Sorry, we couldn't find any article matching ''
Alasan Mengapa Kita Harus Membiarkan Anak Laki-laki Kita Menangis
Ditulis oleh: Ficky Yusrini
Sering emosi saat anak laki-laki kita menangis dan sambil melotot bilang "Anak laki-laki tuh nggak boleh nangis!"? Nah, mari kita pikirkan kembali kebiasaan itu.
Suatu kali, saat sedang makan di sebuah restoran, ada seorang anak kecil sedang menangis kejer. Terang saja, semua mata mengarah ke meja mereka. Si ibu yang kelihatannya malu karena menjadi sorotan, tampak mencoba menenangkannya, sambil berucap, ”Ih, Kakak, udah diem dong. Malu dilihatin. Masa anak cowok menangis.” Anak saya yang mendengar itu, langsung bertanya ke saya. “Memang anak cowok enggak boleh nangis? Baru tahu aku. Kenapa gitu, Bu?”
Mendengar pertanyaan anak saya, saya tersadar, iya sih. Selama ini, saya memang suka kesal dengan kecengengannya (anak saya lumayan sering menangis :D). Tapi, sepanjang yang saya ingat, saya tidak pernah melontarkan kata-kata dilarang menangis karena jenis kelaminnya. Lebih sering ayahnya (he…he…he…). Sebab, dari kecil, begitulah didikan yang ia dapat dari ayahnya dulu, bahwa anak laki-laki tidak boleh cengeng.
Ternyata, walaupun menurut kita itu sekadar omongan, dampaknya bisa dahsyat ke depannya! Menurut penelitian terbaru, dalam buku yang ditulis sosiolog Thomas A. DiPrete dan Claudia Buchmann, anak laki-laki cenderung rendah prestasinya di sekolah jika dibandingkan dengan anak perempuan seusianya. Ini ada kaitannya dengan norma sosial tentang maskulinitas. “Anak perempuan cenderung menunjukkan keterampilan sosial dan perilaku yang lebih tinggi. Yang menghasilkan tingkat pembelajaran kognitif dan kemampuan akademis yang lebih tinggi dibanding anak laki-laki,” tulis Thomas dan Claudia, di buku mereka berjudul The Rise of Women: The Growing Gender Gap in Education and What It Means for American Schools (2013).
Itulah kenapa, anak laki-laki yang terlibat dalam kegiatan ekskul bidang seni, seperti musik, melukis, menari, ataupun bahasa asing, dilaporkan memiliki keterlibatan sekolah yang lebih tinggi dan mendapatkan nilai lebih baik daripada anak laki-laki lainnya. Sayangnya, kegiatan seni ini sering dianggap tidak cocok untuk anak laki-laki karena tidak maskulin,ya nggak?!
Psikolog Christia S. Brown Ph.D, menambahkan, melarang anak laki-laki menangis karena jenis kelaminnya akan membuatnya rentan mengalami depresi di kemudian hari. Sebelum menginjak usia pubertas, anak laki-laki lebih rentan mengalami depresi ketimbang anak perempuan. Data statistik juga menunjukkan, jumlah anak laki-laki yang terlibat kenakalan remaja seperti narkoba, alkohol, dan kriminalitas, lebih tinggi dibanding anak perempuan. Betul bahwa ada lebih banyak anak perempuan yang melakukan percobaan bunuh diri, akan tetapi, jauh lebih banyak angka anak laki-laki yang berhasil melakukannya. Anak laki-laki yang tumbuh ‘dipaksa’ menekan emosinya, juga rentan mengalami masalah dengan anger management di kemudian hari.
Baca juga:
Mengapa Anak Ingin Bunuh Diri?
Sejak kecil, anak-anak perlu berlatih mengekspresikan emosi dan belajar menghadapinya. Hal ini berkaitan dengan daya tahan menghadapi masalah. Dalam posting-an blog Scary Mommy berjudul "Let Them Bleed, 'Style of Parenting’" seorang ibu berpendapat bahwa dengan over protective menjaga anak-anak supaya mereka tidak menangis, itu artinya kita menciptakan generasi anak-anak yang tidak dapat berpikir untuk diri mereka sendiri. Misalnya, membantu anak-anak saat bermain di tempat permainan atau di taman karena takut mereka jatuh, membuat anak belajar bagaimana memanipulasi orang lain untuk melakukan kerja keras untuk mereka.
Pendapat Jennifer Kogan, terapis dari Washington DC, juga menarik. Menurutnya, ketika dari kecil anak laki-laki dibentuk untuk menekan emosinya, kelak dalam relationship, mereka tumbuh menjadi orang yang tidak punya empati terhadap pasangan dan tidak mampu menunjukkan emosi. Nah!
Saya juga tertarik pada pendapat Tracy Cassels, PhD, penggagas blog Evolutionary Parenting, yang mengatakan, “Menangis adalah hal yang normal. Menangis adalah bagian dari kehidupan. Tidak peduli berapa pun usia ataupun jenis kelamin Anda, tidak peduli seberapa kecil kejadiannya. Penguasaan emosi adalah sesuatu yang bisa menjadi baik, jika kita membiarkan diri kita untuk mengakui, menerima, dan memproses emosi ini.”
Dari Tracy juga, saya belajar, ketika kita memberi tahu anak agar mereka tidak menangis saat mereka kesal, kita tidak mengajari mereka cara menguasai ekspresi emosi, melainkan justru mengabaikan atau menekannya. Hal itu akan berdampak pada perkembangan emosional mereka dalam jangka panjang.
Lantas, apa yang harus dilakukan saat anak (laki-laki, terutama), menangis? “Luangkan waktu dan hibur mereka. Mereka membutuhkan kita ada di samping mereka. Kita bisa menasehati mereka, cara yang bijak untuk mengekspresikan emosi setelah mereka tenang.”
Share Article
COMMENTS