Menurut kita ini bentuk perhatian sebagai orangtua, namun di mata orang bisa jadi kita seperti orangtua yang overprotective.
Setuju nggak dengan kalimat “Overprotective parents raise the best liars?” Saat saya mem-posting image ini di social media, ternyata teman-teman saya yang hasil didikan para orangtua overprotektif mengiyakan dengan semangat, ahahaha.
Menurut mereka, memiliki orangtua yang overprotektif membuat mereka sulit ‘bergerak’ dan beraktivitas, alhasil mereka pun harus pintar-pintar mencari alasan agar izin keluar rumah, izin pulang telat atau izin menginap di rumah kawan bisa keluar.
Positifnya, ini membuat teman-teman saya mencoba untuk tidak menjadi orangtua yang overprotektif. Dari hasil tanya-tanya, berikut beberapa kebiasaan orangtua yang overprotektif menurut mereka:
1. Selalu mengambil alih saat anak berada dalam sebuah kesulitan
Begitu anak menghadapi masalah, bawaannya mau langsung memberi pertolongan, padahal belum tentu anaknya membutuhkan. Kalau kita seperti ini, yang ada anak nggak terbiasa menghadapi sebuah masalah, karena selalu ada orangtuanya yang mengambil alih.
2. Memastikan bahwa anak seminimal mungkin mengalami kegagalan
Anak ikut lomba, kitanya yang sibuk menyiapkan semua kebutuhan. Anak kalah, kita salahkan pihak lain tanpa mencari tahu di mana letak kesalahan anak kita sehingga dia gagal. Dari sebuah kegagalan, anak bisa belajar banyak hal, salah satunya membuat dia tumbuh menjadi pribadi yang lebih tough.
3. Terlalu membatasi pergaulan anak
Memastikan anak memiliki teman yang baik dan memberikan dampak positif memang penting, namun kalau setiap ada teman yang kurang baik di mata kita lantas kita menjauhkan anak dari mereka, yang ada anak tidak akan belajar menghadapi benturan dengan sesama.
4. Gagal menunjukkan seperti apa dunia yang sesungguhnya
Kita berusaha terlalu keras memperlihatkan kepada anak-anak kita bahwa dunia yang ia tinggali adalah tempat yang aman, tenang dan damai, di saat fakta sesungguhnya tidaklah seperti itu. Jujur saja ungkapkan bahwa dunia tempat kamu tinggal itu memang tidak adil nak, bahwa dunia kita memang banyak orang jahatnya, namun bukan berarti kamu harus mengikuti arus. Jelaskan saja, bahwa akan selalu ada dua sisi dalam segala hal. Jahat dan baik, hitam dan putih, tenang dan gaduh dst. Agar kelak anak paham bahwa untuk bertahan di dunia, mereka harus berjuang sendiri, tidak selalu meminta bantuan orangtua.
5. Kaku dalam menerapkan aturan
Dalam dunia kerja saja, pasti ada sesekali kita membelokka aturan kantor (paling gampang aturan jam makan siang, yang harusnya satu jam bisa molor menjadi 1,5 jam!). Membelokkan aturan yang tidak terlalu prinsip sesekali bolehlah mom, karena alasan yang masuk akal. Dari sini anak akan belajar bahwa ada kalanya kita butuh bersikap lentur jika memang dibutuhkan.