banner-detik
CAREER

Seni Negosiasi Kenaikan Gaji

author

adiesty14 May 2017

Seni Negosiasi Kenaikan Gaji

Sudah betahun-tahun kerja di perusahaan yang sama tapi gaji nggak kunjung naik? Mungkin saatnya mengevaluasi kembali karier yang sedang dijalani, termasuk mencari tahu bagaimana seni negosiasi kenaikan gaji.

Sedih banget nggak, sih, kalau sudah bertahun-tahun kerja di perusahaan yang sama tapi gajinya stagnan? Nggak cuma soal gaji, sih, tapi termasuk peluang karier yang menemui jalan buntu.

Mau keluar, tapi kok nggak segampang itu, ya? Karena resign dari sebuah perusahaan nggak segampang membalikan telapak tangan. Ya, kalau setelah resign dapat kerjaan yang oke sesuai ekspektasi? Kalau nggak gimana? Malah makin rugi bukan?

seni negosiasi gaji-mommiesdaily

Urusan minta naik gaji pada atasan memang termasuk hal yang sensitif, tapi bukan berarti lantas diam saja. Apalagi kalau performa kerja yang sudah dilakukan sudah baik.

Sepengetahuan saya, sebagai karyawan, kita memang berhak kok, mendapakan kenaikan gaji secara berkala. Biasanya, sih, dalam periode satu tahun sekali. Dan kenaikan gaji ini memang akan memerhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas karyawan, Peninjauan kenaikan gaji ini memang perlu dilakukan untuk penyesuaian harga kebutuhan hidup, prestasi kerja, perkembangan, dan kemampuan perusahaan.

Sayangnya memang nggak semua perusahaan bisa melakukannya. Maksudnya memberikan kenaikan gaji yang sesuai. Hal ini pernah saya rasakan beberapa tahun lalu. Memang, sih, ketika itu saya cukup paham kalau kondisi perusahaan memang tidak sedang tidak menguntungkan.

Nggak cuma saya, kondisi ini pun cukup banyak dirasakan oleh beberapa teman dekat saya. Sedih juga, sih, kalau gajinya nggak mengalami peningkatan. Sementara kebutuhan hidup semakin meningkat, plus cicilan KPR yang harus dilunasi :D

Lalu bagaimana? Ya, kalau menurut saya, sih, nggak ada salahnya untuk melakukan negosiasi naik gaji pada atasan. Menurut kamus Oxford, negosiasi bisa diartikan sebagai suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal. Setidaknya lewat negosiasi, kita sebagai karyawan dan atasan jadi bisa tahu kondisi dan kebutuhan masing-masing.

Sebelum melakukan negosiasi, ada baiknya memerhatikan beberapa hal lebih dulu.

Ke-1, wajib realistis

Ngarep gaji naik, tentu saja boleh. Toh, memang hak kita juga kok. Tapi perlu diingat juga, sih, negosiasi gaji juga perlu realistis. Realistis melihat kondisi perushaan seperti apa, dan tentu saja harus bercermin ke diri sendiri lebih dulu, apakah sudah melakukan pekerjaan dengan baik atau belum? Selain itu perlu tahu diri juga, jangan meminta naik gaji sampai 50% juga, hehehe. Biasanya, sih, kenaikan gaji ini rata-rata 10% dari gaji yang diterima setiap bulan. Tapi lagi-lagi, semua berpulang pada kebijakaan perusahaan dan kinerja diri kita sendiri. Salah satu teman saya ada, lho, yang sampai mendapat kenaikan gaji hingga 35% karena memang setiap bulan ia berhasil mencapai targetnya. Menggiurkan ya?

 Ke-2, sebelum negosiasi ada baiknya riset dulu

Terasa ribet harus riset lebih dulu? Gini, lho, menurut saya ketika mau negosiasi gaji, ada baiknya kita mencari tahu lebih dulu sebenarnya gaji untuk posisi atau level dengan pengalaman dan keahlian yang kita miliki di perusahaan lain itu seberapa besar? Informasi ini bisa kita dapatkan dari teman-teman dekat yang memang satu profesi. Dengan begitu, kita jadi punya gambaran bera[au jumlah gaji yang sesuai yang bisa didapatkan.

Ke-3, negosiasi secara langsung.

Memang, sih, sekarang ini sudah era digital. Ngomongin kerjaan bisa dengan mudah dibicarakan lewat WAG atau email. Tapi untuk urusan negosiasi gaji? Jangan sampai diutaran lewat email apalagi cuma di WAG. Cara ini jelas saja nggak efekstif dan tentunya nggak sopan. Jadi, kalau mau negosiasi gaji ada baiknya langsung minta wakti khusus untuk bicara pada atasan. Dengan ngomomg langsung, tentu saja bisa mengurangi kesalahpahaman.

 

 

 

 

 

Share Article

author

adiesty

Biasa disapa Adis. Ibu dari anak lelaki bernama Bumi ini sudah bekerja di dunia media sejak tahun 2004. "Jadi orangtua nggak ada sekolahnya, jadi harus banyak belajar dan melewati trial and error. Saya tentu bukan ibu dan istri yang ideal, tapi setiap hari selalu berusaha memberikan cinta pada anak dan suami, karena merekalah 'rumah' saya. So, i promise to keep it," komentarnya mengenai dunia parenting,


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan