Sorry, we couldn't find any article matching ''
3 Kebiasaan Baik di Usia SD yang Sebaiknya Ditanamkan
Coba cek, jelang anak usia SD, sudahkah mommie menanamkan 3 kebiasaan baik ini?
“Bunda, kenapa ayah sama bunda harus kerja?”
“Kenapa Jordy harus cuci tangan sebelum makan?”
“Bunda, kenapa Jordy keriting, terus Dani rambutnya lurus?”
Yang punya anak beranjak balita, pasti ada kalanya diberondong pertanyaan semacam ini. Si kecil makin kritis, bertanya tentang fenomena yang ada di sekelilingnya. Sedikit saja mengganjal, langsung deh, rasa ingin tahunya membuncah.
Celotehan anak semacam ini, menurut saya, bisa dijadikan langkah awal untuk menanamkan beberapa kebiasaan baik. Menjelang usia SD, concern saya – Jordy harus menjadi pribadi yang mandiri. Iya dong? Masa SD adalah masa-masa seorang anak, sebaiknya tidur terpisah dengan orangtua, mandi, makan, pakai baju sendiri dan kegiatan lainnya yang butuh dilatih sedari dini. Nggak hanya mandiri secara fisik, juga kematangan emosinya harus diperhatikan.
Dari sekian pertanyaan Jordy yang sempat saya singgung di atas. Saya ambil kesimpulan, perlahan, Jordy dikenalkan dengan tiga kebiasaan baik. Kelak akan membantu hidupnya jadi berkualitas.
1. Nak, berbeda itu biasa, lho!
Waktu Jordy bertanya tentang perbedaan jenis rambutnya dengan temannya, ini sudah jadi tanda. Kalau anak sudah bisa menangkap kecenderunga, semua orang pada dasarnya punya banyak perbedaan. Itu baru segi fisik. Lebih dalam lagi, nanti kita bisa cerita. Kalau muslim ibadahnya di Masjid, Kristen di Gereja, Buddha di Wihara, Hindu di Pura dan Khong Hu Cu di Klenteng.
Nah, pertanyaan sederhana Jordy tadi, waktu itu saya jawab dengan, “Iya, dek. Jordy rambutnya memang keriting, dan Dani lurus. Tapi Jordy dan Dani tetap berteman dan main bareng, kan?” Saya berusaha mensugesti dia, apapun perbedaannya, ya bukan untuk dipermasalahkan. Harapannya, kelak si kecil punya jiwa toleransi. Ini penting banget, sih, menurut saya. Ketika dia besar, lingkungan pergaulannya akan semakin heterogen, kan?
2. Sehat itu investasi seumur hidup kamu!
Poin ini saya mulai dari hal yang sangat sederhana, misalnya Jordy wajib cuci tangan sebelum makan. Soalnya nanti di kuku, masih banyak cacing sembunyi kalau dia nggak dicuci dulu. Metode paling efektif, lewat dongeng, mommies. Karena ada bentuk visual yang dia lihat dan bisa diingat.
Saya juga berusaha imbang. Karena menjaga kesehatan, nggak hanya dari luar. Berbagai asupan yang masuk ke dalam tubuh, juga wajib diperhatikan. Misalnya (lagi-lagi lewat buku dongeng), saya cerita. Ada seorang anak, bernama Raka. Dia pintar main bola, dan bisa jawab pertanyaan ibu guru, karena setiap hari selalu sarapan. Jadi kuat dan nggak gampang sakit. Terus lucunya, Jordy balik tanya ke saya, “Raka sarapannya apa, bunda kok bisa kuat?” Saya bilang. Raka sarapannya, makanan dan minuman yang sehat tapi tetap enak. Makanannya, kadang nasi goreng, pakai ayam goreng dan sayuran. Terus Raka juga nggak lupa tidur cukup, olahraga dan minum susu! Pas bagian minum susu ini, Jordy semangat banget. Dia termasuk anak yang doyan minum susu, apalagi susu dalam kemasan UHT siap minum. Dan sekarang ada pilihan baru, DANCOW FORTIGRO dalam kemasan UHT 110ml, rasa coklat dan stroberi. Dua varian rasa ini, memang yang paling disukai Jordy, sip, klop banget, kan?
Kandungan DANCOW FORTIGRO cocok untuk anak yang sedang bertumbuh. Termasuk nutrisi, dan terutama kebutuhan kalsium. Seperti yang mommies ketahui, tubuh manusia tidak bisa memproduksi kalisum sendiri, tapi perannya penting banget. Yaitu pembentukan dan memertahankan kepadatan tulang dan gigi. Lewat DANCOW FORTIGRO kemasan UHT 110ml, Jordy bisa mendapatkan tambahan kalsium dan Vitamin A,C, & E. Ditambah juga dengan kolin, yaitu nutrisi yang berperan penting untuk perkembangan sel otak anak. Dari segi kemasan, sangat travel friendly, praktis sebagai bekal Jordy ke sekolah, atau sedang jalan-jalan dengan saya dan ayahnya.
3. Mau sukses? Ya butuh usaha
Lumayan menantang untuk poin yang ini. Saya akali dengan mencontohkan terlebih dahulu, “Children see, children do right?” Misalnya dimulai dari membereskan sesuatu, setelah digunakan. Lalu saya coba terapkan, pas Jordy habis main. Dia wajib membereskan mainannya sendiri. Kalau terlalu banyak, tentu saya juga mesti bantuin, ya. Paling nggak, dia sudah paham. Kalau mau hasil yang baik, butuh proses usaha. Bersedia capek dan nggak mudah menyerah.
Kasus lainnya, pelan-pelan Jordy paham. Untuk apa sih, ayah bundanya kerja? Salah satu yang saya contohkan, supaya dia bisa sekolah dan menabung untuk jalan-jalan. Kalau dia tanya, di hari itu saya masuk kerja apa nggak. Nanti dia sendiri, deh, yang jawab, “Oh iya, bunda harus kerja, supaya Jordy bisa sekolah dan nabung buat jalan-jalan naik pesawat, ya nda.” Hahaha, good boy!
Saya yakin, masih banyak kebiasaan baik lainnya, yang layak dilakukan si kecil. Mungkin mommies mau menambahkan? :)
Share Article
COMMENTS