Menjelang kenaikan kelas kemarin, kalimat di atas sering banget diucapin anak saya, Bumi. “Bu, kalau aku nggak naik kelas gimana?”. Saya pun mencari tahu bagaimana cara yang paling tepat untuk merespon pertanyaan ini.
Bisa dibilang anak saya Bumi, tipe anak yang gampang parno-an. Dikit-dikit khawatir, dikit-dikit cemas. Hal ini nyaris berlaku untuk apapun. Bukan hanya soal takut melihat hantu seperti yang sering dialami anak-anak kebanyakan.
Baca juga : Anak Gampang Cemas, Wajar Nggak Sih?
Padahal, kalau dipikir-pikir saya dan suami nggak pernah mau menakuti-nakuti karena sangat paham akibat yang bisa terjadi pada anak. Anggota keluarga terdekat termasuk pengasuhnya juga selalu saya wanti-wanti untuk tidak menakut-nakuti. Sering nonton film horor? Boro-boro, deh….
Baca juga : Anak Penakut Disebabkan Oleh 4 Hal Ini
Lalu kenapa jadi gampang khawatir? Seperti khawatir nggak naik kelas?
*foto dari centrodeterapiaamor.com
Menurut Mbak Vera Itabiliana Hadiwidjojo selaku psikolog anak dan remaja, kekhawatiran Bumi untuk tidak naik kelas merupakan bentuk kecemasan atau stress. Dan stress ini sebenarnya bisa dilihat dari sisi positif dan negatif.
“Kalau berujung negatif, terlalu lama memikirkannya bahkan bisa membuat anak nggak mau melakukan apa-apa. Nah, ini yang harus diwaspadai,” ungkapnya.
Saya pun mulai me-rewind dan mendapatkan jawaban bahwa kekhawatiran Bumi masih sebatas pertanyaan saja. Dari sini, Mbak Vera menjelaskan bahwa perasaan cemas atau khawatir yang dirasakan anak memang sangat wajar terjadi. Hal ini dikarenakan semakin besar anak, maka pemahamannya akan sumber ketakutan atau rasa khawatir memang jadi beragam. “Kemampuan kognitifnya kan juga berkembang sehingga dia lebih memahami banyak hal yang bisa jadi sumber bahaya dan membuatnya khawatir,” terang Mbak Vera.
Bagaimana dengan rasa khawatir tidak naik kelas? Apakah saya salah jika menjawab bahwa tidak apa kalau memang tidak naik kelas, toh, memang anak-anak perlu belajar dari kegagalan bukan?
Dalam hal ini Mbak Vera pun menegaskan, kalau anak memang perlu diajarkan untuk menerima kegagalan. Hanya saja, ketika merespon rasa khawatir pada anak, orangtua perlu memberikan pemahaman yang baik dan dapat dimengerti oleh anak.
“Kita juga jangan lupa untuk melihat sejauh mana anak sudah berusaha. Tanyakan juga mengapa anak punya kekhawatiran untuk tidak naik kelas? Apa yang bisa dilakukan untuk bisa naik kelas? Jika memang terjadi, jangan lupa membuat rencana cadangan sehingga anak bisa bangkit dan tidak terpuruk jika menghadapi masalah. Nggak gampang frustasi,” papar Mbak Vera lagi.
Mbak Vera mengingatkan, saat anak mengalami kegagalan, anak tidak hanya perlu diberikan pemahaman, namun juga bagaimana membuat rencana selanjutnya. Dengan begitu, anak akan terbiasa kalau ada hal lain yang bisa dilakukan. Ibaratnya, nih, ketika gagal, dunia nggak langsung runtuh begitu saja.
“Bagaimana jika sejak awal orangtua memberikan target pada anaknya? Misalnya, anak harus selalu naik kelas, dengan nilai yang baik?” tanya saya lagi.
“Target pada anak bisa dilakukan jika memang anak membutuhkannya. Jika anak sudah punya motovasi yang tinggi, sudah tidak perlu target lagi. Target pada anak bisa diberikan pada anak yang memang motivasinya cukup rendah.”
Jika memang dirasa perlu memberikan target, jangan lupa untuk mengomunikasikannya pada anak, karena target harus datang lewat kesepakatan bersama. Kemudian sesuaikan dengan anak lebih dulu. “Tanya pada anak, kira-kira kamu sanggupnya sampai mana? Mulai saja dengan contoh yang dulu, saat mengajak anak membaca, tanya kira-kira sanggup untuk membaca berapa halaman? Tidak perlu dipaksakan.”
Nah, untuk pertanyaan anak saya, Bumi, yang memperlihatkan bahwa dirinya khawatir, sebenarnya merupakan hal yang wajar. Mbak Vera juga mengingatkan kalau saya perlu menenangkan Bumi jika sudah terlihat terlalu khawatir. "Bilang saja sama Bumi, memang zaman sekarang masih ada yang nggak naik kelas? Jelaskan saja kalau peraturan menyebutkan kalau semua siswa di sekolah dasar harus naik kelas."
Wah, kalau saya jelaskan soal ini, malah nanti saya yang khawatir kalau Bumi terlalu santai dan ke-PD-an untuk naik kelas terus, hahahhaa.... Jadi untuk yang satu ini, sementara waktu saya rahasiakan dulu saja, ah!