Tidak sedikit orang yang bingung terkait cara merespon dan menghadapi anak berkebutuhan khusus, khususnya ketika mereka mulai memasuki masa puber.
Saya percaya, kalau orangtua yang memiliki anak special, seperti anak-anak dengan kebutuhan khusus adalah orangtua yang tidak kalah spesialnya. Orangtua yang memiliki kesabaran ekstra untuk merawat anak-anak special. Saya, sebagai orangtua yang memilki anak yang tumbuh sesuai dengan perkembangan usianya juga masih perlu banyak berlajar dari orangtua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus.
Belum lama ini saya sempat berbincang dengan salah satu Psikolog Tiga Generasi, Sashkya Aulia Prima, mengenai tumbuh kembang anak ABK, khususnya anak ABK yang akan memasuki usia puber. Bukan apa-apa, untuk anak normal saya, mereka buth perhatian khusus saat memasuki masa puber. Bagaimana dengan ABK?
Biar bagaimana pun, anak berkebutuhan khusus menang tidak bisa disamakan dengan anak yang kondisinya normal karena memang mengalami hambatan signifikan. Dimulai dari aspek psikis, sosial, emosional, sehingga mau tidakmau akan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangannya. Tidak mengherankan apabilan ABK membutuhkan perhatian yang lebih sehingga mereka pun bisa lebih mandiri dan mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
Berkaitan dengan ABK yang mulai masuk masa puber, Sashkya menjelaskan bahwa mereka memang cenderung lebih sensitif. Ia menjelaskan bahwa perubahan mood, seeperti rasa marah, kecewa, sedih ABK akan lebih cepat dibandingkan anak normal. Namun dilihat secara biologis, masa pubertas anak ABK juga tidak berbeda dengan anak kebanyakan, mereka mengalami fase pubertas ketika memasuki usia 8 atau 9 tahun.
“Sebenarnya sama saja, kok, dengan anak normal lainnya. Anak ABK juga akan mengalami masa puber, biasanya seblum usia 10 tahun. Hanya saja, dengan keterbatasan yang mereka miliki mereka lebih sulit memahami apa yang dimaksud atau konsep pubertas itu seperti apa. Untuk itu orangtua memang harus lebih concern, sih.”
Sashkya bercerita, mirisnya sampai sekerang masih ada kasus pelecehan yang dialami para ABK. Hal ini memang berkaitan dengan ketidakmampuan ABK untuk menjada atau melindungi dirinya sendiri.
Untuk itulah orangtua perlu memerhatikan kapan anak memasuki masa puber. Salah satu ciri primer puber pada anak perempuan adalah menstruasi, sementara untuk anak lelaki akan mengalami mimpi basah.
“Namun salah satu kendala yang sering dialami itu adalah saat komunikasi, bagaimana kita sebagai orangtua perlu memberikan penjelasan sehingga anak ABK dapat mengerti”.
Untuk itu Sashkya menyarankan agar orangtua menjelaskan lebih konkrit, bisa dengan menggunakan berbagai media yang nantinya akan memudahkan ABK untuk dapat lebih memahami materi pelajaran, misalnya lewat gambar atau video.
Selaian itu, Sashkya juga berpesan agar orangtua yang memiliki ABK harus lebih sensitif melihat anaknya yang mulai memiliki daya tarik dengan lawan jenisnya, termasuk ketika ABK memikini dorongan seksual. Katanya, anak ABK perlu diajarkan bagaimana cara menyampaikan dan mengatasinya serta menjelaskan perubahan apa saja yang bisa terjadi pada tubuh anak.