banner-detik
PARENTING & KIDS

Kenyo Wulan T. Dalu , “Saya Lebih Nyaman Disebut “Supermom””

author

?author?17 Apr 2017

Kenyo Wulan T. Dalu , “Saya Lebih Nyaman Disebut “Supermom””

Puluhan tahun berkarier, Kenyo menemukan tambatan hatinya di brand lokal. Apa ya alasan dia ingin turut membesarkan nama merk lokal, dan bagaimana keseruannya menghadapi dua jagoannya yang beranjak remaja?

Kenyo Wulan T. Dalu, kelahiran Yogyakarta, 18 Mei 1970, atau akrab disapa Kenyo, nama yang unik menurut saya, dan sangat jarang digunakan. Perempuan jebolan UGM Fakultas Psikologi ini, sudah malang melintang berkarier, mulai dari dunia media, dan beberapa tahun belakangan tertambat hatinya pada dunia kosmetik lokal.

Kenyo Wulan T. Dalu , “Saya Lebih Nyaman Disebut “Supermom”” - Mommies Daily

Tepatnya ia menjabat sebagai Brand Manager Group Makeup Purbasari, brand lokal yang beberapa saat lalu sempat hitz, lewat lipstik matte-nya. Di ruangan meeting kantornya di daerah Jakarta Selatan, Kenyo bercerita mengenai kenapa iya bisa jatuh cinta dengan brand lokal, dan bagaimana dia dan pasangannya, Dalu Tjahyono, menghadapi dua jagoannya yang beranjak remaja.

Mbak cerita, dong, awal kali kamu bisa “nyemplung”, di dunia makeup?

Awalnya saya lebih banyak bergerak di dunia media di group media yang cukup besar, selama 10 tahun. Itu karier pertama saya, dan kepikiran nyoba untuk mencoba bidang lain, dan karena bekerja cukup lama di media cetak wanita, jadi banyak bergaul dengan hal-hal yang menyangkut perempuan. Bicaranya juga banyak fashion and beauty, itu awal saya tertarik mendalami dunia perempuan. Mulai dari urusan fahion, hingga kosmetik yang menurut saya tidak ada matinya, dari dulu sampai hari ini yang namanya kosmetik atau makeup tidak ada yang turun. Entah itu brand luar atau lokal. Tantangannya adalah saya tidak terlalu brand luar minded, karena memang, kalau merasa sudah cocok saya pakai aja. Kebetulan kulit saya juga nggak terlalu sensitif. Dari remaja saya juga sudah suka perawatan sendiri, dan ikut kursus perawatan wajah. Iseng sambil sekolah, untuk mengisi waktu. Dari itu saya tertarik banget mendalami dunia kosmetik atau makeup.

Lalu kenapa tertarik dan fokus pada brand lokal?

Karena sekarang ini kosmetik lokal terbuat dari bahan-bahan alami. Dan kualitasnya juga nomor satu. Selanjutnya karena produk lokal nggak kalah dengan brand luar. Apalagi trend informasi yang semakin membanjiri masyarakat, mudah sekali masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai produk-produk sejenis dengan kualitas yang sama. Apalagi sekarang BPOM juga makin ketat menyeleksi produk-produk yang mengandung bahan-bahan berbahaya. Masyarakat juga semakin pintar memilih produk yang aman. Itulah kenapa ini adalah peluang yang besar. Kenapa saya lebih tertarik dengan produk yang kosmetik lokal yang nggak kalah dengan produk luar.

Selain itu dari Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Ri, brand-brand lokal diakui dan diberikan kesempatan untuk memperkenalkan ke seluruh perempuan Indonesia. Perempuan ini harus pintar, termasuk pintar berdandan. Dandan itu supaya sedap dipandang dan apreasiasi terhadap diri sendiri. Ibu Menteri bilang, setiap perempuan itu cantik, tidak ada perempuan yang jelek, hanya sebagian dari mereka tidak tahu cara menonjolkan kelebihan yanga dan di wajah, dan itu tugasnya kosmetik.

Nah, kita beralih ke soal pasangan dan parenting ya, mbak. Gimana nih, peran suami dalam mendukung karier kamu?

Sebenarnya support dari pasangan itu luar biasa. Ini yang memacu saya menghasilkan karya yang terbaik . Pasangan saya bekerja di Perbankan. Dia malah nggak senang  kalau saya di rumah, menurut dia saya hidupnya lebih dinamis kalau bekerja. Di tahun 2009 saya pernah memutuskan berhenti sejenak bekerja untuk terlibat langsung mengurus anak, tapi ternyata hanya betah 4 bulan.

Pasangan menggantikan peran saya, ketika saya harus mengerjakan pekerjaan kantor. Misalnya saya harus keluar kota, saya bingung anak-anak gimana. Suami saya bilang, “Kamu nggak usah pikirin, itu tugas saya, kamu kosentrasi saya ke pekerjaan”. Tapi kami sudah membuat kesepakatan, sabtu dan minggu itu khusus waktu buat keluarga. Kesehariannya, kami sebisa mungkin melakukan komunikasi. Dan soal pekerjaan, jika masih dilakukan besok, saya akan mengusahakan pulang tepat waktu, karena namanya kerjaan kantor pasti nggak ada habisnya ya.

Kenyo Wulan T. Dalu , “Saya Lebih Nyaman Disebut “Supermom”” - Mommies Daily

Tanggapan dua jagoan kamu, ibunya bekerja seperti apa mbak?

Saya pernah nanya saya mereka, kamu lebih senang ibu kerja apa nggak? Mereka jawab, lebih senang ibu kerja, pertama sih alasannya, kalau minta apa-apa bisa sama saya, hahaha. Tapi yang besar, sudah mulai bisa melihat dari sisi yang berbeda, dia bangga ibunya bisa berkarier, cuman tidak melupakan kewajiban sebagai ibu. Dari segi psikologis, tetap saya pantau, dan mereka tetap merasa nyaman, meski orangtuanya bekerja.

Lalu kalau tantangannya menghadapi dua jagoan, apa, nih mbak?

Terus terang aja untuk sekarang ini, saya mulai membatasi di luar hubungan saya sebagai ibu dan anak-anak, Estung (15), dan Bram (11). Untuk menjadikan saya temannya agak susah. Tapi kebetulan suami saya bisa menyelami hal itu lebih baik. Akhirnya kami menemukan cara, dengan menggunakan bahasa mereka, jadi kedudukan kami bisa sejajar. Suami saya membiasakan bahasa lu dan gue, dan anak-anak memanggil nama bapaknya: Bap. Tapi panggil saya tetap ibu. Dan membiasakan terbuka soal apapun, termasuk soal lawan jenis. Kami kasih masukan, kalau mau pacaran nanti saja, kalau sudah bekerja, karena kan bisa lebih bebas kalau mau traktir.

Selain itu, suami saya juga mengajarkan anak-anak, untuk menempatkan perempuan pada posisi setinggi mungkin. Suami saya bilang ke anak-anak, ibu itu adalah orang yang paling berjasa di rumah. Selain kerja, dia juga urus rumah, urus kebutuhan anak-anak dan suami. itu harusnya dihargai luar biasa, bapak saja nggak seperti itu. Sudah 7 saya nggak punya ART, jadi ada pembagian tugas ke tiap anak.

Nah, mbak sendiri me time-nya apa?

Me timenya saya terlibat dalam komunitas musik, kebetulan waktu kuliah saya tergabung dalam marching band. Saya pegang, trombon. Sabtu biasanya saya latihan dari jam 9-12. Sementara ini karena sabtu saya masuk, jadi kegiatan komunitas ini saya off dulu, sambil cari waktu yang pas.

Apa pentingnya me time untuk ibu bekerja?

Wah, penting banget ya. Itu adalah satu bentuk penghargaan. Kalau saya me time, berarti saatnya saya menghadiahi diri sendiri. Misalnya nggak apa-apa lho, beli tas, sepatu, kosmetik. Nggak harus dipatok harganya, kalau kita senang ya ambil saja. Jangan terlalu mikir, nanti budget yang lain seperti apa. Kita wajib untuk menghadiahi diri sendiri, supaya kita bisa mengapresiasi apa yang sudah kita lakukan. Dan itu bentuk rasa syukur, diberi kesempatan untuk berkarya, untuk berkontribusi terhadap perusahaan, syukur-syukur kontribusi kita unsur untuk memajukan perusahaan.

Kamu sendiri ibu yang seperti apa?

Kepinginnya saya menjadi ibu yang semuanya saya kerjakan. Dan keinginan saya disebut sebagai supermom, dibandingkan dengan superwoman, karena kalau dari kata “woman” menurut saya ada unsur arogan, terus dia dominan. Saya lebih senang disebut supermom, artinya ibu yang berhasil. Buat saya karier bukan nomor 1. Okeylah kerja buat saya nyaman di bidang ini, kalau di satu titik saya tidak nyaman, meskipun fasilitas yang diberikan juga okey, tapi hati saya tidak sejahtera, saya cenderung untuk mundur. Buat apa dan nyari apa?

Buat supermom juga bisa masuk ke lingkungan keluarga inti dan kehadirannya ditunggu-tunggu, ini merupakan kebahagiaan yang tidak terbeli. Kalau saya diwajibkan memilih, antara rumah dan kantor, saya memilih bergaul lebih dekat dengan keluarga. hanya saja kenyataannya tidak seperti itu saya butuh aktualisasi diri. Tapi saya bukan perempuan yang ambisius. Karena prinsip saya dalam setiap hal adalah melayani. Di kantor dan di rumah saya melayani.

Oh iya, ada saran nggak mbak, untuk ibu bekerja supaya tetap bisa urus rumah tanpa merasa terlalu terbebani, hehehe?

Kuncinya, bagaimana kita memange waktu, sarapan yang praktis. Misalnya goreng telur dan roti. Nyuci baju 2-3 hari sekali saja, toh kan juga pakai mesin cuci. Baju-baju tertentu, seperti baju kantor suami saya pakai jasa laundry.

Setrika baju rumah maksimal 2 jam, harus target estimasi pekerjaan. Jemurnya jangan diperas, dikibaskan dulu, dan jemurnya digantung. Hemat tempat gantungan dan baju nggak lecek. Dan setrikanya atas dan bawah saja.

Makan siang saya menggunakan jasa catering. Semua orang nggak capek jadi semua orang happy di rumah itu. Dulu saya tipe yang prefect banget, kalau ada yang nggak sesuai standar, bisa marah-marah sendiri, tapi sekarang yang menurunkan standar, dengan cara-cara tadi. Selain itu sekarang untuk urusan bersih-berish rumah saya pakai jasa online.

Saran untuk ibu-ibu muda yang sedang merintis karier, sementara agar urusan keluarga juga masih bisa berjalan beriringan?

Kuncinya cuma satu, home sweet home. Artinya rumah adalah tempat yang paling nyaman dan tempat yang paling membahagiakan. Jadi apapun yang kita lakukan, kalau kita ingat rumah, rumah itu nggak sekadar bangunannya, ya. Tapi siapa yang ada di rumah itu, hal ini yang membuat kita semangat untuk pulang, bertemu dengan keluarga, untuk selalu berkarya yang terbaik, supaya anak-anak kita bangga punya karier yang sukses. Tapi  tidak pernah melupakan perannya sebagai ibu.

Perempuan harus tetap berkarier, apalagi sekarang eranya sudah sedemikian maju. Sebagai sesama perempuan saya senang, perempuan itu berkarier, karena diajak ngomong juga nyambung, lalu wawasannya juga luas. Dan selalu mengikuti trend, atau informasi apapun. Selain itu, jangan arogan, okey perempuan berkarier, tapi tolong buang jauh-jauh sisi arogan.

Waaah, terima kasih Mbak Kenyo untuk sesi ngobrolnya yang mendatangkan banyak banget inspirasi, sukses untuk karier dan kehidupan keluarganya, ya, Mbak :)

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan