Ditulis oleh: Lariza Puteri
“Sentuhan kulit nyatanya membuat kita berdua (ibu dan bayi) nyaman. Percaya, deh!”
Tiga hari yang lalu saya di whatsapp oleh adik ipar saya. Bayinya (3 bulan) mengalami diare dan muntah. Menurutnya, si bayi bisa diare akibat pergantian cuaca yang cukup ekstrim. Setelah saya tanya-tanya lagi, tentang bagaimana ia memberikan ASI. ternyata dari 10 kali pemberian, misalnya, separuhnya ia memberikan ASI melalui botol. Bukan karena malas, namun, karena ia harus mengerjakan beberapa pekerjaan lain. Sama lah seperti ibu bekerja.
Baca juga: Tanda-tanda Pelekatan Payudara Saat Menyusui yang Benar
Setelah saya tanya-tanya lagi, ada satu hal yang membuat saya berkesimpulan, kemungkinan si bayi terkena diare akibat bakteri atau virus yang terdapat di dalam botol ASI. Sudah dibersihkah, sih, namun ia pun tak yakin apakah botol tersebut sudah benar-benar bersih. Saya, sih, tak bisa menyalahkan hal ini. Pilihannya juga untuk memberikan ASI melalui botol. Namun, faktor kebersihan dalam hal ini adalah yang utama. Sehingga, saran saya saat itu, untuk mengatasi diare bayi adalah memberikan ASI sesering mungkin secara langsung. Selain itu, ini alasan utama lainnya, kenapa menyusui langsung adalah yang terbaik:
Masih berhubungan dengan terjadinya diare pada keponakan saya. ASI yang diberikan secara langsung jelas lebih bersih dan terjamin isinya. Yang penting kita selalu mencuci tangan sebelum memberikan ASI, dan membersihkan putih susu saat mandi. Tentang isi ASI sendiri, bila disusui langsung, kita tak perlu lagi cemas dengan suhu ASI, basi atau tidak, dan kebersihannya.
Baca juga: Proses Menyusui Menurunkan Risiko Anak Terkena Gangguan Perilaku, Benarkah?
Menyusui langsung memang sudah paling benar. Tinggal angkat baju, buka bra, dan bayi langsung menyusu. Praktis! Tak ada lagi drama mengeringkan botol, membersihkan botol, mensterilkan botol, menghangatkan hingga mengukur suhu ASI. Tapiiii, untuk ibu bekerja ini kan tantangan, ya. Jadi, setiap ada kesempatan bersama dengan bayi, saya selalu memilih menyusui langsung. Bahkan, ini juga jadi pertimbangan travelling bersama bayi. Pernah dengan, tidak Moms, bahwa travelling bersama bayi paling nikmat saat ia masih berusia 4-6 bulan. Sebab, satu-satunya makanannya adalah ASI. Yang artinya, saya tetap bisa menikmati jalan-jalan, karena tak perlu repot menyiapkan makanan bayi.
Kalau ini sih sudah tak terbantahkan lagi. Kenikmatan skin-to-skin dengan bayi tak bisa diukur dengan apapun. Saat saya melihatnya meneguk ASI, melihat ia nyaman, sampai akhirnya tertidur, itu adalah moment yang tak tergantikan. Sentuhan kulit langsung ini jugalah yang akan menumbuhkan ikatan batin secara alami. Selain itu, isapan lidah juga merupakan satu-satunya cara terbaik untuk mengosongkan payudara. Alat pompa secanggih apapun akan kalah, deh, sama kehebatan lidah bayi (bayi, ya, hahaha). Ketika payudara kosong, artinya otak akan memerintahkan payudara untuk mengisinya kembali, sehingga produksi ASI pun terjaga.
Baca juga: Kenapa ASI nggak Langsung Keluar Setelah Melahirkan?
Percaya tidak, kegiatan menyusui ini ternyata mengeluarkan energi. Sepertinya hanya duduk, santai dan menyusui, tapi kegiatan ini cukup mengeluaran energi. Jadi, jangan heran kalau habis menyusui Mommies akan merasa lapar. Bila dihitung secara matematika, kegiatan menyusui (ditambah dengan mengurus bayi sendiri, dan mengonsumsi makanan yang tepat) akan mengembalikan berat badan setelah melahirkan dalam waktu kurang dari 1 tahun. Saya berhasil, lho! :D
Masuknya udara yang terlalu banyak ke dalam perut bayi kadang kala akan mengakibatkan bayi mengalami kembung dan kolik. Ini biasanya terjadi pada bayi yang menyusu menggunakan botol sebagai alat bantunya. Nah, dengan menyusu langsung (tentu denga teknik yang tepat), akan menghindarkan kolik yang bisa membuat bayi sakit perut.
Karena sekarang saya sudah menyapih bayi, rasa rindu menyusui langsung tetiba datang. Siap-siap untuk anak ketiga deh. Hahaha. Selamat menyusui, mommies :)