banner-detik
GADGET & DIGITAL

4 Langkah Bebas Khawatir Saat Anak Menikmati Konten YouTube

author

adiesty31 Jul 2017

4 Langkah Bebas Khawatir Saat Anak Menikmati Konten YouTube

Dari pada khawatir berlebihan, bagaimana kalau kita fokus mencari cara agar anak bisa melihat konten yang sesuai dengan usianya saat membuka YouTube?

Saya dan suami bukan tipe orangtua yang melarang anaknya bersentuhan dengan gadget. Bahkan, sejak dalam kandungan anak saya ini sudah terpapar gadget. Loh, kok, bisa? Iyalah..... dari hamil ibunya ini seneng selfie, hahahhaa. Selain itu, zaman hamil saya juga sering mendengarkan lagu, menikmati lantunan ayat suci Al Quran, dan melihat ragam video dari YouTube. Nggak lama brojol di rumah sakit, anak saya juga sudah saya ajak selfie :D.

Jadi, memang sudah sejak lama terpapar dengan gadgetkan?

[caption id="attachment_82058" align="aligncenter" width="1050"]Anak Menikmati youtube Anak Menikmati youtube[/caption]

Belum lagi kalau ingat saya dan suami sama-sama bekerja di media online. Artinya, gadget jadi salah satu alat buat kami bekerja. Kok, kayanya nggak adil juga buat anak saya, Bumi, kalau nggak boleh kenalan dengan gadget. Lagian, heeeey.... sekarang inikan sudah era teknologi. Ya, masa nggak boleh mengikuti zaman?

OK, saya paham dengan kekhawatiran para orangtua. Ngeri kalau anaknya terpapar dengan  konten yang tidak semestinya? Belum lagi dengan tingkat kejahatan yang sasarannya anak-anak. Kalau inget hal ini, sih, maunya ngekepin anak terus, untuk memastikan keamanannya.Tapi memang bisa begitu? Jelas nggak.

Diusianya sekarang, 7 tahun, anak saya, Bumi, boleh main games dan melihat YouTube setiap akhir pekan. Jatahnya seperti minum obat, 3 kali sehari. 30 menit, setelah sarapan, makan siang, dan makan malam. Cuma, kalau lagi playdate bersama temen-temennya, kesepakatan ini suka lebih longgar. Mau nggak mau, kalau temennya lagi main games atau nonton youtube, anak saya jadi ikutan.

Ngomongin soal bagaimana cara agar anak aman melihat konten YouTube, beberapa waktu lalu saya dapat pencerahan lagi. Saya dapat ilmu langsung dari Fibriyani ElastriaProduct Marketing Manager YouTube dari Google Indonesia.

Waktu itu, ia memberikan beberapa tip penting buat kita, para orangtua.

1. Manfaatkan Restricted Mode

Sudah bisa dipastikan kalau konten video di YouTube sangatlah beragam. Mau lihat video klip musik baru, ada. Mau nonton drama Korea, ada. Mau nyontek resep praktis, ada. Mau nonton film kartun, ada. Mau cari DIY yang bisa dilakukan bersama anak, ada. Mau nonton film dewasa, juga ada. Tapi, untuk membatasi konten video yang bisa dilihat anak tentu perlu dilakukan. Buka setting, lalu klik bagian General dan pilih Restricted Mode menjadi On. Dengan begitu,YouTube tidak akan menayangkan video-video yang isinya tidak layak tonton berdasarkan laporan penggunanya.

2. Report video yang tidak sesuai dengan value keluarga 

Kesel, sedih, marah. Mungkin tiga emosi inilah yang saya rasakan kalau melihat video yang berkaitan dengan terorisme, konten yang isinya provokasi, atau kejatahatan. Konten seperti ini tentu nggak layak buat ditonton oleh anak-anak. Nah, kalau memang setelah mengaktifkan restricted mode tapi masihsaja ada saja video aneh yang muncul, jangan lupa Flag video tersebut. Caranya mudah. Klik titik tiga di atas kanan video, ada gambar bendera bertuliskan ‘Report’. Nantinya muncul alasan mengapa menurut kita video ini tidak layak ditonton anak.

3. Membuat Playlist

Ibarat file musik yang bisa kita atur, lagi apa saja yang kita suka dan ingin didengar, ternyata YouTube juga bisa disetting seperti ini. Menurut saya cara ini sih sangat membantu, ya. Dengan membuat playlist bisa membantu memonitor video yang ditonton anak, karena pada dasarnya kalau  anak sudah menyukai video tertentu, biasanya dia cenderung menontonnya berulang kali atau menonton video lain yang sejenis. Iya nggak, sih? Kalau sejauh ini, memang Bumi seperti itu.

Untuk membuat playlist, kita tinggal klik tanda tiga garis plus di atas kanan, lalu pilih ‘create new playlist’. Kita akan diminta untuk menulis nama playlist tersebut—misalnya dengan nama anak. Di sini kita bisa pilih mau private alias hanya kita yang dapat menonton video di playlist tersebut, atau dibikin non-private sehingga kita bisa share ke orang terdekat yang juga punya anak. Setelah video di playlist dimainkan, maka anak hanya bisa melihat video-video yang ada di folder tersebut. Artinya, peluang anak melihat konten video yang tidak sesuai dengan  usianya yang kadang muncul, jadi nggak ada.

4. Nikmati  video di  YouTube bersama dengan  Chromecast

Nah, ini juga ilmu baru buat saya. Saya baru tahu kalau di YouTube itu bisa ada disetting Chromecast adalah dongle TV. Kalau selama ini saat mau nonton video di YouTube bersama selalu mengandalkan kabel penghubung saja. Jadi, dengan Chromecast ini sejenis alat seperti USB atau modem yang memungkinkan pengguna melakukan streaming video online dari smartphone, tablet, atau laptop ke layar televisi, selama terhubung dalam jaringan yang sama. Kita cukup memasangnya di konektor HDMI TV dan colokan USB atau listrik untuk mendapatkan daya. Kalau mau streaming video juga, bisa hanya saja kita harus melakukan update terbaru aplikasi YouTube lebih dulu. Nantinya, tinggal mainkan video di ponsel dan ponsel pun berfungsi selayaknya remote. Asik, ya?

Jadi gimana? Menurut saya, sih, zaman sekarang nggak perlu parno dengan  teknologi. Kalau, apa-apa takut, justru hanya menghambat kita melihat sesuatu yang baru. Intinya, sih, sebagai orangtua memang harus bisa mengejar zaman. Dan jangan mau jadi orangtua gaptek!

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan