entah itu kepada orang lain atau kepada diri kita sendiri. Padahal mungkin anak belum paham kenapa dia harus meminta maaf? Aku salahnya apa sih Ibu?.
Dari hasil sharing di acara Parenting Class yang saya hadiri, ketika anak berbuat salah hal pertama yang perlu diperhatikan adalah permasalahannya apa? apa kesalahannya? Buat anak terlebih dulu memahami permasalahannya, bahwa apa yang sudah anak perbuat itu merugikan orang lain atau lingkungan sekitarnya. Biasanya di titik ini saya lebih mementingkan Rey merasa bersalah dulu dari pada memaksanya langsung meminta maaf, tanpa dia paham apa permasalahannya.
Tanyakan Kondisi Anak atau Orang Lain yang Tersakiti
Menurut saya, memahami dan berempati dengan apa yang orang lain rasakan itu lebih penting dari sekedar kata maaf yang terucap. Saya ingin Rey paham bahwa meminta maaf tidak semudah ‘say sorry’ lalu segala permasalahan selesai. Sebelum Rey meminta maaf kepada saya atau kepada orang lain yang tersakiti karena ulahnya, terlebih dulu saya meminta Rey menanyakan pada orang tsb, apakah masih sakit? apakah masih marah? apakah masih kesal dengan apa yang sudah Rey perbuat? dsb. Hal ini juga bertujuan agak anak semakin paham bahwa apa yang dia lakukan berdampak tidak baik pada orang lain.
Tidak Memaksa Anak Meminta Maaf Saat Itu Juga
Pahami perasaan anak seperti kita memahami perasaan kita sendiri. Jika kita saja belum bisa meredam emosi dan amarah dalam waktu singkat, lalu bagaimana kita bisa meminta anak meredam emosi dan amarah dalam waktu singkat? Mereka, anak-anak itu juga punya perasaan yang sama dengan perasaan kita orang dewasa.
Ketika dia marah lalu kemudian merusak barang atau menyakiti temannya, berikan waktu untuk dia meredakan amarahnya terlebih dahulu. Hargai egonya untuk belum mau meminta maaf detik itu juga. Bukan berarti tidak minta maaf tidak apa-apa ya moms. Kita tetap terus harus mengingatkan anak untuk meminta maaf atas kesalahannya, tetapi setelah emosinya mereda, setelah dia paham permasalahannya dan setelah dia memastikan kondisi orang lain yang dirugikan terlebih dulu.
Alasan Meminta Maaf
Seperti yang sebelumnya saya sebutkan, saya sangat takut Rey menjadi anak yang menggampangkan meminta maaf. Jadi setelah semua step di atas dipenuhi, biasanya ketika Rey meminta maaf saya akan menanyakan padanya maksud dari permintaan maafnya untuk apa. Ketika dia meminta maaf pada temannya atau orang lain, saya juga mendampinginya dan memastikan dia menyampaikan maksud permintaan maafnya dengan benar. ‘Maafin aku ya, tadi aku cakar kamu’ ….. ‘Maafin aku ya Ibu tadi aku lempar mainan ke Ibu’ dsb.
Belajar meminta maaf memang tidak mudah apalagi untuk anak yang pada dasarnya belum tau batasan salah dan benar. Tapi disini juga menyadarkan saya bahwa belajar meminta maaf bukan hanya mengajari anak satu arah, anak juga harus melihat bagaimana orang tuanya meminta maaf padanya ketika berbuat salah juga. Bukan berarti orang tua selalu benar kan moms? Yuk jangan ragu meminta maaf pada anak ketika kita melakukan kesalahan, tunjukkan cara meminta maaf dengan baik dan benar. Agar anak bisa lebih mudah meniru dan memahami.
“Sorry, please and thank you are the key words of teaching children good manners”.