Sorry, we couldn't find any article matching ''
Jasa Titip Belanja, Peluang Usaha yang Mengasyikkan
Mau cari uang tambahan? Bagaimana kalau mencoba menawarkan jasa titip belanja seperti yang sudah dilakukan beberapa teman saya. Untungnya itu menggiurkan, lho!
Perempuan dan belanja. Mungkin dua kata ini susah banget untuk dipisahkan, ya? Setidaknya buat saya pribadi dan beberapa teman dekat memang setiap bulan punya post khusus untuk hal yang satu ini. Bisa beli satu potong baju baru setiap bulan rasanya sudah senang. Syukur-syukur kalau bisa beli tas atau sepatu baru, hahaha. Ya, anggap saja sebagai reward kerja satu bulan. Nggak salah, dong? *cari pembenaran*
Lebih asiknya lagi, sih, kalau bisa belanja sekaligus menghasilkan uang. Kalau memang tertarik, coba deh memulai usaha yang sekarang lagi booming, jasa titip belanja atau jadi personal shopper. Peluang usaha ini memang nggak terlepas dari era media sosial yang terus membawa angin segar bagi pertumbuhan bisnis sampingan.
Saya sendiri cukup tertarik untuk mencoba peluang usaha ini. “Kok, kayanya enak banget, ya? Bisa menyalurkan hobi belanja yang menghasilkan uang,” batin saya. Akhirnya, saya pun pernah mencoba peluang bisnis ini dalam skala yang kecil. Tapi belum apa-apa , saya kok sudah merasa kewalahan ya? hahaha. Maklum masih pemain amatir, jadi memang perlu banyak belajar dari personal shopper yang sudah pro.
Beberapa teman saya sudah cukup banyak yang 'nyemplung' menawarkan jasa titip belanja. Baik untuk barang yang ada di Indonesia ataupun di luar negeri seperti Kuala Lumpur, Korea, dan Jepang. Mereka mengaku tertarik menawarkan jasa titip nggak terlepas sebagai ajang menyalurkan hobi belanja.
Contohnya Anggie Anggraeni, ibu dari 4 orang anak yang sempat bekerja di Female Daily ini sekarang sedang getol jadi personal shopper bersama suaminya. “Gue apalagi suami suka belanja. Tapi kan nggak mungkin, ya, kalau belanja melulu, nggak punya duit, ahahaha. Belum lama ini akhirnya kami berdua serius ‘belanja’ buat orang lain antara lain juga untuk cari uang tambahan buat anak-anak terutama buat Zizy. Karena kita juga punya keuntungan dapat tiket yang murah, jadi kenapa nggak dimanfaatkan.”
*awal-awal Nia Galuh menawarkan jasa titip belanja tas Fossil
Senada dengan Anggie, Nia Galuh dan Leoni Farah, dua orang teman yang saya kenal lewat group Fossil Addict Indonesia juga punya alasan serupa mengapa mereka tertarik membuka jasa titip beli. Bahkan, Nia sudah membaca peluang bisnis ini sejak tahun 2014. “Kayaknya aku mulai buka jastip itu sejak 2014, saat ada sale Fossil di Bali. Awalnya menawarkan jasa titip cuma iseng, tapi pas dijalanin kok bikin nagih. Lagian aku jadi bisa menyalurkan hobi belanja walaupun sebenarnya belanjaan buat orang lain, hahahaha.”
Memang seberapa besar, sih, keuntungan yang didapat lewat jasa titip ini?
Leoni Farah : “Tergantung kondisi. Kalau jastipnya masih di Jakarta, paling hanya tambahin antara Rp 20 ribu sampai Rp 100 ribu, tergantung barang yang dibeli. Paling berat kalau lagi buka jastip IKEA. Tapi kalau lagi trip ke luar, keuntungan yang diambil maksimal 25% dari harga barang yang dititip.
*Leoni Farah dengan belanjaannya saat trip ke Kuala Lumpur. Intip akun Instagram Fays Collections
Anggie : “Dari awal kita bilangnya itu buka pre-order, jadi memang ada spread margin. Besarnya kadang tergantung besar barang juga. Jadi harga barang dikali kurs ditambah margin. Tergantung barangnya dan harganya, mungkin sekitar 30% lah.
Nia Galuh : “Untuk margin memang lumayan, sih. Kalau saat trip ke luar negeri di atas Rp 50 ribu, untuk barang yang kecil. Kalau item sudah di atas Rp 1 juta bisa di atas Rp 250 ribu, sedangkan kalau di atas Rp 2 juta, marginnya sekitar Rp 500 ribu.
Apa saja, sih, do and don'ts-nya ini bagi yang mau menawarkan jasa titip belanja?
Leoni Farah : “Harus jujur, baik sama customer, soalnya dari pengalaman pribadi lama-lama customer bisa jadi temen dan dia akan jadi pelanggan. Saya juga terus menjalin hubungan baik dengan sales-nya, supaya kalau ada promo nanti dikasih tahu. Buka jasa titip ini juga jangan maksain diri, sekiranya pas waktunya nggak tepat, misalnya pas lagi trip sama anak, kasian juga. Soalnya aku pernah pengalaman buka jasa titip saat ke Ikea, bawa anak aku, dan di sana hampir kehilangan. Setelah itu jadi pelajaran banget.”
Anggie : “Do's and don'ts –nya apa, ya? Wong kita baru nyoba, nih. Tapi gue dan Arief, sih, selalu pegang prinsip jangan sampe merugikan customer. Dari awal kita juga blak-blakan kasih harga berapa, serta diinfo itu harga plus margin kita. Kalau deal baru nanti kita beliin”
Nia Galuh : “Kalau aku, sih, awalnya harus dari niat baik dulu. Setiap memulai apapun berniatlah yang baik. Maksudnya, jangan cuma tergiur keuntungan terlebih dahulu, jadilah pelaku jastip yang pro. Menghadapi customer meskipun secara online juga harus sabar. Jangan pantang menyerah, jangan memberikan tips melanggar hukum dan harus jujur. Oh, ya, satu lagi yang nggak kalah penting, siap merugi adalah wajib hukumnya, soalnya sekarang banyak banget customer yang cuma PHP bahkan niat nipu. Kalau urusan ini biasanya aku juga pakai feeling. Kalau bisa juga sudah ada modal, jadi nggak mengandalkan CC. ”
Oh, ya, ketiga teman saya ini juga mengaku kalau faktor penting lainnya yang perlu diperhatikan mengenai bagaimana cara yang tepat untuk melakukan pemasaran. Mereka memanfaatkan media social seperti Facebook atau Instagram dengan mengoptimalkan pengunaan hashtag. Selain itu kalau memang sedang melakukan trip bisa menawarkan pada calon pembeli untuk gabung dalam WAG seperti yang dilakukan Leoni Farah. Kalau sudah ikutan WAG ini, siap-siap tergiur kiriman foto produk yang ditawarkan.
Kelar ngebahas soal jasa titip belanja dengan mereka, kok bikin saya tambah ‘ngiler’, ya? hahahaa. Tapi, sebelum ‘nyemplung’ ke bisnis ini, sementara waktu saya masih menikmati jadi pembeli saja. Toh, menggunakan jasa titip belanja ini memang banyak keuntungannya. Bisa dapat barang impian yang memang belum ada di Jakarta.
Share Article
COMMENTS