Sorry, we couldn't find any article matching ''
Idealnya Berapa Tahun, Sih, Jarak Usia Kakak dan Adik?
Ada yang bilang, mending punya anak dengan jarak usia berdekatan biar capeknya sekalian. Tapi ada yang menganggap sebaiknya dikasih jarak. Sebenarnya, ada nggak sih jarak ideal antara usia kakak dengan adik.
Test pack yang saya pegang menunjukkan garis satu yang begitu jelas. Sesaat kemudian saya pun langsung memperlihatkan pada suami. “Yaaah, Mas, ternyata masih negatif,nih. Padahal sudah telat beberapa hari,” ujar saya kala itu.
Mendengar nada kecewa yang terucap dari mulut saya, suami pun lantas membalas dengan membesarkan hati saya. “Ya sudah, mungkin memang belum rezeki. Tandanya kita memang perlu usaha lagi. Nggak apa, kok… yang penting, kan, sudah usaha dulu.”
Gambaran inilah yang pernah terjadi pada saya. Sejak Bumi, anak pertama saya berusia 3,5 tahun saya memang sudah merencanakan untuk punya anak ke-2. Kenapa memilih menunda punya anak hingga 3 tahun lebih, karena saya dan suami memang butuh persiapan. Siap secara menyeluruh, baik fisik, psikis, dan tentu saja finansial.
Memang, sih, persoalan sibling age gaps ini sangat personal. Buat saya dan suami, idealnya perbedaan usia anak pertama dan kedua setidaknya 4 tahun. Namun, ada teman yang memutuskan untuk langsung punya anak kedua, padahal anak pertamanya masih berusia 9 bulan.
Saya ingat suatu kali ngobrol dengan Nadya Pramesrani, M.Psi., selaku psikolog keluarga menandaskan bahwa dilihat dari kacamata psikologi, tidak ada pakem batasan minimal berapa tahun idealnya untuk tambah anak. Namun, penekanannya justru lebih kepada kesiapan orangtuanya. Jadi balik lagi harus berkaca pada diri sendiri, tipe orangtua seperti apa kita ini?.
Merujuk dari pengalaman pribadi dan pengalaman teman-teman dekat saya, Jarak usia kakak dan adik yang terlalu berdekatan atapun terlalu jauh, memang ada pro dan kontra. Contohnya, untuk jarak anak pertama dan kedua yang tertalu dekat, teman yang pro mengatakan kalau mereka sangat happy karena anak pertama dan kedua tumbuh seperti teman sebaya.Sedangkan untuk yang kontra, mereka mengaku sering merasa kewalahan, karena anak dengan usia yang tidak terpaut jauh bisa cranky bersamaan.
Sementara saya dan suami termasuk pasangan yang pro untuk program punya anak lagi dengan jarak usia setidaknya 3 tahun. Selain, karena sudah pulih dari kondisi pasca melahirkan, saya dan suami juga sudah bisa fokus merawat dan mencurahkan kasih sayang pada si calon kakak.
Makanya, setelah masa nifas saya memutuskan untuk menunda dan mengatur jarak kehamilan dengan menggunakan alat kontrasepsi IUD. Ah, jadi ingat dengan program PilihanKu, sebuah gerakan yang mengajak kita untuk kembali kalau mengatur jarak kehamilan sangat penting. Tidak hanya bermanfaat untuk kita sebagai orangtua, namun juga untuk anak.
Mengingat ibu-ibu zaman sekarang juga cukup sibuk dengan segala macam aktivitas, kontrasepsi jangka panjang rasanya sudah jadi bagian gaya hidup untuk pasangan suami istri di masa kini. Hal yang membuat saya memilih IUD, kontrasepsi yang tidak hanya aman dan nyaman, namun juga lebih praktis dan ekonomis memberikan masa perlindungan selama 3 – 10 tahun. Yang paling penting, IUD nggak punya efek samping hormonal dan proses menyusui juga tidak terhambat.
Selain IUD, ada juga loh implan. Manfaat yang sama bagusnya dengan IUD dan hanya mengandung hormon progesteron sehingga tidak memengaruhi produksi dan kualitas ASI. Implan inipun adalah kontrasepsi yang aman dan praktis juga. Jadi… yuk mommies kita cari tahu sebanyak – banyaknya informasinya melalui program Pilihanku agar dapat merencanakan kehamilan dengan baik.
Share Article
COMMENTS