Berdasarkan data, sekitar 20,9 juta atau 16,2% proses kelahiran di tahun 2015 menunjukkan tanda-tanda hiperglikemia (kondisi kadar gula darah tinggi) selama masa kehamilan dan 85,1% di antaranya disebabkan oleh Diabetes Mellitus Gestasional (GDM).
Coba ingat, setiap kali melakukan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan, hal apa tang sering ditanya atau setidaknya diingatkan oleh dokter? Pasti soal gula darah. Benar nggak? Bisa dimaklumi, sih, soalnya kelebihan kadar gula darah memang membahayakan. Salah satu risikonya adalah Diabetes Mellitus Gestasional (GDM). Di Indonesia, penyandang diabetes memang sudah banyak, bahkan mencapai angka 10 juta orang sehingga menempati urutan ke-7 di dunia sebagai Negara dengan peyandang diaebetes tertinggi.
Mengkhawatirkan, ya?
Penderita diabetes ini pun termasuk para ibu hamil. Tingginya tingkat ibu hamil yang menderita penyakit ini, akhirnya menggerakan pemerintah memerhatikannya di Hari Diabetes Sedunia 2017 yang jatuh pada bulan November ini. Data International Diabetes Federation (IDF) 2017 menunjukkan bahwa lebih dari 199 juta perempuan di dunia hidup dengan diabetes. Sementara Pada 2015, dilihat dari data IDF, sekitar 20,9 juta atau 16,2 persen proses kelahiran menunjukkan tanda-tanda hiperglikemia atau kondisi kadar gula darah tinggi selama masa kehamilan. Sementara, 85,1 persen diantaranya disebabkan oleh diabetes gestasional.
Alasan mengapa GDM mengancam para ibu hamil tidak lain disebabkan oleh perubahan kondisi hormonal yang diproduksi plasenta. Sifatnya ada yang sementara, ada yang persistent. Tapi seperti yang dijelaskan Dr. Lily Sriwahyuni Sulistyowati, MM, Direktur Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia saat acara edukasi media mengingatkan meskipun GDM bisa menjadi keadaan sementara yang dialami oleh ibu hamil, penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% perempuan dengan GDM akan terkena diabetes tipe 2 dalam rentang waktu 5-10 tahun setelah melahirkan.
“Pemeriksaan kesehatan rutin meliputi pengukuran IMT (Indeks Massa Tubuh), cek tekanan darah, cek kadar gula darah, dan cek kolesterol adalah hal yang penting dalam usaha untuk melawan epidemi penyakit tidak menular seperti diabetes,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr. Lily juga mengingatkan kalau semua perempuan dapat mengalami diabetes gestasional. Jadi, memang semua ibu hamil perlu mawas diri, terutama ibu hamil yang memang punya risiko lebih tinggi. Adapun faktor yang meningkatkan risiko diabetes gestasional adalah masalah usia, di mana usia sudah di atas atas 25 tahun, termasuk sudah mengalami kelebihan berat badan sebelum kehamilan. Risiko yang perlu lebih diperhatikan lagi apabila sudah ada riwayat penyakit diabetes dalam keluarga, riwayat kadar glukosa darah meningkat, aborsi berulang atau lahir mati, pernah melahirkan bayi besar (lebih dari 4ribu gram) dan mengalami sindrom ovarium polikistik atau gangguan pada fungsi ovarium pada perempuan yang berada pada usia subur.
Jika kondisi kondisi kadar gula darah ibu hamil tidak diperhatikan, dan tidak mendapat penanganan yang tepat, risiko terbesarnya adalah bayi yang dilahirkan akan mengalami komplikasi seperti kesulitan bernapas baik yang lahir prematur maupun yang tepat waktu. Produksi insulin tinggi membuat kadar gula rendah membuat bayi kejang, ketika dewasa anak pun akan berisiko mengalami diabetes tipe 2.
Saya yakin, tidak ada satu ibu pun yang menginginkan hal ini terjadi pada kehamilannya. Sejalan dengan program GERMAS yang diinisiasi KEmenkes RI, Accu Chec juga ikut berkontribusi melalui penyediaan alat tes gula darah yang memang sudah teruji keakurantan. Jadi kapan terakhir cek gula darah, mommies?