Saya yakin, ibu zaman now sudah melek soal ASI. Sudah tahu dan paham betul kalau ASI sangat bermanfaat untuk pertumbuhan si kecil. Tapi tahukah Mommies kalau belum lama ini ada hasil studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal ACS Infectious Diseases saol ASI?
Ngomongin ASI, memori saya kok, seperti me-rewind masa-masa jadi ibu baru, ya? Betapa saya bingung saat ASI mulai mandek. Sampai-sampai melakukan berbagai cara supaya ASI bisa ngucur deras kaya air terjun, hahhaaa. Mulai dari makan daun katuk sampai bosan, makan pepaya muda, mengonsumsi suplemen, hingga akhirnya saya merasa terbantu setelah makan daun bangun-bangun.
Aaah.... meskipun capek karena sering begadang, bikin mata seperti mata panda, puting payudara lecet, termasuk harus kejar setoran mengumpulkan ASIP, tapi momen menyusui menyisakan sejarah tersendiri buat saya. Menyenangkan! Apalagi saat ini saya melihat pertumbuhan anak yang maksimal. Nggak ada hambatan yang berarti.
Saya sendiri sangat percaya kalau ASI merupakan hak untuk semua anak, makanan pertama yang diberikan pada bayi baru lahir, dan setidaknya perlu diberikan selama 6 bulan pertama. Alasannya? Banyak sekali, sih, salah satunya karena ASI mengandung semua mineral dan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, termasuk mengandung antibodi tertentu yang mampu membangun sistem kekebalan tubuh bayi.
Nah, belum lama ini ada penelitian terbaru yang membuktikan ada manfaat lain ari ASI. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal ACS Infectious Diseases menemukan hasil temuan tim ahli kimia dari Universitas Vanderbilt di Amerika Serikat. Di mana ada beberapa karbohidrat yang ditemukan dalam ASI tidak hanya bersifat antibakteri, tetapi juga bisa meningkatkan efektivitas protein antibakteri.
Jurnal ACS Infectious Diseases ini menyebutkan kalau karbohidrat dalam ASI tidak hanya memiliki sifat antibakteri, tapi juga bisa meningkatkan kemampuan membunuh bakteri dari protein susu yang kita tahu lebih banyak.
Direktur studi Steven Townsend dari Departemen Kimia Vanderbilt mengungkapkan kalau salah satu satu sifat yang luar biasa dari senyawa ini adalah mereka jelas tidak beracun, tidak seperti kebanyakan antibiotik.
Penelitian ini memang dufokuskan pada bakteri yang disebut Kelompok B Strep (GBS), yang sering ditemui pada ibu hamil dan dapat menjadi masalah pada bayi yang baru lahir jika diteruskan kepada ibu mereka.
Para peneliti juga menemukan kalau campuran gula ASI dan peptida antimikroba dari ludah manusia yang mampu meningkatkan zat antimikroba lainnya yang terkandung dalam ASI. Alhasil para peneliti, termasuk Steven yang bertindak sebagai Direktur mentimpulkan kalau gula dalam ASI ini memiliki fungsi penting sebagai pembunuh bakteri dan peningkat sistem kekebalan untuk bayi.
Setelah membaca dan mengetahui informasi ini, saya tambah yakin kalau memang memberikan ASI eksklusif memang patut diperjuangkan. Meskipun tidak mudah, saya sendiri sangat yakin kalau semua ibu pada dasarnya bisa meberikan ASI pada anaknya. Siapa yang punya satu suara dengan saya?