Anak mudah bersosialisasi biasanya dianggap jadi salah satu kelebihan daycare yang jadi pertimbangan ibu-ibu.Tapi benar nggak, sih, anak-anak yang dititipkan di daycare jadi tidak pemalu dan lebih mudah bersosialisasi?
Anak saya, Xylo, sudah di daycare sejak usia 3 bulan. Ya, bertepatan saat jatah cuti saya dari kantor habis. Nanny-nya di daycare ada 4, masing-masing pegang dua anak. Ada satu mbak khusus bersih-bersih, cuci botol, cuci piring, nyapu, ngepel, dsb. Dan selayaknya drama ART, para mbak ini juga datang dan pergi karena menikah dan berbagai alasan lain. Jadi sekarang, 2 tahun 7 bulan di daycare, Xylo sudah berganti 3 mbak.
Nggak hanya mbak, anak-anak juga datang dan pergi. Dari 8 anak, hanya 4 anak yang orangtuanya memang berniat di daycare selamanya dan tidak berusaha mencari mbak. Sisanya anak-anak yang hanya menjadikan daycare sebagai tempat "transit" karena mbak mereka di rumah kabur atau resign. Mereka di daycare sambil orangtuanya mencarikan mbak baru.
Jadi saya sendiri sudah hafal benar dengan watak berbagai anak daycare karena setiap hari menjemput Xylo. Dari interaksi dengan banyak anak selama kurang lebih dua tahun itu, saya bisa bilang kalau daycare tidak lantas membuat anak jadi pandai bersosialisasi atau mudah akrab dengan orang baru seperti harapan banyak ibu ketika memasukan anaknya di daycare.
Kenapa? Karena daycare itu sebenarnya rumah dengan banyak anak. Anak-anak menganggap daycare sebagai rumah kedua, sebagai comfort zone juga. Setengah hari mereka dihabiskan di rumah kedua ini. Dengan orang-orang yang sama. Jadi daycare tidak mengubah karakter asli anak.
Ada anak yang tetap pendiam dan malu-malu padahal sejak bayi di daycare dan tiap hari tentu bertemu saya. Ada juga yang memang bisa akrab pada semua orangtua padahal baru di daycare satu dua bulan. Jadi ya benar-benar tergantung anaknya juga. Tidak lantas karena di daycare, sering bertemu anak lain, lantas si anak jadi mudah bersosialisasi.
Karena kan yang ditemui setiap hari juga anak yang sama. Jadi bisa akrab dan bisa bersosialisasi juga hanya dengan teman-teman daycare-nya saja yang bertemu setiap hari. Ketika main di playground umum dan bertemu anak lain, prosesnya ya malu-malu dulu sampai akhirnya mau main bersama.
Jadi ya, kalau merasa punya anak pemalu, sepanjang pengalaman saya sih daycare bukan tempat yang tepat untuk anak belajar sosialisasi. Namun jika tujuannya agar anak punya teman sebaya, daycare bisa jadi solusi!
*
Annisa Steviani, ibu bekerja dengan satu anak yang hobi menulis. Bertahun-tahun jadi reporter, editor, dan menulis buku, kini ia rutin menulis topik-topik seputar keluarga dan parenting di blog pribadinya annisast.com dan cerita pendek kesehariannya di Instagram @annisast.