Sorry, we couldn't find any article matching ''
Takut Melakukan Hubungan Seksual, Harus Bagaimana?
Melakukan hubungan intim, bukan sekedar bicara soal kebutuhan seks semata. Tapi lebih kepada keintiman suami istri untuk mencapai kebahagian bersama. Tujuan ini tentu sulit didapatkan kalau salah satu pihak justru takut melakukan hubungan seksual.
Kebayang nggak, sih, jika dalam hubungan rumah tangga ada salah satu pihak yang nggak bisa menikmati momen mesra-mesran? Jangankan bisa mencapai orgasme, lah wong baru dicolek atau dikasih kode langsung melipir? Kalaupun akhirnya mau, butuh perjuangan lebih dulu.
Saya pernah membaca sebuah kolom konsultasi di sebuah tabloid, ada seorang suami yang kebingungan lantaran istrinya yang baru dinikahi selalu menolak untuk diajak melakukan hubungan seksual. Memang, sih, katanya mereka itu tidak melewati proses pacaran yang lama namun hanya melalui taaruf yang singkat. Ndilalahnya, sang istri selalu menolak dan sangat ketakutan kalau diajak berhubungan seksual. 'Sepertinya khawatir saya akan menyakitinya', begitu curhatnya.
Kasus yang berbeda justru dialami salah satu teman saya yang mengaku selalu nggak mood jika suami mengajaknya melakukan hubungan seksual. Alasannya bukan karena nggak cinta atau merasa lelah sehingga kehabisan tenaga, tapi lebih dikarenakan ia selalu ingat dengan momen malam pertamanya tidaklah menyenangkan.
“Duuuh… gimana, ya. Waktu malam pertama itu gue sama sekali nggak menikmatinya, malah cenderung trauma karena merasa nggak nyaman dan sakit. Jadi sampai sekarang, gue malah parno sendiri kalau suami minta ‘jatah’,” kira-kira beginilah komentarnya.
Mendengar atau membaca cerita soal ini, saya kok, cukup miris, ya. Menurut saya, seharusnya aktivitas seks yang dilakukan suami istri ini bukan semata-mata memenuhi kebutuhan seks dengan tujuan untuk mendapatkan keturunan saja. Tapi tentu bisa membuat kedua belah pihak merasa nyaman dan bahagia. Equal, gitu lho.
Tapi kalau ada salah satu pihak sudah cemas, takut bahkan seperti trauma, apa jadinya? Kondisi kecemasan saat berhubungan seksual seperti ini tentu saja jadi masalah tersendiri bagi pasangan suami istri. Kalau nggak segera diatasi bisa memunculkan berbagai masalah serius dalam rumah tangga. Bercerai, misalnya.
Kebayang sih, ya, ketika hubungan seksual terasa ‘basi’ saja, pasangan bisa selingkuh, bagaimana jika ditolak?
Seperti dijelaskan dosen sekaligus Wakil Dekan Psikologi Universitas Pancasila Putri Langka, M. Psi, kecemasan kecemasan bahkan ketakukan untuk melakukan hubungan seksual memang bisa terjadi pada siapun, baik perempuan dan laki-laki. Hal ini tentu saja tidak datang begtu saja tanpa ada alasan di baliknya.
Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang bisa mengalami kecemasan bahkan takut untuk melakukan hubungan seksual. Mulai dari adanya trauma fisiologis, seperti organ kewanitaan istri ada luka atau kerusakan atau menjadi sakit akibat proses melahirkan, bisa juga dikarenakan trauma psikologis, seperti kecemasan atau rasa takut akibat proses akibat pengalaman yang tidak tidak menyenangkan dan bahkan menyakitkan. Misalnya pernah mengalami kekerasan seksual sehingga mengalami traumatis.
Saya pun bertanya, apakah kecemasan hingga rasa takut ini bisa diakibatkan karena pola pendidikan seks yang kurang tepat?
“Bisa juga. Misalnya sejak kecil seorang anak sering kali ditanamkan dengan persepsi yang salah, sering ditakut-takuti maka akan timbul asosiasi atau pembelajaran yang tidak tepat. Contohnya sederhananya seperti ini, anak jika selalu diberitahukan bahwa jeruk itu rasanya asam, maka sebelum mencobanya anak itu sudah menganggap kalau lemon akan terasa asam. Padahal, tidak selamanya begitu.”
Hal ini pun akan berlaku jika anak diberikan pemahaman yang tidak tepat mengenai pendidikan seks, sehingga saat anak tumbuh dewasa dan menikah bisa merasa tidak nyaman. “Bahkan kalau ketika sudah menikah ia keluar pakem dari yang sudah dipelajari, ia bisa menganggap dirinya seperti binal,” tambah Mbak Putri lagi.
Setelah menikah, kondisi seperti ini tentu saja akan memicu masalah karena akan berkaitan dengan relasi dengan pasangan. Apabila kondisi memang terjadi, cara mengatasinya memang tidaklah mudah. “Kondisi ini juga bisa menimbulkan persepsi yang salah oleh salah satu pihak. Bisa saja suami bertanya-tanya kenapa istrinya tidak mau melakukan hubungan seksual, apa benar karena cemas dan takut atau karena ada penyebab lainnya?.”
Mbak Putri menerangkan, biasanya memang diperlukan observasi berkelanjutan di mana diperlukan terapi ke psikolog untuk mengetahui akar masalahnya lebih dulu. “Perasannya tentu perlu digali lebih dalam, apa yang menyebabnya tidak nyaman. Jika memang karena informasi atau pelajaran yang diterima tidak tepat, maka kognitifnya harus dibenahi. Jika memang karena trauma, harus diselesaikan dulu traumanya.”
Biar bagaimana pun, menurut Mbak Putri, rasa trauma akan mem-blok otak sehingga akan jadi ganjalan yang menimbulkan permasalahan bahkan tanpa disadari. “Jadi, kalau memang dikarenakan trauma, ya, harus bisa melupakannya lebih dulu.”
Di akhir pembicaraan, Mbak Putri mengingatkan bahwa kita perlu memandang masalah ini secara tepat. Termasuk tidak bisa menggampangkan atau meremehkan pengalaman seksual seseorang. Setuju, ya?
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS