Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mencegah Kematian Bayi di 28 Hari Pertama Kehidupannya
Data WHO 2015 menyebutkan, sekitar 70 ribu bayi di Indonesia meninggal sebelum menginjak usia 28 hari. Salah satu faktor penyebabnya adalah perawatan kulit pada masa neonatal yang tidak maksimal.
Sedih banget rasanya mengetahui data dari WHO di atas. Belum juga genap sebulan, ribuan makhluk lucu, harus direlakan pergi karena sesuatu yang harusnya bisa dicegah. Jadi, salah satu faktor terbesar penyebab kematian bayi pada usia 28 hari, atau lazim disebut masa neonatal karena kurangnya perhatian terhadapt perawatan kulit bayi, dan berisiko menyebabkan sepsis (peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi).
Baca juga: Tips “Penyelamat” Saat Memiliki Bayi Baru
Data lain dari Centers for Disease Control and Prevention (CDS), menyebutkan ada lebih dari 1 juta kasus sepsis setiap tahunnya, dan di Indonesia ada terdapat ribuan kasus kematian bayi yang diakibatkan sepsis melalui kulit di 2015.
Lalu apa solusinya?
Bertepatan di acara Johnson’s Baby, 24 Mei lalu, di Jakarta. JOHNSON’S® Baby dan Alfamart bergandengan tangan dengan Yayasan Tunas Cilik Save the Children Indonesia meluncurkan program “Sentuhan Penuh Harapan”, agar memberikan harapan hidup yang lebih besar kepada bayi-bayi Indonesia.
Baca juga: Mengatur Jarak Kehamilan Bisa Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi, Lho!
Di kesempatan yang sama, Dr. Bernie Endiarini Medise, Sp. A(K), MPH, Dokter Spesialis Anak memaparkan, kenapa masa neotal menjadi masa yang menentukan kelangsungan hidup si kecil. Jadi mommies sejak hari kelahiran bayi hingga 28 hari menjadi penting, karena keadaan bayi sangat berbeda dengan orang dewasa dan anak. Butuh adaptasi dari keadaan janin masih dalam kandungan, hingga terlahir menjadi bayi seutuhnya.
Baca juga: 12 Pertanyaan yang Sering Ditanyakan Orangtua pada Dokter Anak
Maksudnya seperti ini, di dalam si janin masih “ditemani” ketuban, sentuhan yang datangnya dari plasenta. Lalu lahir dan “bebas” tanpa ada yang melindungi. Keadaan inilah membuat si bayi rentan terpapar macam-macam risiko.
Karena itu, nggak heran kalau masa neonatal bayi butuh penanganan khusus, yang dinamakan “stimulasi multi sensori. ” Seperti yang dikatakan Murray (2012) dan tertuang dalam penjelasan dr. Bernie. “Stimulasi multi sendori akan bermanfaat bila terjadi secara bersamaan, terintegrasi, dan terkait satu sama lain.”
Baca juga: 6 Tanda Bayi Oberstimulasi
Sejak dilahirkan, kata dr. Bernie panda indera berperan penting dalam proses tumbuh kembang si kecil dan dapat menghubungkan dengan keluarga dan lingkungannya. Maksudnya begini, ketika bayi lahir, dia memang belum bisa melihat dengan sempurna, tapi indera pendengarannya sudah bisa berfungsi dengan baik. Maka disarankan untuk selalu berkomunikasi dengan bayi, lama kelamaan si kecil akan familiar, dengan suara ayah atau bundanya.
Nah, kapan sih waktu yang tepat melakukan multi sensori ini? dr, Bernie menyarankan stimulasi pijat bayi dan saat mandi adalah alternatif momen untuk memperkaya pengalaman sensorial dan kaya akan manfaat.
Baca juga: Tips Mengoptimalkan Perkembangan Otak Bayi
Apa saja manfaat pijat bayi dan momen mandi?
Manfaat stimulasi pijat bayi:
Manfaat fisik
Manfaat emosional
Kegiatan pijat akan lebih maksimal, dengan penggunaan minyak atau lotion, yang mempunyai wangi-wangian khas bayi.
Manfaat mandi:
Sejumlah penelitian ilmian membuktikan rutinitas mandi yang dilakukan secara stimulasi multi sensori memberikan manfaat berupa:
Mommies juga bisa, lho, membantu mommies lainnya di seluruh Indonesia, untuk menyelamatkan bayi-bayi yang baru lahir, agar masa neonatal mereka berjalan dengan sehat dan sempurna. Dengan berpartisipasi dalam campaign “Sentuhan Penuh Harapan”, yang tadi sempat saya singgung di atas. Caranya mudah banget, cukup belanja produk JOHNSON’S® apapun, senilai 25 ribu. Campaign ini, berlangsung hingga Juli 2017.
Semoga angka harapan hidup bayi Indonesia, kian meningkat, seiring pengetahuan para mommies yang juga sudah mumpuni, dalam merawat bayi :)
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS