Sorry, we couldn't find any article matching ''
Kenapa, Sih, Anak Harus Nonton Film Sesuai Usianya?
Setiap orangtua pasti punya value berbeda yang ingin diterapkan pada anaknya. Termasuk urusan mengajak anak ke bioskop. Kalau saya, sih, sampai sekarang masih memegang prinsip, memilih tontonan film harus disesuaikan usianya.
“Dis… playdate bareng, yuk, nonton Film Spiderman. Anak gue udah minta nonton terus, nih, gara-gara iklannya diputar terus di televisi.”
Beberapa waktu lalu pesan ini disampaikan teman saya lewat WhatsApp. Tanpa mikir panjang, saya pun langsung menjawabnya.
“Umh, gue sih tertarik banget buat nonton. Tapi nggak mau ajak anak, ah. Playdate-nya nanti aja, ya, kalau ada film yang memang buat anak-anak”.
Urusan ngajak anak nonton ke bioskop, bisa dibilang saya memang cukup 'kejam', hahahaha. Seandainya anak merengek minta nonton film, tapi kalau memang rate usia dan kontennya tidak sesuai dengan usianya, ya, nggak akan saya turuti. Lagian, suka heran, kenapa sampai sekarang masih banyak banget orangtua yang keukeuh sumekeuh ajak anak nonton film yang rating-nya tidak ditujukan untuk semua umur? Bukan untuk anak-anak.
“Ya kan, tinggal kita saja yang memberikan pengertian ke anak. Kasih tahu kalau memang ada adegan kekerasan di film. Kasih tahu saja supaya jangan dicontoh. Itu kan tugas kita buat dampingin. Gampangkan?” begitu dalih seorang teman saat saya komentar kenapa kenapa ia masih mengajak anaknya yang berusia 6 tahun untuk nonton film yang ditujukan anak remaja usia 13 tahun.
Saya langsung membatin, “Ya, pantas saja kalau sampai saat ini kesannya tugas LSF sebagai lembaga sensor jadi mubadzir. Lah wong, masyarakatnya sendiri masih belum disiplin. Padahal LSF itu kan hadir sebagai otoritas yang berwenang mengatur rating film yang telah diproduksi yang disesuaikan dengan konten filmnya.”
Saya masih ingat pesan dan saran yang diungkapkan para pakar psikolog anak saat saya bertanya soal tontonan anak. Mereka pasti punya pandangan yang serupa, bahwa film merupakan salah satu media yang mudah memengaruhi anak-anak. Bahkan sejak mereka bayi sekalipun.
Selain itu, usia anak-anak juga belum bisa membatasi mana yang sekedar khayalan dan kenyataan. Anak-anak belum paham kalau film cuma sebatas karya fiksi. Alhasil mereka pun bisa mendapatkan efek negatifnya dari kekerasan, adegan sensual, dan makian kasar yang ditampilkan dalam film.
Nah, kebayang nggak kalau sepanjang film anak menyaksikan adegan kekerasan? Belum lagi kalau ingat anak-anak itu punya daya imajinasi yang sangat tinggi. Waduh, saya, sih, nggak mau ambil risiko.
Kalau memang mau ajak nonton film, saya lebih dulu memperhatikan apakah kontennya cocok buat anak. Contohnya, nih, film Cars 3 yang bakal tayang di bioskop mulai hari ini, 16 Agustus. Asiknya lagi, film dari Disney Pixar’s ini akan hadir di bioskop kesayangan kita dalam versi 3D/REAL D 3D/ dan IMAX 2D.
Film animasi ini mengisahkan tentang kebangkitan karakter utama Lightning McQueen yang dikenal sebagai juara dunia 5 kali Piston Cup dalam membangun kembali kepercayaan dirinya untuk menghadapi persaingan ketat dengan generasi para pembalap muda ambisius lainnya dengan bantuan teknisi dari Rust-eze Racing Center, Cruz Ramirez. Menurut saya dalam perjalanan karakter yang suaranya diisi oleh Owen Wilson ini, akan mengandung pesan moral dan mudah dimengerti untuk orangtua dan terutama anak-anaknya.
Wah, sudah kebayang gimana serunya nonton aksi Lightning McQueen bareng Bumi. Apalagi anak saya ini punya ketertarikan yang besar dengan segala yang berbau mobil balap. Ditambah, dengan bergabungnya kembali para teman-teman lama Lightning McQueen dari Radiator Springs dalam film ini, seperti Mater, Sally, Fillmore, Sarge, Ramon, Sherrif, dan Flo dijamin akan meningkatkan excitement anak saya ketika menonton karena banyaknya varian mobil yang ditampilkan dengan keunikannya masing- masing.
Oh, ya, Cars 3 ini merupakan arahan sutradara Brian Fee, yang sudah dikenal lewat beberapa film animasi anak-anak seperti Ratatouille, WALL E dan Monster University. Buat saya, sih, film animasi ini punya pesan yang sangat kuat untuk membangun karakter anak. Sedangkan untuk produser Kevin Reher, sebelumnya sudah berkarya lewat film animasi A Bug’s Life dan La Luna. John Lasseter pun ikut terlibat sebagai eksekutif produser, yang memimpin dua film sebelumnya.
Selain itu, kalau nonton film animasi nggak afdol, ya, kalau tidak menikmati soundtrack-nya. Nah, film Cars ini ternyata composer pemenang Oscar®, Randy Newman ikut terlibat. Karya Newman memang sudah nggak usah diragukan lagi, karena dia juga telah berkiprah di film ternama Disney sebelumnya seperti Monsters, Inc. and Toy Story 3.
Sebagai orangtua, saya sangat sadar kalau memilihi tontonan anak khususnya film layar lebar memang harus selektif. Butuh kesadaran orangtua untuk bisa bersikap lebih bijak dalam memilih film dengan konten yang ramah terhadap anak-anak. Dengan begitu, menonton film bisa dijadikan sarana untuk mendidik anak-anak. Jadi, nggak usah deh menyalahkan orang lain atau tontonan film yang bikin anak makin agresif. Kalau kita sendiri masih saja membiarkan anak di bawah umur nonton film ber-rating PG-13, R atau malah untuk film yang ditujukan untuk anak di atas 17 tahun.
Jadi gimana, ada yang mau ajak anaknya nonton film Cars 3 ini nggak? Kalau memang rate filmnya untuk anak-anak, saya sih nggak akan ragu untuk ngajak Bumi. Yuk, playdate bereng!
Share Article
COMMENTS